BONA NEeWS. Jakarta..— Konflik antara Israel dan Hamas kembali meningkat pada pertengahan September 2025, memicu perhatian dunia internasional. Serangan udara Israel di Gaza utara dan serangan di Doha, Qatar, menandai eskalasi terbaru dari konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun. Konflik ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga krisis kemanusiaan yang serius serta tekanan diplomatik dari negara-negara di seluruh dunia.
Pada awal September 2025, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Gaza utara dengan target utama markas Hamas dan fasilitas strategis lainnya. Militer Israel mengklaim serangan ini berhasil menewaskan lebih dari 20 anggota Hamas yang dianggap tokoh kunci operasi militer organisasi tersebut. Namun, serangan ini juga menimbulkan korban sipil. Dalam satu serangan, sedikitnya 13 warga Palestina tewas, termasuk anak-anak dan perempuan. Infrastruktur publik, seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas penting lainnya, mengalami kerusakan parah atau hancur sama sekali.
Selain operasi di Gaza, Israel melakukan serangan udara di distrik Leqtaifiya, Doha, Qatar, pada 9 September 2025. Serangan ini menargetkan pemimpin Hamas yang sedang berada di Qatar untuk membahas gencatan senjata. Serangan tersebut menewaskan enam orang, termasuk seorang anggota keamanan Qatar, dan melukai beberapa lainnya. Pemerintah Qatar mengecam tindakan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional dan kedaulatan negara, menyebutnya “serangan pengecut” yang menghambat proses diplomasi di kawasan Timur Tengah.
Sejak awal September hingga 14 September 2025, serangan Israel di Gaza dilakukan secara bertahap, menargetkan fasilitas militer Hamas, gedung tinggi, dan jalur komunikasi. Serangan udara ini juga disertai blokade dan pembatasan akses, membuat warga sipil semakin rentan terhadap krisis kemanusiaan. Hamas, di sisi lain, membalas dengan serangan roket ke wilayah Israel, meski jumlah korban sipil Israel relatif lebih sedikit dibandingkan Gaza.
Data sementara hingga 14 September 2025 menunjukkan dampak besar dari eskalasi konflik ini:
| Kategori Korban | Jumlah |
|---|---|
| Korban tewas total | 64.000+ |
| Korban tewas Palestina | 58.000+ |
| Korban tewas Israel | 6.000+ |
| Rumah rusak/hancur | 45.000+ |
| Rumah sakit & fasilitas publik hancur | 120+ |
| Warga sipil terlantar | 300.000+ |
Krisis kemanusiaan di Gaza makin parah karena blokade dan pembatasan akses. Banyak warga kehilangan tempat tinggal, air bersih, makanan, dan layanan medis. Anak-anak dan perempuan menjadi kelompok paling rentan, mengalami trauma berkepanjangan akibat konflik yang terus berlangsung. Di sisi Israel, serangan roket dari Gaza menimbulkan ketakutan dan gangguan psikologis, meski jumlah korban lebih sedikit dibandingkan di Gaza.
Rumah sakit yang rusak dan terbatasnya tenaga medis membuat kondisi kesehatan warga sipil semakin kritis. Organisasi internasional berupaya memberikan bantuan darurat, termasuk distribusi makanan, obat-obatan, dan air bersih, namun keterbatasan akses dan keamanan membuat bantuan sulit dijangkau ke seluruh wilayah yang terdampak.
Kronologi Serangan Terbaru
- 9 September 2025: Serangan Israel di Doha, Qatar, menargetkan pemimpin Hamas yang tengah membahas gencatan senjata. Enam orang tewas, termasuk seorang anggota keamanan Qatar.
- 10 September 2025: Serangan udara Israel di Gaza utara menewaskan 7 warga sipil, termasuk anak-anak, serta menghancurkan beberapa gedung tinggi dan fasilitas publik.
- 11 September 2025: Hamas membalas dengan meluncurkan roket ke wilayah Israel. Tidak ada korban sipil besar di Israel, namun gangguan psikologis warga meningkat.
- 12 September 2025: Serangan tambahan oleh Israel menghancurkan jalur komunikasi dan fasilitas militer Hamas. Banyak warga sipil kehilangan rumah.
- 13–14 September 2025: Intensitas serangan udara Israel meningkat. Menlu AS Marco Rubio mengunjungi Israel untuk bertemu PM Netanyahu, membahas situasi di Gaza dan serangan di Doha.
Respons Internasional
Respons datang dari berbagai pihak:
- Amerika Serikat: Menlu Marco Rubio bertemu Perdana Menteri Netanyahu untuk membahas situasi di Gaza dan menekankan perlindungan warga sipil. Presiden Donald Trump menyatakan ketidaksetujuan terhadap beberapa tindakan militer Israel, meski tetap mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri.
- Negara-negara Arab: Menyelenggarakan KTT darurat di Doha untuk mengecam serangan Israel. Para pemimpin Arab menegaskan solidaritas terhadap Qatar dan Palestina serta menekankan pentingnya penyelesaian damai.
- PBB & Organisasi Internasional: Mendesak gencatan senjata segera, perlindungan warga sipil, serta akses aman bagi bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Konflik ini juga berdampak pada proses normalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab. Serangan di Doha menimbulkan kritik keras dari dunia Arab, memperlambat upaya diplomasi dan menambah tekanan politik bagi Israel.
Warga sipil di Gaza menghadapi kondisi yang sangat sulit. Banyak yang kehilangan tempat tinggal, sebagian besar sekolah dan fasilitas umum hancur. Anak-anak mengalami trauma akibat mendengar ledakan dan menyaksikan kekerasan. Kekurangan pangan dan air bersih memperparah penderitaan. Di Israel, meski korban sipil lebih sedikit, serangan roket dari Gaza menimbulkan kepanikan dan gangguan psikologis bagi masyarakat.
Bantuan kemanusiaan dari organisasi internasional seperti Palang Merah, UNICEF, dan WHO terus berupaya menjangkau warga terdampak. Distribusi obat-obatan, makanan, dan air bersih dilakukan di beberapa wilayah, namun akses terbatas karena keamanan yang tidak stabil.
Eskalasi konflik Israel-Hamas hingga 14 September 2025 menunjukkan kompleksitas situasi di Timur Tengah. Ribuan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan krisis kemanusiaan menjadi kenyataan sehari-hari bagi warga Gaza dan Israel. Respons internasional melalui diplomasi, KTT, dan bantuan kemanusiaan terus dilakukan, namun penyelesaian damai yang berkelanjutan masih jauh dari jangkauan.
Dunia internasional terus memantau perkembangan ini, berharap adanya langkah konkret untuk menghentikan kekerasan, melindungi warga sipil, dan membuka jalan bagi perdamaian yang stabil di wilayah Timur Tengah.
