BONA NEWS. Ujung Kulon, Banten. – Kementerian Kehutanan Republik Indonesia bersama sejumlah mitra konservasi nasional dan internasional memperingati Hari Badak Sedunia 2025 di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, sebagai habitat terakhir Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Acara ini menjadi momen strategis untuk menekankan urgensi pelestarian badak yang menghadapi ancaman kepunahan akibat perburuan ilegal dan hilangnya habitat.
Peringatan ini bukan sekadar seremonial. Rangkaian kegiatan edukasi, patroli simbolik, penanaman pohon, hingga seminar konservasi dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, melibatkan komunitas lokal, dan menegaskan kolaborasi pemerintah dengan lembaga internasional.
Badak di Indonesia: Populasi Kritis
Indonesia merupakan rumah bagi dua spesies badak yang sangat terancam punah:
- Badak Jawa: ±85 individu, hanya ada di Ujung Kulon.
- Badak Sumatera: kurang dari 80 individu, tersebar di Way Kambas, Gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, dan Suaka Badak Sumatera di Aceh.
Menurut data Kementerian Kehutanan, tekanan dari perburuan ilegal, hilangnya habitat, dan fragmentasi hutan membuat spesies ini berada dalam kondisi kritis.
“Hari Badak Sedunia bukan hanya peringatan, tapi juga pengingat bahwa badak Indonesia membutuhkan perlindungan serius. Populasi yang sedikit membuat setiap individu sangat berharga,” kata Dr. Budi Santoso, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan, Senin (22/9/2025).
Peringatan dimulai pagi hari dengan upacara simbolik di Ujung Kulon, dipimpin oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, menekankan bahwa badak adalah simbol identitas bangsa dan kelestarian ekosistem Indonesia. Sebagai simbol kelestarian, pelepasan burung endemik dilakukan di lokasi acara.
Rangkaian kegiatan kemudian dilanjutkan dengan seminar dan workshop edukasi, menghadirkan para peneliti, akademisi, dan praktisi konservasi. Mereka membahas strategi pelestarian, teknologi reproduksi (ART), serta peran masyarakat lokal dalam menjaga habitat badak.
Selain seminar, pameran foto interaktif menampilkan kondisi badak di alam liar, kegiatan patroli anti-perburuan, dan informasi tentang cara masyarakat mendukung konservasi.
Menjelang siang, Tim Rhino Protection Unit (RPU) melakukan patroli simbolik di habitat Badak Jawa. Aksi ini diikuti penanaman pohon untuk restorasi habitat kritis.
Kegiatan serupa juga berlangsung di Way Kambas, Lampung, fokus pada pengembangbiakan Badak Sumatera secara semi in-situ. Di Jakarta, kantor Kementerian Kehutanan mengadakan seminar dan konferensi pers yang diikuti pejabat, akademisi, LSM, dan media nasional.
“Partisipasi aktif masyarakat lokal sangat menentukan keberhasilan konservasi. Edukasi, patroli, dan keterlibatan komunitas adalah kunci agar badak tetap hidup di habitat aslinya,” jelas Reza Fahlevi, Kepala Program Satwa Liar WWF Indonesia, Senin (22/9/2025).
Pemerintah bersama mitra konservasi menerapkan langkah-langkah strategis konservasi:
- Patroli Anti-Perburuan & RPU: Tim patroli dilengkapi kamera jebak, drone, dan anjing K-9 untuk mencegah perburuan ilegal.
- Rehabilitasi & Restorasi Habitat: Penanaman vegetasi asli, pengelolaan hutan kritis, dan pengamanan kawasan konservasi.
- Program Pengembangbiakan Semi In-Situ & In-Vitro: Kolaborasi dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI), IPB University, dan mitra internasional menggunakan teknologi ART dan biobank DNA.
- Translokasi Badak Jawa: Memindahkan individu untuk meningkatkan peluang reproduksi dan mengurangi risiko kepunahan akibat bencana atau wabah penyakit.
- Kampanye Edukasi & Pelibatan Masyarakat: Relawan, sekolah, komunitas, dan media sosial dilibatkan aktif dalam kegiatan konservasi.
“Setiap langkah konservasi yang kita lakukan harus berbasis data dan melibatkan masyarakat. Tanpa kolaborasi ini, upaya penyelamatan badak tidak akan maksimal,” ujar Dr. Siti Nurjanah, peneliti konservasi satwa liar di IPB University kepada wartawan, Senin (22/9/2025).
Dalam rangka peringatan ini, International Rhino Foundation (IRF) menyerahkan patung Badak Jawa berbahan perunggu sebagai simbol kerja sama global. Selain IRF, lembaga seperti WWF dan IUCN mendukung program konservasi melalui pendanaan, pelatihan, dan transfer teknologi.
Dukungan internasional dianggap penting untuk menghadapi tekanan global, terutama terkait perburuan ilegal yang menyasar cula badak dengan nilai tinggi di pasar gelap.
Peran masyarakat sangat strategis, beberapa bentuk kontribusi yang dijalankan antara lain:
- Mengikuti program edukasi dan kampanye konservasi.
- Menjadi relawan patroli atau pendamping pengelolaan habitat.
- Menyebarkan informasi tentang badak melalui media sosial dan komunitas.
- Menolak produk ilegal berbahan dasar satwa dilindungi, termasuk cula badak.
Masyarakat lokal di sekitar Ujung Kulon dan Way Kambas kini semakin aktif. Banyak yang menjadi relawan patroli, pendamping penanaman pohon, serta pengawas habitat badak.
“Keterlibatan kami bukan hanya soal pekerjaan, tapi tanggung jawab menjaga lingkungan untuk anak cucu,” ujar Ahmad Zulfikar, warga Desa Peucang, Ujung Kulon, yang menjadi relawan Rhino Protection Unit, Senin (22/9/2025)
Sejarah dan Signifikansi Hari Badak Sedunia
Hari Badak Sedunia pertama kali diperingati pada 2010 untuk menarik perhatian global terhadap risiko kepunahan badak. Badak memiliki peran ekologis penting sebagai pengatur vegetasi dan penyebar biji tanaman, sehingga hilangnya badak dapat mengganggu keseimbangan ekosistem hutan tropis.
Di Indonesia, Hari Badak Sedunia dirayakan dengan kegiatan yang tidak hanya simbolis, tetapi juga edukatif dan strategis, termasuk:
- Seminar dan workshop konservasi
- Pameran edukasi publik
- Patroli dan pengawasan habitat
- Keterlibatan sekolah dan komunitas lokal
Meski berbagai upaya konservasi telah dilakukan, tantangan tetap ada:
- Perburuan ilegal – nilai cula tinggi di pasar gelap internasional.
- Hilangnya habitat alami – alih fungsi lahan untuk perkebunan, pertanian, dan pembangunan infrastruktur.
- Populasi kecil – rentan terhadap bencana alam, wabah penyakit, dan tekanan genetik.
Meski demikian, kolaborasi pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat memberikan harapan bagi kelangsungan hidup badak.
Program konservasi yang berjalan menunjukkan hasil nyata berdampak positif:
- Populasi Badak Jawa stabil di Ujung Kulon.
- Badak Sumatera berhasil dikembangbiakkan secara semi in-situ di Way Kambas dan Suaka Badak Sumatera.
- Kesadaran masyarakat meningkat, terutama generasi muda yang ikut dalam edukasi dan kampanye media sosial.
- Keterlibatan komunitas lokal dalam patroli dan restorasi habitat membuat konservasi lebih efektif.
Peringatan Hari Badak Sedunia 2025 menegaskan bahwa pelestarian badak adalah tanggung jawab bersama. Menjaga badak berarti menjaga identitas bangsa, ekosistem, dan warisan alam untuk generasi mendatang.
Dengan strategi konservasi yang matang, teknologi reproduksi modern, edukasi publik, dan partisipasi masyarakat, Indonesia berkomitmen menyelamatkan spesies langka ini dari kepunahan. Badak tetap hidup di habitat aslinya, ekosistem tetap terjaga, dan generasi mendatang dapat menyaksikan ikon satwa langka Indonesia.
