BONA NEWS. Sumatera Utara. – Di balik unggahan produktif di media sosial, realita banyak anak muda sekarang nggak seindah yang terlihat. Tekanan kerja, ekspektasi sosial, burnout, dan ketidakpastian masa depan bikin generasi milenial dan Gen Z jadi kelompok yang paling rentan mengalami stres kerja.

Bukan lebay. Ini kenyataan yang sudah didukung data dan riset terbaru.

Data Terbaru: Stres Kerja Bukan Cuma Cerita Baper

Menurut survei Ipsos Global Health Monitor 2025, Indonesia mencatat angka tingkat stres kerja tertinggi ketiga di Asia Tenggara. Dalam survei itu, 63% responden usia 20–35 tahun mengaku sering merasa lelah secara mental karena pekerjaan.

Sementara itu, laporan dari World Economic Forum 2024 menunjukkan bahwa Gen Z adalah generasi paling cemas soal karier dan keuangan, bahkan sejak masa kuliah.

Fakta lain dari survei Glints Indonesia (2023):

  • 72% anak muda merasa beban kerja mereka berlebihan
  • 57% merasa atasan mereka kurang peka terhadap kesehatan mental
  • 1 dari 3 mengalami gejala burnout setidaknya sebulan sekal

Apa Itu Stres Kerja?

Stres kerja adalah respons tubuh saat seseorang merasa tuntutan pekerjaan melebihi kapasitasnya. Ini bisa terjadi karena beban kerja tinggi, konflik di tempat kerja, kurangnya dukungan, atau ketidakjelasan peran.

Stres kerja bukan cuma soal capek fisik, tapi juga menyangkut tekanan mental yang kalau dibiarkan bisa jadi serius.

Ciri-Ciri Kamu Kena Stres Kerja (dan Banyak yang Nggak Sadar)

  • Susah bangun dan malas mulai hari
  • Konsentrasi buyar di jam kerja
  • Cepat lelah walau belum ngapa-ngapain
  • Nggak semangat ngelakuin hobi yang dulu disukai
  • Sering sakit kepala, maag, atau gangguan pencernaan
  • Nggak bisa tidur nyenyak
  • Sensitif, mudah marah atau menangis

Kalau lebih dari tiga poin itu kamu rasain setiap minggu, bisa jadi kamu kena stres kerja kronis alias burnout.

Kenapa Milenial & Gen Z Paling Rentan?

  1. Beban Karier Tinggi di Usia Muda
    Banyak anak muda merasa harus “sukses sebelum 30”. Ekspektasi dari orang tua, media sosial, dan diri sendiri menambah tekanan.
  2. Kultur Hustle yang Berlebihan
    “Tidur nanti aja, kerja dulu!” jadi slogan yang sering dipakai. Padahal, produktif bukan berarti mengorbankan kesehatan mental.
  3. Kondisi Ekonomi Nggak Stabil
    Harga rumah mahal, tabungan susah terkumpul, kerja kontrak, dan PHK massal bikin masa depan terasa tidak pasti.
  4. Lingkungan Kerja Kurang Supportive
    Masih banyak perusahaan yang anggap masalah mental sebagai kelemahan, bukan hal yang harus didukung dan ditangani.
  5. Tekanan Digital & Perbandingan Sosial
    Lihat teman-teman “sukses” di Instagram atau LinkedIn bisa bikin kita merasa tertinggal, walau kenyataannya belum tentu begitu.

Dampak Jangka Panjang Stres Kerja

Kalau dibiarkan, stres kerja bisa memicu:

  • Burnout total: kehilangan motivasi bahkan untuk hal-hal dasar
  • Depresi & kecemasan: bukan sekadar mood jelek, tapi kondisi medis yang nyata
  • Gangguan fisik: seperti tekanan darah tinggi, insomnia, gangguan jantung, dan imunitas menurun
  • Penurunan produktivitas: makin stres, makin sulit fokus, makin sering bikin kesalahan

Langkah Realistis Mengelola Stres Kerja

1. Kenali Batasan Diri

Jangan selalu bilang “iya” ke semua tugas. Belajar bilang “tidak” itu bentuk perlindungan diri, bukan pemalasan.

2. Prioritaskan Tidur & Makan Sehat

Tidur cukup = mood stabil. Makan bergizi = energi cukup. Dua hal ini dasar utama kestabilan emosi.

3. Jangan Lupa Bergerak

Rutin olahraga ringan 15–30 menit bisa bantu turunkan hormon stres (kortisol) dan naikin endorfin (hormon bahagia).

4. Cari Support System

Ngobrol sama teman, mentor, atau psikolog bisa sangat membantu. Kadang kita cuma butuh didengar, bukan disalahkan.

5. Detoks Digital

Kurangi paparan media sosial, terutama yang bikin kamu merasa minder. Ambil jeda sejenak untuk fokus ke dunia nyata.

6. Evaluasi Karier

Kalau lingkungan kerja toksik dan nggak ada perubahan, pertimbangkan pindah. Kesehatan mental jauh lebih penting dari gaji besar yang bikin stres.

Tips Singkat Anti-Stres (Bisa Dilakuin di Kantor):

  • Tarik napas dalam-dalam selama 3 menit
  • Dengarkan musik relaksasi pakai earphone
  • Minum air putih dan stretching ringan
  • Tutup mata sejenak dan lepaskan ketegangan di bahu
  • Tulis jurnal harian singkat: 3 hal yang kamu syukuri hari ini

Kerja Boleh Serius, Tapi Jangan Lupa Waras

Milenial dan Gen Z adalah generasi produktif, kreatif, dan adaptif. Tapi tanpa perhatian ke kesehatan mental, semua potensi itu bisa hilang karena stres berkepanjangan.

Ingat: istirahat bukan kemewahan, tapi kebutuhan.
Karier penting, tapi kesehatan jauh lebih penting.

Jadi, kalau kamu mulai ngerasa berat ngejalanin hari, jangan anggap enteng. Coba berhenti sejenak, evaluasi, dan mulai rawat diri. Karena kalau bukan kamu yang jaga diri sendiri, siapa lagi?