BONA NEWS. Medan, Sumatera Utara. — Fenomena langka baru saja menghebohkan warga Blitar, Jawa Timur. Bayangkan, seekor anak kambing lahir dengan satu mata di tengah wajahnya — sebuah pemandangan yang biasanya hanya muncul di buku genetika atau cerita mistis. Kejadian ini terjadi pada Agustus 2021, namun sampai hari ini masih menjadi perbincangan hangat di berbagai media dan sosial.

Siti Rofiah, seorang peternak kambing di Dusun Tawang Brak, Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Garum, Blitar, tak menyangka akan menghadapi peristiwa yang begitu langka. Pada pagi hari yang tenang itu, induk kambing miliknya melahirkan dua anak jantan. Saat diperiksa, tampak jelas kelainan yang jarang terjadi: kedua anak kambing itu hanya memiliki satu mata yang menempel di tengah wajah mereka.

Sayangnya, salah satu dari mereka tidak bertahan lama. Sementara itu, anak kambing yang masih hidup membutuhkan perawatan ekstra karena tidak bisa menyusu langsung dari induknya. Peternak harus memberinya susu secara manual agar tetap hidup.

Warga setempat yang mendengar kabar ini langsung berdatangan untuk melihat fenomena yang tidak biasa ini. Beberapa merasa kagum, sementara yang lain tampak takut. Fenomena ini menyebar cepat, dari mulut ke mulut hingga masuk ke media sosial, membuat banyak orang penasaran.

Reaksi masyarakat beragam. Ada yang menganggap kelahiran anak kambing bermata satu sebagai pertanda atau fenomena mistis. Dalam kepercayaan setempat, beberapa orang menyebutnya mirip sosok “Dajjal” karena penampilannya yang aneh dan berbeda dari kambing pada umumnya.

Di sisi lain, sebagian warga tetap menekankan fakta ilmiah. Mereka melihat peristiwa ini sebagai keajaiban alam, sesuatu yang langka namun nyata. Fenomena ini membuka diskusi tentang bagaimana alam dan genetika bisa menciptakan kejadian yang begitu unik.

Menurut dokter hewan setempat, kelainan seperti ini termasuk dalam kategori cyclopia — kelainan genetik langka yang menyebabkan bayi atau hewan lahir dengan satu mata di tengah wajah. Cyclopia terjadi ketika perkembangan embrio terganggu, sehingga dua rongga mata tidak terbentuk sempurna. Faktor penyebabnya bisa bervariasi, mulai dari genetika, infeksi virus, paparan zat berbahaya, hingga kombinasi beberapa faktor sekaligus.

Ilmu di Balik Keajaiban

Meskipun fenomena ini tampak ajaib dan bahkan menyeramkan bagi sebagian orang, ilmu pengetahuan memiliki penjelasan rasional. Cyclopia sebenarnya tidak hanya terjadi pada kambing, tetapi juga bisa muncul pada hewan lain, termasuk manusia, walaupun sangat jarang.

Menurut para ahli genetika, kelainan seperti ini biasanya disebabkan oleh perkawinan sedarah atau mutasi kromosom. Dalam kasus kambing, jika induk dan pejantan memiliki hubungan genetis yang dekat, risiko munculnya kelainan genetik meningkat.

Selain faktor genetik, lingkungan juga berperan. Paparan zat kimia tertentu, infeksi selama kehamilan, atau gangguan nutrisi bisa memicu kelainan ini. Namun, meski faktor-faktor ini berkontribusi, kelahiran kambing bermata satu tetap sangat jarang terjadi, sehingga wajar jika fenomena ini mengejutkan warga.

Fenomena Serupa di Daerah Lain

Bukan hanya Blitar yang pernah mengalami kejadian seperti ini. Di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, misalnya, pada Oktober 2025, lahir seekor anak kambing bermata satu. Sayangnya, anak kambing tersebut hanya bertahan hidup selama satu jam setelah lahir. Warga di sana juga sempat heboh, bahkan sebagian menyebutnya sebagai “kambing Dajjal.”

Fenomena serupa ini menunjukkan bahwa kelainan genetika adalah bagian dari realitas alam. Meskipun jarang, hal ini bisa terjadi di berbagai daerah dan pada hewan berbeda.

Kelahiran anak kambing bermata satu menjadi pengingat bagi kita bahwa alam memiliki banyak misteri. Kejadian ini juga menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dalam memahami fenomena unik. Daripada terjebak dalam spekulasi mistis, masyarakat bisa belajar dari sisi genetika dan kesehatan hewan.

Beberapa dokter hewan bahkan menyarankan agar peternak memperhatikan faktor genetika dalam pembiakan kambing. Memastikan induk dan pejantan tidak memiliki hubungan dekat dapat menurunkan risiko kelainan genetik. Selain itu, nutrisi dan lingkungan yang sehat juga berperan penting dalam perkembangan embrio yang normal.

Namun, bukan berarti pendekatan ilmiah harus menghapus rasa kagum dan hormat terhadap alam. Kejadian ini tetap bisa dianggap sebagai keajaiban alam yang menakjubkan, sekaligus membuka peluang bagi edukasi masyarakat tentang genetika dan kesehatan hewan.

Fenomena kambing bermata satu juga menginspirasi berbagai cerita di media sosial. Beberapa video menunjukkan anak kambing yang masih hidup dengan kondisi uniknya. Warga membagikan foto-foto dan kisah ini, membuat orang dari berbagai daerah penasaran dan ingin tahu lebih banyak.

Beberapa orang mengambil hikmah dari kejadian ini. Ada yang menyebutnya sebagai pengingat untuk lebih peduli pada hewan, ada pula yang melihatnya sebagai tanda bahwa alam penuh kejutan. Fenomena ini juga menjadi bahan pembelajaran bagi anak-anak dan remaja tentang genetika, keberagaman, dan keajaiban alam.

Kelahiran anak kambing bermata satu di Blitar bukan sekadar berita heboh. Fenomena ini adalah perpaduan antara keajaiban alam, ilmu genetika, dan reaksi budaya masyarakat. Warga Blitar sempat terkejut, takut, kagum, dan penasaran. Di sisi lain, dokter hewan dan ahli genetika memberikan penjelasan rasional yang menenangkan masyarakat dan menambah wawasan ilmiah.

Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini mengingatkan kita bahwa alam memiliki cara unik untuk menunjukkan keajaibannya. Kadang, keajaiban itu muncul dalam bentuk yang menakjubkan dan bahkan menyeramkan. Tetapi, di balik semua itu, selalu ada ilmu yang menunggu untuk dipahami.

Jadi, meski anak kambing bermata satu terlihat menakutkan, fenomena ini tetap bisa menjadi pembelajaran dan inspirasi bagi masyarakat luas — bahwa dunia ini penuh misteri, dan setiap makhluk hidup memiliki cerita uniknya sendiri.