BONA NEWS. Jakarta. — Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga pertengahan tahun 2025 menunjukkan tren yang stabil namun belum mampu menembus angka ideal 5% secara konsisten. Di tengah ketidakpastian global, kinerja kuartal pertama serta revisi proyeksi dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa ekonomi nasional berada dalam fase konsolidasi, bukan ekspansi agresif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025 sebesar 4,87% (year-on-year). Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya yang mencapai 5,11%, mencerminkan perlambatan ringan namun signifikan.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter), ekonomi mengalami kontraksi –0,98%, mengikuti pola musiman pasca-libur akhir tahun dan awal tahun ajaran. Meski penurunan ini umum terjadi setiap tahun, tetap menjadi sinyal perlambatan konsumsi dan investasi pada awal 2025.
Menurut BPS, pertumbuhan masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 4,89%, ekspor meningkat 6,78%, dan sektor pertanian serta industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar.
Namun demikian, belanja pemerintah justru mengalami penurunan sebesar 1,38%, yang turut menekan laju pertumbuhan. Hal ini mengindikasikan perlunya akselerasi realisasi belanja APBN untuk mendorong ekonomi.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang 2025
Melihat hasil kuartal I yang tidak sesuai ekspektasi, berbagai lembaga nasional dan internasional mulai melakukan penyesuaian terhadap proyeksi ekonomi Indonesia sepanjang 2025.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 4,6% hingga 5,4%. Angka ini direvisi dari target sebelumnya 4,7%–5,5%, seiring dengan dinamika eksternal dan perlambatan investasi.
BI menyoroti bahwa sektor manufaktur, perdagangan, dan pertambangan masih bisa mendorong pertumbuhan, namun daya beli masyarakat kelas menengah perlu diperkuat agar konsumsi tetap terjaga.
Dalam dokumen resmi pemerintah, proyeksi pertumbuhan juga disesuaikan ke level 4,7%–5,0%, turun dari target awal yang mencapai 5,3%. Menteri Keuangan menyatakan bahwa penyesuaian ini mempertimbangkan perlambatan ekonomi global, volatilitas harga komoditas, dan ketegangan geopolitik.
Lembaga Internasional
- IMF memperkirakan pertumbuhan Indonesia sebesar 4,7% di tahun 2025.
- Bank Dunia (World Bank) menetapkan proyeksi 5,1%, menyebut ekonomi Indonesia cukup resilien, terutama karena kontribusi konsumsi domestik.
- Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan 5,0%, dan menekankan pentingnya peningkatan investasi.
- OECD menetapkan proyeksi pada 4,9% untuk 2025 dan 4,8% untuk 2026.
Rata-rata proyeksi lembaga-lembaga tersebut menunjukkan bahwa Indonesia diperkirakan tidak mencapai 5,5%, tetapi tetap berada dalam zona aman pertumbuhan moderat.
Outlook Tahun 2026
Untuk tahun 2026, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan antara 5,2% hingga 5,8%, dengan syarat terjadinya pemulihan global dan membaiknya iklim investasi domestik.
Namun, lembaga-lembaga seperti OECD dan IMF menilai bahwa pertumbuhan tahun 2026 cenderung stagnan di kisaran 4,8% hingga 4,9%, kecuali jika dilakukan reformasi struktural yang lebih mendalam.
Reformasi yang dimaksud antara lain mencakup:
- Penyederhanaan regulasi perizinan investasi
- Peningkatan kualitas SDM dan produktivitas tenaga kerja
- Stabilitas harga pangan dan energi
Risiko dan Tantangan
Beberapa faktor yang menahan laju pertumbuhan Indonesia antara lain:
- Lemahnya Belanja Pemerintah – Realisasi APBN yang lambat pada kuartal pertama turut menurunkan kontribusi konsumsi pemerintah terhadap PDB.
- Pelemahan Kelas Menengah – Studi terbaru menyebutkan bahwa kelas menengah Indonesia menyusut sekitar 20% dalam enam tahun terakhir. Hal ini berdampak pada konsumsi non-pokok, seperti pariwisata, otomotif, dan gaya hidup.
- Ekspor Masih Rentan – Meskipun ekspor tumbuh, ketergantungan pada komoditas mentah menjadikan Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga global dan ketegangan dagang.
- Kondisi Global – Ketidakpastian ekonomi Tiongkok, kenaikan suku bunga di negara-negara maju, dan konflik di Timur Tengah memberikan tekanan tambahan terhadap daya beli dan investasi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hingga pertengahan 2025, ekonomi Indonesia tumbuh moderately resilient—cukup tangguh menghadapi tekanan global, tetapi belum mampu mencatat lompatan signifikan.
Dengan realisasi kuartal I sebesar 4,87% dan rata-rata proyeksi tahunan di kisaran 4,7–5,0%, Indonesia kemungkinan akan menutup tahun ini dengan pertumbuhan yang sehat namun belum ideal.
Untuk mencapai target pertumbuhan 5,5% atau lebih dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah perlu mengakselerasi belanja publik, memperkuat sektor produktif, serta menjaga stabilitas harga dan daya beli rumah tangga.
Tanpa langkah cepat dan tepat, ekonomi Indonesia bisa masuk dalam jebakan pertumbuhan menengah (middle income trap), di mana pertumbuhan stagnan meski fundamental ekonomi tampak baik.
