BONA NEWS. Medan, Sumateta Utara. – Di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, gaya hidup hemat atau yang populer disebut frugal living semakin diminati. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan respons nyata anak muda terhadap tingginya biaya hidup, terutama di kota besar Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar 3,27% (yoy), dipicu oleh kenaikan harga pangan dan transportasi. Kondisi ini mendorong masyarakat, khususnya generasi milenial dan Gen Z, untuk mencari cara lebih cerdas dalam mengelola uang mereka.
Apa Itu Frugal Living?
Frugal living berasal dari kata frugal yang berarti hemat atau sederhana. Namun, konsep ini berbeda dengan pelit (stingy). Frugal living adalah kemampuan membedakan kebutuhan dan keinginan, memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting, dan menghindari pengeluaran konsumtif.
Menurut survei PwC Global Consumer Insights Pulse Survey (2024), sebanyak 54% konsumen global berencana mengurangi pengeluaran non-esensial, termasuk hiburan, fashion, dan makan di luar. Hal ini selaras dengan tren frugal living yang kini banyak dibicarakan di media sosial, khususnya TikTok dan Instagram.
Fenomena Frugal Living di Indonesia
Di Indonesia, cerita tentang frugal living viral setelah seorang pria asal Jawa Tengah mengaku mampu hidup dengan Rp3.000 per hari. Ia menekan biaya hidup dengan:
- Menutup semua kartu kredit,
- Bersepeda ke kantor untuk menghemat transportasi,
- Memasak makanan sederhana di rumah,
- Menghindari nongkrong dan belanja impulsif.
Hasilnya, bukan hanya hemat, ia juga berhasil menurunkan berat badan hingga 30 kg karena gaya hidup lebih sehat. Cerita ini ramai dibicarakan di media sosial, memicu diskusi apakah gaya hidup hemat ekstrem ini realistis untuk semua orang.
Di sisi lain, menurut survei Katadata Insight Center (2024), 67% anak muda Indonesia mengaku mulai mengurangi jajan online dan nongkrong demi menabung. Sebanyak 42% responden Gen Z bahkan memilih berinvestasi di reksa dana dan saham syariah dibanding membeli barang-barang fesyen terbaru.
Prinsip Dasar Frugal Living
Frugal living bukan hanya soal menekan pengeluaran, tetapi juga soal pola pikir. Ada beberapa prinsip yang banyak dianut oleh para praktisi gaya hidup hemat ini:
- Prioritaskan kebutuhan dibanding keinginan
Menentukan apakah suatu pengeluaran benar-benar penting. Misalnya, membeli ponsel karena rusak berbeda dengan membeli ponsel baru hanya karena tren. - Kurangi gaya hidup konsumtif
Menurut data Bank Indonesia (2024), transaksi e-commerce mencapai Rp484 triliun pada semester I 2024. Lonjakan ini dipicu oleh perilaku konsumtif generasi muda. Praktisi frugal living biasanya menahan diri dari belanja online kecuali untuk kebutuhan mendesak. - Hindari utang konsumtif
Laporan OJK (2024) mencatat bahwa rasio kredit konsumtif di kalangan milenial meningkat 11%. Frugal living mendorong anak muda untuk menghindari cicilan yang tidak produktif, misalnya membeli gadget mewah dengan paylater. - Manfaatkan sumber daya yang ada
Mulai dari masak di rumah, menggunakan transportasi umum, hingga berburu barang secondhand atau thrift. - Bangun tabungan & investasi
Survei OJK (2023) menemukan bahwa tingkat literasi keuangan Gen Z Indonesia masih 50,68%, lebih rendah dibanding milenial (57,92%). Praktisi frugal living biasanya menjadikan literasi finansial sebagai pilar utama agar hemat tidak sekadar menabung, tetapi juga berinvestasi.
Strategi Frugal Living yang Populer di Kalangan Anak Muda
- Sistem 50-30-20
- 50% penghasilan untuk kebutuhan (makan, transport, kos).
- 30% untuk tabungan & investasi.
- 20% untuk hiburan & keinginan pribadi.
Sistem ini dipopulerkan oleh Elizabeth Warren dalam bukunya All Your Worth.
- Masak di rumah
Data GoFood 2024 menunjukkan rata-rata anak muda Jakarta menghabiskan Rp1,2 juta per bulan hanya untuk pesan makanan online. Dengan memasak, pengeluaran bisa ditekan hingga 60%. - Transportasi hemat
Menurut BPS, biaya transportasi menyumbang 13,5% pengeluaran rumah tangga. Frugal livers memilih jalan kaki, naik transportasi umum, atau bersepeda. - Belanja minimalis
Tren thrift shop di Indonesia naik 28% (2023-2024) menurut Tokopedia. Generasi muda kini lebih memilih membeli barang preloved ketimbang barang baru, karena lebih murah dan ramah lingkungan. - Hiburan gratis
Alih-alih menghabiskan uang untuk konser mahal, anak muda frugal mencari hiburan di taman kota, museum gratis, atau komunitas kreatif.
Manfaat Frugal Living
- Stabilitas finansial → Terhindar dari jeratan utang konsumtif.
- Kesehatan fisik & mental → Lebih sehat karena jarang makan junk food, lebih tenang karena tidak stres soal utang.
- Ramah lingkungan → Mengurangi konsumsi berlebihan berdampak positif pada lingkungan.
- Fokus pada hal esensial → Waktu dan energi lebih terarah ke tujuan hidup jangka panjang.
Tantangan Frugal Living di Indonesia
- Tekanan sosial: Budaya nongkrong di kafe masih jadi bagian gaya hidup anak muda.
- FOMO (Fear of Missing Out): Media sosial sering membuat orang merasa harus mengikuti tren terbaru.
- Aksesibilitas: Tidak semua kota di Indonesia memiliki transportasi umum murah dan memadai.
Frugal living adalah gaya hidup yang semakin relevan di era modern. Di Indonesia, tren ini tidak hanya menjadi respons terhadap tekanan ekonomi, tetapi juga bagian dari transformasi budaya konsumsi.
Generasi muda mulai sadar bahwa kebebasan finansial lebih berharga daripada sekadar gengsi sosial. Walau ada tantangan, prinsip frugal living bisa membantu mereka mencapai tujuan jangka panjang seperti membeli rumah, traveling, atau membangun usaha.
Seperti kata pepatah lama:
“Bukan seberapa besar pendapatanmu, tapi seberapa bijak kamu mengelola.