BONA NEWS. Medan, Sumatera Utara. – Indonesia memperingati Hari Literasi Internasional 2025 pada Senin, 8 September, dengan tema “Mempromosikan Literasi di Era Digital”. Tema ini menegaskan pentingnya membaca, menulis, dan memahami informasi secara kritis di tengah perkembangan teknologi dan arus informasi digital yang masif.
UNESCO menegaskan literasi sebagai hak asasi manusia dan fondasi pembangunan masyarakat berpengetahuan. Di Indonesia, data Perpusnas RI menunjukkan tingkat literasi digital masyarakat berada di 55%, masih di bawah rata-rata Asia Tenggara (68%).
Tantangan utama literasi digital di Indonesia meliputi:
- Akses Terbatas: Banyak daerah terpencil masih minim infrastruktur internet.
- Rendahnya Kualitas Pendidikan: Kurikulum literasi digital belum merata.
- Misinformasi: Menurut Kemenkominfo RI, sepanjang 2024, 1,2 juta konten hoaks tersebar di media sosial.
- Minat Baca Rendah: Tingkat minat baca buku fisik 60%, literasi digital di bawah 50%.
Namun, Hari Literasi Internasional menjadi momentum untuk memperkuat literasi digital, khususnya melalui peran strategis jurnalis.
“Peran jurnalis kini bukan hanya menulis berita, tapi juga mendidik publik agar mampu memilah informasi,” ujar Sri Wahyuni, jurnalis senior Jakarta.
Penulis dan Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, membagikan paket “Sembako Buku” berisi kebutuhan pokok dan buku. Paket ini diberikan kepada tukang bakso, petugas kebersihan, dan penjaga rel kereta api di Jakarta, Bandung, dan Medan.
“Literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi bagaimana kita bisa menggunakan informasi untuk memperbaiki kualitas hidup,” kata Gol A Gong.
Lebih dari 2.500 paket telah dibagikan dengan dukungan ratusan relawan.
Perpusnas RI mengadakan webinar nasional yang membahas literasi digital, pemanfaatan AI secara etis, dan keamanan data. Webinar ini diikuti lebih dari 3.000 peserta, termasuk pelajar, mahasiswa, dan profesional media.
Kampanye literasi ini mencakup pameran buku digital, lomba menulis blog, dan pelatihan perpustakaan digital, diikuti masyarakat dari lima kecamatan. Kepala Dinas, Drs. Hendra Setiawan, menegaskan:
“Kami ingin masyarakat Bandung kritis dalam menyaring informasi di dunia digital. Literasi digital adalah keterampilan penting abad ke-21.”
MTs Laboratorium UINSU Medan: Literasi untuk Pelajar dan Masyarakat
Sekolah ini menyelenggarakan lomba menulis, lomba membaca, dan diskusi literasi digital. Sekitar 400 peserta ikut serta, termasuk siswa dan warga sekitar, bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara.
Jurnalis memiliki peran ganda dalam mendorong literasi digital:
- Menyebarkan informasi faktual dan berbasis data
- Mendidik masyarakat dalam menilai informasi digital
- Mengatasi misinformasi dan disinformasi
- Menggunakan teknologi digital secara etis
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa literasi digital tidak bisa ditangani satu pihak saja. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, komunitas, dan media sangat diperlukan.
“Literasi digital adalah fondasi bagi masyarakat kritis dan demokratis,” ujar Sri Wahyuni.
Hari Literasi Internasional 2025 mengingatkan masyarakat bahwa literasi digital bukan sekadar membaca atau menulis, tetapi kemampuan menavigasi informasi secara kritis dan etis. Dengan dukungan jurnalis, masyarakat dapat membangun budaya literasi yang kuat, cerdas, dan bijak dalam menggunakan teknologi.
Bagi Indonesia, membangun literasi digital adalah langkah strategis untuk menciptakan masyarakat yang terinformasi, kritis, dan partisipatif di era digital.
