BONA NEWS. Jakarta. – Industri otomotif Indonesia memasuki paruh kedua tahun 2025 dengan catatan yang beragam. Di satu sisi, data menunjukkan adanya penurunan penjualan mobil, baik secara wholesales (dari pabrik ke dealer) maupun ritel (dari dealer ke konsumen). Namun di sisi lain, pelaku industri dan pemerintah tetap optimistis terhadap prospek sektor ini, terutama karena dorongan pada kendaraan listrik dan insentif fiskal yang baru diluncurkan.

Penjualan Turun di Semester I

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), hingga akhir Juni 2025:

  • Penjualan wholesales menurun sekitar 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
  • Penjualan ritel tercatat mengalami penurunan lebih tajam, yakni sekitar 8,9%.

Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor:

  • Penurunan daya beli konsumen, terutama di kelas menengah.
  • Ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada iklim investasi dan konsumsi.
  • Tingginya suku bunga kredit kendaraan bermotor, yang membuat cicilan semakin mahal.
  • Meningkatnya tekanan harga bahan baku akibat konflik perdagangan internasional.

Gaikindo Tetap Pasang Target 900.000 Unit

Meski pasar tengah lesu, Ketua Umum GAIKINDO Yohannes Nangoi tetap menyatakan keyakinannya bahwa target penjualan 900.000 unit mobil baru sepanjang 2025 masih bisa dicapai. “Kami melihat tren positif mulai Juli ini, seiring dengan pameran GIIAS 2025 dan peluncuran produk-produk baru,” katanya dalam pembukaan GIIAS di ICE BSD, Kamis (24/7/2025).

Menurut Nangoi, semester kedua biasanya menyumbang penjualan yang lebih tinggi, didorong oleh promosi besar-besaran dan peningkatan konsumsi menjelang akhir tahun.

Strategi Produsen: Hybrid dan Mobil Murah

Untuk mengantisipasi pasar yang melemah, sejumlah produsen menerapkan strategi baru:

  • Meningkatkan portofolio kendaraan hybrid dan listrik, seperti yang dilakukan Toyota, Chery, dan Mitsubishi.
  • Menghadirkan model-model entry level dengan harga di bawah Rp 250 juta, seperti Daihatsu Ayla EV Concept dan Suzuki S-Presso facelift.
  • Localisasi produksi untuk menekan harga jual dan meningkatkan efisiensi distribusi.

Pemerintah Dorong Elektrifikasi dan PPNBM Rendah

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian dan Kementerian Keuangan, menggelontorkan sejumlah insentif untuk mendorong sektor otomotif:

  • Insentif pajak PPN 0% untuk kendaraan listrik produksi lokal.
  • Penghapusan bea masuk untuk impor komponen utama mobil listrik.
  • Program konversi kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik, dengan target 100.000 unit tahun ini.

“Insentif ini penting untuk menjaga daya saing industri dalam menghadapi perubahan tren global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Pameran GIIAS Jadi Momentum Kebangkitan

GIIAS 2025 yang resmi dibuka pada 24 Juli di ICE BSD disebut-sebut sebagai pemicu kebangkitan pasar. Sebanyak 63 merek kendaraan hadir, dengan lebih dari 40 peluncuran model baru, termasuk segmen SUV, city car, kendaraan komersial, dan EV.

Antusiasme pengunjung cukup tinggi pada hari pertama, dengan puluhan ribu pengunjung memadati hall pameran. Banyak konsumen mengaku datang untuk “membandingkan promo dan melihat langsung teknologi baru seperti autopilot dan hybrid.”

Optimisme Tetap Terjaga

Meski belum sepenuhnya pulih, pelaku industri otomotif melihat tahun 2025 sebagai masa transisi. Penurunan penjualan bukan akhir, tapi menjadi sinyal untuk beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen dan tantangan global.

Sejumlah analis bahkan memperkirakan pasar akan kembali naik di 2026, seiring pemulihan ekonomi dan penetrasi kendaraan ramah lingkungan yang lebih luas. (Red)