BONA NEWS. Jawa Barat. Bogor. — Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) kembali berduka. Salah satu perwira terbaiknya, Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto, gugur dalam kecelakaan pesawat latih di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu pagi.
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 09.19 WIB. Marsma Fajar sedang menerbangkan pesawat ringan jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan nomor registrasi PK-S126. Pesawat tersebut diketahui milik Federasi Aerosport Indonesia (FASI), dan digunakan dalam rangkaian latihan kedirgantaraan yang lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja, Bogor.
Pesawat dilaporkan hilang kontak tak lama setelah tinggal landas. Tak berselang lama, tim pencari menemukan bangkai pesawat di kawasan pemukiman warga, tepatnya di dekat TPU Astana, Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, Marsma Fajar dinyatakan meninggal dunia. Sementara kopilotnya mengalami luka berat dan sedang dalam penanganan intensif.
Penerbang Tempur Berpengalaman
Fajar Adriyanto bukan nama sembarangan di lingkungan TNI AU. Lahir di Bandung pada 20 Juni 1970, Fajar merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1992 dan dikenal luas sebagai salah satu penerbang tempur F-16 terbaik Indonesia. Ia memiliki callsign “Red Wolf”, dan pernah menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 3, Komandan Lanud Manuhua, hingga Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau).
Kariernya terus menanjak hingga pada Desember 2024 ia menjabat sebagai Kapoksahli Komando Pendidikan dan Latihan TNI AU (Kodiklatau). Di tengah kesibukannya sebagai perwira tinggi, ia masih aktif dalam berbagai kegiatan pembinaan dan edukasi kedirgantaraan, termasuk memberikan materi strategi dan asas perang kepada para perwira siswa Sekkau TNI AU.
Terlibat dalam Insiden Bawean
Nama Fajar Adriyanto juga tercatat dalam sejarah militer Indonesia, terutama dalam Insiden Bawean tahun 2003. Saat itu, ia menjadi salah satu penerbang F-16 yang melakukan penyergapan terhadap dua jet tempur F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang memasuki wilayah udara Indonesia tanpa izin. Aksinya dalam insiden tersebut dianggap sebagai salah satu manuver diplomatik dan militer paling tegas yang dilakukan TNI AU pasca-Reformasi.
Latihan Sesuai Prosedur, Pesawat Laik Terbang
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI Agung Sasongkojati, dalam keterangannya menyampaikan bahwa seluruh kegiatan latihan dilakukan sesuai prosedur. Pesawat latih ringan tersebut telah dinyatakan laik terbang dan memiliki izin resmi.
“Pesawat merupakan jenis microlight yang biasa digunakan dalam pelatihan dan pembinaan potensi kedirgantaraan. Kegiatan berlangsung dalam pengawasan dan koordinasi yang ketat,” ujar Agung, Minggu (3/8/2025).
Ia menambahkan bahwa penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan secara pasti. Tim investigasi dari TNI AU bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah dikerahkan ke lokasi.
TNI AU Kehilangan Sosok Teladan
Berita duka ini langsung menyebar di lingkungan militer dan komunitas dirgantara Indonesia. Marsma Fajar dikenal sebagai sosok yang bersahaja, tegas, dan sangat berdedikasi dalam membina potensi kedirgantaraan nasional.
“Beliau adalah inspirasi bagi generasi muda TNI AU. Bukan hanya sebagai penerbang tempur, tetapi juga pendidik dan pembina,” ujar salah satu rekan perwira yang enggan disebut namanya.
Upacara penghormatan terakhir direncanakan akan dilakukan secara militer di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, sebelum jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Senin (4/8/2025).
Duka Mendalam dari Berbagai Kalangan
Ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai kalangan, mulai dari pimpinan TNI, rekan-rekan penerbang, hingga komunitas penggemar dirgantara. Di media sosial, tagar #FajarAdriyanto dan #RedWolfGugur menjadi trending, sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan dedikasinya.
Sementara itu, Federasi Aerosport Indonesia (FASI) juga menyampaikan duka mendalam. Ketua Umum FASI, Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto, menyebut kepergian Marsma Fajar sebagai “kehilangan besar bagi dunia dirgantara sipil dan militer Indonesia.”
Gugurnya Marsma Fajar Adriyanto meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga besar TNI AU, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Sosoknya yang penuh dedikasi dan semangat dalam membina generasi penerus menjadi teladan nyata bagi siapa pun yang mengabdi pada negeri ini.
Semoga almarhum diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan seluruh pengabdiannya menjadi amal jariyah bagi kedirgantaraan Indonesia.
