BONA NEWS. Medan, Sumatera Utara. — Gedung Serbaguna Universitas Negeri Medan (Unimed) dipadati ribuan pelajar sejak pagi. Suasana meriah bercampur tegang terasa ketika ribuan peserta dari berbagai daerah di Sumatera Utara mengikuti Merdeka Science Olympiad (MSO) 2025. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Pusat Olimpiade Sains Indonesia (POSI) itu berhasil menghimpun 5.540 peserta, sebuah capaian jumlah yang menegaskan antusiasme tinggi terhadap ajang ilmiah di tingkat provinsi.
Direktur POSI, Fahruroji Panjaitan, dalam keterangannya kepada media pada Rabu, 27 Agustus 2025, menyampaikan bahwa MSO 2025 bukan sekadar arena perebutan medali. “Acara ini merupakan sarana untuk menumbuhkan daya juang, semangat belajar, serta membentuk karakter pelajar yang siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa melalui kegiatan seperti MSO, para siswa dapat belajar lebih banyak hal di luar kelas. “MSO tidak hanya sebagai kompetisi, tetapi juga wadah silaturahmi, ruang kolaborasi antarsekolah, sekaligus membangun jejaring akademik yang kuat,” tambahnya.
Jumlah peserta mencapai 5.540 orang, angka yang cukup fantastis untuk sebuah kompetisi sains daerah. Menurut Manager Marketing and Learner Experience POSI, Ari Martua, partisipasi besar itu mencerminkan gairah siswa Sumut untuk berkompetisi di bidang akademik.
“Kami melihat sambutan luar biasa dari sekolah-sekolah di Sumut. Ribuan peserta yang hadir menunjukkan bahwa sains masih menjadi daya tarik utama bagi siswa. Harapan kami, ajang ini tidak hanya menghadirkan kompetisi, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan serta membangun jejaring akademik,” kata Ari dalam pernyataannya, Rabu (27/8/2025).
Bagi Ari, MSO 2025 menjadi bukti nyata bahwa minat terhadap ilmu pengetahuan masih tinggi, meski di era digital banyak siswa lebih tertarik pada hiburan atau media sosial. Kompetisi ini memberi ruang bagi pelajar untuk menyalurkan potensi mereka secara positif.
Sekolah-Sekolah Unggulan Tampil sebagai Juara
Tingginya jumlah peserta tak hanya memunculkan atmosfer persaingan ketat, tetapi juga melahirkan juara-juara baru dari berbagai daerah. Berdasarkan pengumuman panitia, berikut daftar peraih juara umum di tiap jenjang:
- Jenjang SD/MI
- Juara Umum: Wellington Intelligence School
- Peringkat Kedua: Noble School
- Peringkat Ketiga: SDS Global Prima
- Jenjang SMP/MTs
- Juara Umum: SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar
- Peringkat Kedua: SMP Swasta Budhi Dharma Balige
- Peringkat Ketiga: Sekolah Bangun Insan Mandiri
- Jenjang SMA/MA/SMK
- Juara Umum: SMA Swasta Sutomo 1 Medan
- Peringkat Kedua: SMA Swasta St. Thomas 1 Medan
- Peringkat Ketiga: SMA Unggulan CT Foundation
Raihan ini memperlihatkan keberagaman sekolah yang berprestasi, mulai dari lembaga swasta ternama di Medan hingga sekolah di daerah seperti Pematangsiantar dan Balige.
MSO 2025 menjadi panggung bagi siswa untuk menguji kemampuan akademik, sekaligus melatih mental bersaing secara sehat. Banyak peserta mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari keikutsertaan mereka.
Salah satu peserta dari Medan, Nathania (15), menyampaikan bahwa mengikuti MSO membuat dirinya lebih percaya diri. “Awalnya saya takut kalah, tapi setelah ikut, saya merasa lebih semangat belajar. Yang penting bukan hanya menang, tapi berani mencoba,” katanya saat ditemui usai lomba.
Hal senada disampaikan Rafi (12), peserta asal Balige. Ia menilai kompetisi ini membuka wawasan baru karena dapat bertemu siswa dari berbagai sekolah. “Seru sekali, saya bisa bertemu teman baru dan belajar cara mereka menjawab soal. Saya jadi lebih termotivasi,” ujarnya.
Menghadirkan 5.540 peserta dalam satu lokasi tentu bukan perkara mudah. Panitia harus bekerja keras menyiapkan logistik, ruang ujian, hingga keamanan acara. Menurut salah satu koordinator panitia, kegiatan ini melibatkan puluhan relawan mahasiswa Unimed yang turut membantu kelancaran acara.
“Kami berupaya memastikan seluruh peserta mendapat pengalaman yang baik. Karena jumlahnya ribuan, koordinasi dan disiplin waktu menjadi kunci,” ungkap seorang panitia teknis.
Pemilihan Unimed sebagai lokasi MSO 2025 juga dinilai tepat. Kampus tersebut memiliki fasilitas gedung serbaguna yang luas, mampu menampung ribuan peserta sekaligus. Selain itu, letaknya yang strategis di Kota Medan memudahkan akses bagi sekolah-sekolah dari berbagai daerah di Sumut.
Rektor Unimed, Dr. Baharuddin, M.Pd, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada POSI karena memilih Unimed sebagai mitra. “Kami mendukung penuh kegiatan yang membangun generasi muda di bidang sains. Unimed selalu terbuka untuk kegiatan positif yang menumbuhkan semangat akademik,” katanya, Rabu (27/8/2025).
Makna MSO bagi Sumut
Kehadiran MSO 2025 dengan ribuan peserta di Medan menunjukkan bahwa Sumut memiliki basis pelajar yang potensial di bidang sains. Hal ini bisa menjadi modal penting dalam mencetak generasi yang mampu bersaing tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional.
Pengamat pendidikan di Medan, Dr. Nurhayati Simbolon, menilai kegiatan semacam ini perlu mendapat dukungan berkelanjutan. “Jika dikelola dengan baik, ajang seperti MSO dapat menjadi investasi jangka panjang dalam mencetak sumber daya manusia unggul. Penting agar kompetisi ini berkesinambungan, bukan sekadar seremonial,” ujarnya saat dimintai tanggapan.
Baik panitia maupun peserta berharap MSO akan terus berkembang. POSI sendiri berencana memperluas jangkauan ke provinsi lain serta menghadirkan cabang lomba baru di bidang teknologi dan inovasi.
“Kami ingin menjadikan MSO sebagai ikon kompetisi sains terbesar di Indonesia. Dengan dukungan berbagai pihak, kami optimis bisa mengembangkannya,” ujar Direktur POSI, Fahruroji Panjaitan.
MSO 2025 di Unimed bukan hanya tentang angka 5.540 peserta yang memadati arena, tetapi juga tentang semangat, karakter, dan jejaring akademik yang terbangun. Dari Medan hingga Pematangsiantar, dari Balige hingga sekolah-sekolah di pinggiran, seluruh siswa punya panggung untuk unjuk kemampuan.
Dengan dukungan lembaga pendidikan, guru, dan pihak penyelenggara, Sumut semakin menegaskan diri sebagai daerah yang kaya talenta muda di bidang sains. Ajang ini pun diharapkan menjadi fondasi lahirnya generasi emas Indonesia pada 2045.
