BONA NEWS. Serdang Bedagai, Sumatera Utara.  — Curah hujan tinggi yang melanda kawasan Serdang Bedagai sejak awal pekan menyebabkan Sungai Sei Belutu meluap dan merendam permukiman warga di sejumlah kecamatan. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Rabu, 15 Oktober 2025, mencatat sedikitnya 686 rumah warga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 80 sentimeter di beberapa titik terparah.

Selain merendam pemukiman, banjir juga menggenangi 60 hektare lahan kelapa sawit dan 18 hektare lahan tanaman ubi milik warga. Kejadian ini melanda beberapa desa di Kecamatan Sei Rampah, Sei Bamban, dan sebagian wilayah Dolok Masihul. Hingga siang hari, debit air dilaporkan mulai menurun seiring cuaca yang mulai cerah di wilayah hulu.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Serdang Bedagai, Abdul Rahman Purba, mengatakan pihaknya langsung menurunkan tim tanggap darurat untuk mengevakuasi warga dan mendirikan dua unit tenda darurat di Dusun I, Desa Cempedak Lobang.

“Kami telah mendirikan dua tenda darurat sebagai posko siaga dan pusat koordinasi tanggap darurat. Petugas bersama relawan memantau perkembangan debit air secara berkala dan menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak,” ujar Abdul Rahman Purba dalam laporan resmi yang diterima redaksi, Rabu (15/10/2025).

Dua posko tersebut menjadi tempat penampungan sementara bagi warga yang rumahnya masih tergenang serta berfungsi sebagai titik distribusi bantuan dari pemerintah daerah dan organisasi kemanusiaan.

Banjir menyebabkan ratusan keluarga mengungsi sementara ke posko darurat dan rumah kerabat. Warga membawa perabotan penting seadanya, sementara sebagian lainnya bertahan di lantai dua rumah masing-masing.

Aktivitas ekonomi di pasar tradisional Sei Rampah sempat terhenti. Jalan penghubung antar-desa tergenang hingga setinggi lutut orang dewasa, menyulitkan distribusi barang dan akses kendaraan. Aparat kepolisian dan relawan menutup beberapa ruas jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda dua.

BPBD mengimbau warga tetap waspada terhadap potensi banjir susulan, mengingat curah hujan di wilayah hulu Sungai Sei Belutu masih tinggi.

“Kita terus berkoordinasi dengan BMKG dan Balai Wilayah Sungai Sumatera II untuk memantau kondisi air sungai,” ujar Abdul Rahman.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai melalui perangkat daerah terkait telah mengerahkan bantuan cepat tanggap. Dinas Sosial membuka dapur umum di Balai Desa Sei Rampah untuk menyediakan makanan siap saji bagi pengungsi.

Bupati Serdang Bedagai, H. Darma Wijaya, memastikan pemerintah daerah turun langsung untuk mempercepat penanganan warga terdampak.

“Kita sudah aktifkan semua sumber daya daerah untuk memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi — mulai dari pangan, air bersih, hingga layanan kesehatan. Kita juga koordinasi dengan BPBD provinsi untuk bantuan tambahan,” kata Darma Wijaya saat meninjau lokasi banjir, Rabu pagi (15/10/2025).

Bupati juga menegaskan, pihaknya tengah mengajukan bantuan tanggap darurat ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan menginstruksikan evaluasi infrastruktur pengendali banjir.

Banjir membawa dampak langsung terhadap sanitasi lingkungan. Laporan dari Dinas Kesehatan Serdang Bedagai menyebutkan potensi peningkatan kasus infeksi kulit dan diare akibat air tercemar dan genangan lumpur.

Tim medis disiagakan di posko untuk memberikan layanan kesehatan gratis. Mereka juga membagikan tablet klorin, obat anti-diare, serta perlengkapan kebersihan dasar kepada keluarga terdampak. “Kami juga melakukan penyuluhan kepada warga agar tidak mengonsumsi air yang belum direbus dan tetap menjaga kebersihan diri,” ujar petugas lapangan dari Puskesmas Sei Rampah.

Pemerintah daerah juga berkoordinasi dengan PDAM untuk memastikan pasokan air bersih di lokasi pengungsian.

Sektor pertanian menjadi salah satu yang paling terdampak. Berdasarkan data sementara dari Dinas Pertanian, total lahan yang tergenang mencapai 78 hektare, terdiri atas 60 hektare lahan kelapa sawit dan 18 hektare lahan tanaman ubi.

Banjir menyebabkan sebagian tanaman terendam lebih dari dua hari, yang berpotensi mengakibatkan kerusakan akar dan menurunkan produktivitas. Petani khawatir dampak ini akan berlanjut hingga masa panen.

“Kalau air tidak cepat surut, sawit bisa layu dan rusak. Tahun lalu kejadian serupa, hasil panen turun sampai 30 persen,” ujar seorang petani sawit di Desa Sei Bamban kepada jurnalis, Rabu (15/10/2025).

Dinas Pertanian akan melakukan pendataan kerugian serta mengusulkan bantuan benih dan pupuk bagi petani terdampak.

Wilayah Serdang Bedagai dikenal sebagai salah satu kawasan rawan banjir di pesisir timur Sumatera Utara. Sungai Sei Belutu, Sungai Hitam, dan anak-anak sungainya menjadi titik rawan ketika curah hujan ekstrem terjadi di wilayah hulu.

Data BNPB menunjukkan, dalam lima tahun terakhir banjir musiman terjadi hampir setiap tahun di kawasan Kecamatan Sei Rampah dan Sei Bamban. Penyempitan badan sungai akibat sedimentasi serta kurang optimalnya sistem drainase disebut menjadi faktor utama penyebab meluapnya air.

Pemerintah kabupaten telah mengusulkan program normalisasi Sungai Sei Belutu ke Balai Wilayah Sungai Sumatera II sejak tahun lalu, namun pengerjaan fisik masih menunggu alokasi anggaran pemerintah pusat.

“Perlu pengerukan dan pelebaran sungai di titik tertentu. Selama belum ada perbaikan menyeluruh, risiko banjir akan tetap tinggi,” ujar seorang pejabat teknis Dinas PUPR Sergai.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan memperkirakan intensitas hujan di wilayah pantai timur Sumatera Utara masih tinggi hingga akhir pekan. Kondisi ini dipengaruhi oleh aktivitas gelombang monsun Asia dan pertemuan angin di wilayah Sumatera bagian utara.

Kepala BMKG Wilayah I Medan menyampaikan bahwa masyarakat diminta tetap waspada, terutama di daerah bantaran sungai dan dataran rendah.

“Potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir masih ada dalam beberapa hari ke depan. Kami minta warga dan pemerintah daerah memperhatikan informasi peringatan dini,” katanya dalam rilis resmi.

Selain bantuan pemerintah, sejumlah lembaga sosial dan organisasi masyarakat ikut bergerak. Relawan dari PMI, Karang Taruna, dan komunitas pemuda lokal menyalurkan bantuan logistik berupa beras, air mineral, pakaian layak pakai, dan perlengkapan bayi.

Mereka juga membantu pembersihan lingkungan setelah air mulai surut. “Kami gotong royong membersihkan lumpur di rumah warga dan jalan desa. Semoga aktivitas warga bisa kembali normal secepatnya,” ujar seorang relawan Karang Taruna Cempedak Lobang.

Situasi Terkini: Air Berangsur Surut, Warga Bersih-Bersih Rumah

Pantauan pada Rabu siang menunjukkan air di sejumlah titik utama sudah berangsur surut. Warga mulai membersihkan rumah, menjemur kasur, serta memungut sisa perabotan yang hanyut. Jalan utama Sei Rampah–Cempedak Lobang yang sebelumnya tergenang kini sudah dapat dilalui kendaraan.

Meski demikian, BPBD tetap menempatkan petugas di lapangan untuk siaga apabila hujan kembali turun. Posko darurat di Desa Cempedak Lobang masih beroperasi hingga situasi dinyatakan benar-benar aman.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai bersama instansi vertikal berkomitmen melakukan evaluasi menyeluruh atas penanganan banjir kali ini. Evaluasi mencakup sistem drainase, tata kelola DAS (daerah aliran sungai), serta kesiapsiagaan masyarakat di desa rawan banjir.

Rencana jangka panjang yang telah disusun mencakup:

  • Normalisasi Sungai Sei Belutu dan anak sungainya,
  • Rehabilitasi infrastruktur irigasi dan drainase perkotaan,
  • Penanaman vegetasi penahan erosi di hulu sungai,
  • Pembentukan tim tanggap cepat di tiap desa rawan banjir.

Langkah-langkah ini diharapkan mampu mengurangi risiko banjir berulang dan meningkatkan kesiapan masyarakat menghadapi bencana hidrometeorologi.

Banjir yang terjadi di Serdang Bedagai pertengahan Oktober 2025 ini menjadi peringatan penting bahwa persoalan tata kelola air dan pengelolaan lingkungan masih perlu perhatian serius. Meski air kini mulai surut dan warga berangsur kembali ke rumah masing-masing, dampak sosial dan ekonomi masih terasa.

Pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat terus berupaya mempercepat pemulihan. Kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah, relawan, dan warga—dianggap sebagai kunci keberhasilan dalam memulihkan kehidupan pasca-banjir dan mencegah kejadian serupa di masa depan.