BONA NEWS. Jakarta.  – Fenomena langit tahunan, hujan meteor Perseid, mulai aktif menghiasi langit malam sejak 17 Juli dan akan berlangsung hingga sekitar 24 Agustus 2025. Di Indonesia, warga sudah dapat menyaksikan kilatan cahaya meteor dari awal periode ini, terutama di lokasi dengan langit gelap dan minim polusi cahaya.

Perseid dikenal sebagai salah satu hujan meteor paling terang dan mudah diamati di dunia. Fenomena ini terjadi ketika Bumi melintasi jalur debu yang ditinggalkan oleh komet Swift-Tuttle, yang mengorbit Matahari setiap 133 tahun sekali.

“Pada fase awal ini, intensitas meteor masih belum maksimal, namun mulai terlihat jelas di daerah yang minim pencahayaan buatan,” kata Irwan Maulana, astronom amatir dari Komunitas Langit Selatan, Jumat (18/7/2025).

Menurut data dari NASA dan International Meteor Organization (IMO), puncak hujan meteor Perseid akan terjadi pada malam 12 hingga 13 Agustus 2025, dengan potensi mencapai 80–100 meteor per jam. Namun, tahun ini, puncak Perseid bertepatan dengan fase bulan terang (gibbous), sehingga jumlah meteor yang terlihat bisa berkurang.

Kendati demikian, banyak ahli menyatakan meteor paling terang—termasuk fireball atau meteor yang menyala terang seperti bola api—masih bisa disaksikan dengan jelas.

“Yang penting adalah lokasi pengamatan. Semakin jauh dari kota, semakin baik. Gunakan mata telanjang dan hadapkan ke arah timur laut,” jelas Irwan.

Bagi warga yang ingin menyaksikan meteor tanpa gangguan cahaya bulan, periode 18–28 Juli 2025 disebut sebagai waktu pengamatan terbaik, karena bulan akan memasuki fase bulan baru pada 24 Juli.

“Bulan baru adalah momen emas bagi pengamat langit, karena tidak ada cahaya bulan yang mengganggu. Walau bukan puncak Perseid, intensitas meteor cukup lumayan—sekitar 20–40 meteor per jam—tergantung cuaca,” ujar Dr. Ratih Ayuningtyas, peneliti bidang astrofisika dalam keterangan, Jum’at (18/7/2025).

Fenomena Alam yang Aman dan Bisa Dinikmati Siapa Saja

Hujan meteor tidak berbahaya bagi manusia karena partikel yang memasuki atmosfer umumnya berukuran kecil, hanya sebesar butiran pasir, dan langsung terbakar habis sebelum menyentuh permukaan Bumi. Momen ini sangat cocok untuk edukasi sains, wisata langit, hingga konten visual di media sosial.

“Perseid adalah momen edukatif yang sayang dilewatkan. Kegiatan pengamatan bersama bisa mendorong minat generasi muda terhadap astronomi,” tambah Ratih.

Tips Pengamatan:

  1. Waktu terbaik: Antara pukul 01.00–04.00 dini hari
  2. Arah pandang: Timur laut (arah rasi Perseus)
  3. Peralatan: Cukup mata telanjang; hindari penggunaan teleskop
  4. Lokasi: Tempat gelap, jauh dari lampu kota—seperti pegunungan, pantai, atau pedesaan
  5. Adaptasi mata: Biarkan mata menyesuaikan gelap selama 20–30 menit sebelum pengamatan

Catatan Ilmiah:

  • Komet sumber: Swift-Tuttle
  • Kecepatan meteor: Sekitar 59 km/detik
  • Titik radian: Rasi Perseus, dekat dengan Cassiopeia
  • Kategori: Hujan meteor tahunan, sangat aktif

Dengan hujan meteor Perseid yang mulai aktif sejak pertengahan Juli ini, masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan keindahan langit malam yang jarang terjadi. Selama cuaca cerah dan lokasi pengamatan ideal, tidak ada alat khusus yang dibutuhkan untuk menikmati pertunjukan alam yang satu ini. (Red).