BONA NEWS. Jakarta, Indoneaia. – Hari pertama perdagangan pekan ini diwarnai dinamika tajam di pasar keuangan Indonesia. Nilai tukar rupiah justru mencatat penguatan signifikan, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus tergelincir cukup dalam. Kedua fenomena ini terjadi di tengah kabar besar: reshuffle kabinet Presiden Prabowo Subianto, yang mengganti Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan.
Rupiah Perkasa di Tengah Gejolak Politik
Menurut data Bank Indonesia dan sejumlah pelaku pasar, rupiah ditutup di kisaran Rp16.310 per dolar AS, menguat sekitar 123 poin atau 0,75 persen dibanding posisi akhir pekan lalu. Bahkan pada sesi perdagangan, rupiah sempat menyentuh titik terendah mingguan di Rp16.304 per dolar AS.
Penguatan ini terjadi meski kabar reshuffle kabinet sempat mengguncang pasar. Analis menilai faktor eksternal turut memberi dorongan positif, yakni data tenaga kerja Amerika Serikat yang lebih lemah dari perkiraan. Data tersebut meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga lebih cepat, sehingga menekan dolar AS secara global.
“Rupiah diuntungkan oleh sentimen global. Meski politik domestik memanas, investor masih melihat potensi carry trade di Indonesia karena selisih suku bunga yang relatif menarik,” ujar seorang ekonom pasar uang di Jakarta.
IHSG Ambruk 1,28 Persen
Berbeda dengan rupiah, pasar saham bergerak di arah sebaliknya. IHSG ditutup anjlok 1,28 persen ke level 7.766,84, sementara indeks LQ45 melemah lebih dalam, yakni 2,03 persen ke 783,59.
Penurunan ini dikaitkan langsung dengan pergantian Menteri Keuangan. Sosok Sri Mulyani selama ini dianggap sebagai simbol kredibilitas fiskal Indonesia. Hilangnya figur tersebut memunculkan kekhawatiran di kalangan investor asing, yang memilih melakukan aksi jual bersih untuk mengurangi risiko.
“Pasar saham lebih sensitif terhadap faktor politik. Keberangkatan Sri Mulyani menciptakan ketidakpastian arah kebijakan fiskal, sehingga investor memilih menunggu hingga ada kepastian dari Menkeu baru,” kata analis ekuitas dari sebuah sekuritas asing.
Menanggapi gejolak pasar, Bank Indonesia menyatakan akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Sementara itu, Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, menekankan pentingnya optimisme dan partisipasi seluruh pihak. Ia menyebut pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah hal mustahil jika ada kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Meski demikian, sejumlah ekonom menilai tugas Purbaya tidak ringan. Di satu sisi ia harus memulihkan kepercayaan investor, di sisi lain ia dituntut publik untuk melakukan reformasi fiskal yang lebih adil, terutama dalam sistem perpajakan.
Kombinasi rupiah yang menguat dan IHSG yang melemah menunjukkan adanya divergensi sentimen. Rupiah mendapat angin segar dari faktor eksternal, sementara pasar saham masih diliputi kecemasan domestik.
Tantangan besar menanti: menjaga stabilitas fiskal, menata sistem perpajakan, serta memastikan komunikasi kebijakan yang meyakinkan investor. Pasar kini menanti langkah konkret dari pemerintah untuk membuktikan bahwa pergantian Menkeu bukan sekadar manuver politik, melainkan pijakan menuju arah ekonomi yang lebih kuat dan berkeadilan.
