BONA NEWS. Jakarta, Indonesia. – Bank Dunia resmi menyetujui pembiayaan sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 8,1 triliun (kurs Rp 16.200) untuk mendukung program Indonesia Electricity Network Transformation (I-ENET). Program ini akan dijalankan oleh PLN di wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), kawasan dengan konsumsi listrik terbesar di Indonesia.
Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia memperkuat jaringan distribusi listrik, mengintegrasikan energi terbarukan, serta melakukan digitalisasi sistem kelistrikan. Selain itu, program ini menandai keseriusan Indonesia memenuhi komitmen transisi energi sekaligus menjaga ketahanan pasokan listrik nasional.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, yang membuat distribusi energi listrik menjadi pekerjaan raksasa. Jawa, Madura, dan Bali yang menyumbang lebih dari 70 persen konsumsi listrik nasional masih relatif beruntung karena memiliki infrastruktur kelistrikan yang lebih maju dibandingkan wilayah lain. Namun, pertumbuhan permintaan energi, penetrasi kendaraan listrik, serta meningkatnya kapasitas energi terbarukan menuntut modernisasi jaringan agar tetap andal.
Data PLN menunjukkan konsumsi listrik nasional tumbuh rata-rata 4,5 persen per tahun, dengan proyeksi permintaan di Jamali mencapai lebih dari 300 terawatt jam (TWh) pada 2030. Tanpa peningkatan kapasitas dan digitalisasi, jaringan distribusi akan kesulitan menjaga kualitas pasokan, apalagi ketika energi surya dan angin semakin dominan yang sifatnya intermiten (tidak stabil).
Inilah yang mendorong lahirnya program I-ENET, sebuah inisiatif jangka panjang yang tidak hanya menambah kapasitas teknis jaringan, tetapi juga mentransformasikannya menjadi smart grid modern.
Bank Dunia menyebut I-ENET sebagai program modernisasi sistem distribusi listrik yang paling ambisius di Asia Tenggara saat ini. Beberapa komponen utama yang akan dibiayai antara lain:
- Integrasi Energi Terbarukan
- Target awal adalah menyerap hingga 300 MW rooftop solar di jaringan distribusi Jamali.
- Kapasitas ini diproyeksikan tumbuh seiring meningkatnya minat masyarakat dan industri memasang panel surya atap.
- Digitalisasi Jaringan
- Penerapan Advanced Distribution Management System (ADMS) dan SCADA untuk memantau aliran listrik secara real time.
- Teknologi ini memungkinkan deteksi gangguan lebih cepat, pemulihan otomatis, serta distribusi daya yang lebih efisien.
- Smart Meter dan Otomatisasi
- Pemasangan meter pintar di jutaan pelanggan rumah tangga dan industri, sehingga penggunaan listrik bisa dipantau secara detail.
- Smart meter juga mendukung sistem prabayar, efisiensi energi, dan integrasi dengan sistem energi terbarukan rumah tangga.
- Penguatan Infrastruktur Fisik
- Modernisasi ribuan kilometer jaringan distribusi tegangan menengah dan rendah.
- Peningkatan kapasitas gardu dan transformator agar lebih tahan terhadap beban puncak.
Dana US$ 500 juta dari Bank Dunia akan disalurkan melalui skema Program-for-Results (PforR), di mana pencairan dana dilakukan berdasarkan capaian kinerja yang terukur.
Namun, pembiayaan tidak hanya datang dari Bank Dunia:
- PLN berkomitmen menyediakan US$ 491 juta sebagai dana pendamping.
- Investasi swasta juga akan dilibatkan, dengan target mobilisasi hingga US$ 342 juta.
Dengan demikian, total nilai investasi program I-ENET diperkirakan mencapai lebih dari US$ 1,3 miliar.
Menurut Bank Dunia, kombinasi dana publik dan swasta ini penting agar proyek memiliki keberlanjutan jangka panjang serta mendorong partisipasi investor dalam transisi energi.
Keberhasilan program ini diharapkan membawa manfaat luas bagi jutaan pelanggan listrik di Jamali.
- Masyarakat rumah tangga akan merasakan penurunan frekuensi dan durasi pemadaman (indikator SAIDI/SAIFI).
- Industri akan memperoleh pasokan listrik yang lebih stabil, yang sangat krusial bagi kawasan industri besar di Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Bali.
- Lingkungan diuntungkan dengan meningkatnya kapasitas energi terbarukan, mendukung target net zero emission 2060.
Tak kalah penting, digitalisasi jaringan juga akan memperkuat resiliensi sistem listrik menghadapi perubahan iklim, misalnya cuaca ekstrem yang dapat memicu gangguan.
Komitmen Transisi Energi: Indonesia di Panggung Global
Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Salah satu kunci mencapai target ini adalah memperbesar porsi energi terbarukan dalam bauran energi.
Namun, integrasi energi surya dan angin tidak bisa dilakukan tanpa jaringan listrik yang fleksibel dan pintar. Dengan modernisasi melalui I-ENET, PLN diproyeksikan mampu menampung pertumbuhan pesat kapasitas energi terbarukan tanpa mengorbankan stabilitas pasokan.
Program ini juga memperkuat posisi Indonesia di panggung global, terutama menjelang forum-forum internasional seperti COP30 di Brasil tahun depan, di mana komitmen nyata terhadap transisi energi akan mendapat sorotan dunia.
Meski menjanjikan, program I-ENET tidak lepas dari tantangan:
- Pendanaan Berkelanjutan
- Meski ada dukungan Bank Dunia, keberlanjutan program bergantung pada kesehatan keuangan PLN dan daya tarik investasi swasta.
- Teknologi dan SDM
- Implementasi smart grid memerlukan tenaga ahli yang mumpuni serta infrastruktur teknologi informasi yang canggih.
- Regulasi dan Kebijakan
- Integrasi rooftop solar masih menghadapi tantangan regulasi, terutama dalam mekanisme ekspor-impor listrik (net metering) yang harus jelas dan menarik bagi konsumen.
- Kesiapan Masyarakat
- Adopsi meter pintar dan sistem digital memerlukan edukasi kepada pelanggan agar memahami manfaat sekaligus cara penggunaannya.
Dalam siaran persnya, Bank Dunia menegaskan bahwa dukungan ini bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga transfer pengetahuan dan praktik terbaik dari pengalaman internasional.
“Transformasi jaringan listrik adalah fondasi untuk masa depan energi Indonesia yang lebih bersih, andal, dan inklusif. Melalui I-ENET, kami berharap jutaan masyarakat akan merasakan manfaat langsung dari layanan listrik yang lebih baik,” tulis Bank Dunia.
PLN sendiri menyambut baik dukungan ini. Mereka menegaskan modernisasi jaringan akan menjadi prioritas utama dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hijau 2021–2030.
Persetujuan pembiayaan US$ 500 juta dari Bank Dunia untuk program I-ENET menandai langkah besar dalam modernisasi sistem kelistrikan Indonesia. Dengan kombinasi digitalisasi, integrasi energi terbarukan, serta sinergi pembiayaan publik dan swasta, proyek ini diyakini mampu menjawab tantangan masa depan.
Bagi Indonesia, program ini lebih dari sekadar proyek infrastruktur. Ia adalah simbol transformasi menuju masa depan energi yang lebih hijau, modern, dan berkelanjutan — sekaligus bukti bahwa transisi energi bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang sedang dibangun hari ini.