BONA NEWS.  — Jumlah titik panas (hotspot) di Sumatera Utara mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan data resmi dari BMKG yang dipantau melalui satelit Terra-Aqua MODIS, terpantau sebanyak 64 titik panas di wilayah Sumut per Kamis, 17 Juli 2025. Angka ini menjadikan Sumut sebagai provinsi dengan titik panas terbanyak kedua di Sumatera setelah Riau.

Kondisi ini memperlihatkan tren yang fluktuatif sekaligus mengkhawatirkan. Sebelumnya, pada 11 Juli 2025, Sumut mencatat lonjakan ekstrem hingga 134 hotspot, yang merupakan jumlah tertinggi dalam dua bulan terakhir. Namun sehari kemudian, titik panas turun drastis menjadi 33. Meski demikian, penurunan tersebut tidak bertahan lama karena pada 17 Juli 2025 jumlahnya kembali meningkat.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menanggapi situasi ini dengan langkah serius. Gubernur Muhammad Bobby Afif Nasution, melalui Sekretaris Daerah Togap Simangunsong, menyatakan bahwa pihaknya menaruh perhatian khusus terhadap kawasan sekitar Danau Toba. Kawasan ini tidak hanya memiliki nilai ekologis tinggi, tetapi juga merupakan bagian dari destinasi super prioritas nasional dan telah ditetapkan sebagai Geopark Global oleh UNESCO.

Kawasan Danau Toba harus menjadi prioritas. Selain penting secara ekologi, kawasan ini menyangkut wajah Sumut di tingkat nasional dan internasional,” ujar Togap dalam rapat koordinasi penanggulangan karhutla di Kantor Gubernur Sumut pada Kamis siang (17/7/2025).

Selama periode 1 Juni hingga 13 Juli 2025, BPBD Sumatera Utara mencatat 40 kejadian kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sekitar Danau Toba. Total lahan terdampak mencapai lebih dari 1.800 hektare, dengan sebagian besar kebakaran disebabkan oleh pembukaan lahan menggunakan api serta aktivitas warga yang tidak terkontrol di sekitar kawasan hutan.

Wilayah-wilayah yang dinyatakan rawan karhutla di Sumut antara lain:

  • Labuhanbatu, Labura, dan Labusel (Labuhanbatu Raya)
  • Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan
  • Simalungun, Deli Serdang, serta
  • Beberapa bagian Humbang Hasundutan dan Toba

Kawasan-kawasan ini dikenal memiliki lahan gambut, hutan produksi, serta kebun masyarakat yang rentan terhadap penyulutan api, terutama saat musim kemarau mulai berlangsung.

Sebagai respons, Pemerintah Provinsi mengaktifkan posko siaga karhutla di daerah-daerah prioritas, memperkuat koordinasi antara BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, serta kelompok masyarakat siaga api. Edukasi mengenai bahaya karhutla dan larangan membakar lahan juga digencarkan di tingkat desa dan dusun, termasuk melalui pendekatan adat dan tokoh lokal.

BMKG turut mengingatkan bahwa Sumatera Utara kini memasuki awal musim kemarau. Cuaca panas dan angin kering menjadi faktor utama penyebaran api yang lebih cepat dan sulit dikendalikan. Potensi kemunculan titik panas baru dapat meningkat dalam beberapa hari ke depan jika langkah mitigasi tidak dilakukan secara terpadu.

Sementara itu, pusat data BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga terus memantau aktivitas titik api dari udara dan satelit. Sumatera Utara saat ini menjadi salah satu dari lima provinsi di Indonesia yang masuk kategori siaga karhutla selama Juli–Agustus 2025.

Dengan lonjakan titik panas yang tidak bisa diprediksi secara pasti, Pemerintah Provinsi menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, pusat, dan masyarakat. “Jangan sampai lengah. Satu hari saja kita lalai, kebakaran bisa merembet ke ratusan hektare. Apalagi di Danau Toba, dampaknya bisa sangat luas, termasuk terhadap pariwisata, kesehatan, dan lingkungan,” ujar Sekdaprov.

Masyarakat diminta segera melapor kepada petugas apabila menemukan asap, api, atau aktivitas mencurigakan di sekitar kawasan hutan dan lahan. Pemprov juga telah membuka kanal pelaporan cepat melalui aplikasi SiagaSumut dan posko lapangan.

Peningkatan titik panas ini menjadi peringatan serius. Apabila tidak dikendalikan sejak dini, Sumut berpotensi mengalami musim kebakaran hebat seperti yang pernah terjadi pada 2015 dan 2019. Seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat bekerja sama untuk melindungi kawasan hutan, menjaga keseimbangan lingkungan, dan memastikan bahwa Danau Toba tetap menjadi simbol keindahan dan kelestarian alam Sumatera Utara.  (Red: BASL)