BONA NEWS. Jakarta, Indonesia. – Umat Hindu di Indonesia tengah merayakan Diwali 2025, festival cahaya yang menjadi salah satu perayaan terbesar dalam kalender Hindu. Meski Diwali bukan termasuk hari libur nasional di Indonesia, antusiasme perayaan tetap tinggi di berbagai wilayah, termasuk Bali, Jakarta, Surabaya, dan komunitas Hindu di kota-kota besar lainnya. Festival ini tidak hanya menjadi momen religius, tetapi juga menjadi ajang pelestarian budaya dan kebersamaan komunitas Hindu di tanah air.
Diwali, yang juga dikenal sebagai Deepavali, memiliki makna mendalam bagi umat Hindu. Secara harfiah, Deepavali berarti “barisan cahaya” atau “rantai lampu”. Festival ini melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan, cahaya atas kegelapan, dan pengetahuan atas kebodohan. Perayaan ini berakar pada sejumlah legenda Hindu, termasuk kisah Rama kembali ke Ayodhya setelah mengalahkan Rahwana, serta dewi Lakshmi, dewi kekayaan dan kemakmuran, yang dipuja selama festival ini.
Diwali juga menjadi simbol persatuan dan perdamaian, di mana keluarga dan tetangga saling bertukar ucapan selamat, hadiah, dan makanan khas. Nilai-nilai ini tetap dijaga oleh komunitas Hindu di Indonesia meski perayaan berlangsung di tengah masyarakat dengan beragam keyakinan.
Jadwal Perayaan Diwali 2025
Tahun ini, Diwali jatuh pada Senin, 20 Oktober 2025, dengan perayaan puncak berupa Lakshmi Puja pada malam hari. Namun, beberapa komunitas merayakan malam puncak pada 21 Oktober 2025 karena perhitungan Amavasya Tithi (bulan baru) yang berlangsung dari sore 20 Oktober pukul 15:44 WIB hingga 21 Oktober pukul 17:54 WIB. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh waktu matahari terbenam yang berbeda di tiap wilayah.
Menurut Dr. Ananda Putra, pakar astrologi Hindu dari Jakarta melkui seluler, Senin Malam (20/10/2025), “Diwali secara tradisional dirayakan pada malam Amavasya bulan Kartika. Tahun ini, karena waktu Amavasya yang jatuh sore hari, sebagian komunitas menyesuaikan malam perayaan agar bertepatan dengan waktu yang tepat menurut kalender Hindu.”
Diwali bukan festival satu hari, melainkan berlangsung selama lima hari, masing-masing dengan makna dan tradisi tersendiri:
- Dhanteras (18 Oktober 2025)
Hari pertama Diwali ini menandai pembukaan festival. Umat Hindu membeli perhiasan atau logam berharga sebagai simbol keberuntungan. Di Indonesia, terutama di Bali, komunitas Hindu membersihkan rumah dan menyiapkan persembahan khusus. - Choti Diwali (19 Oktober 2025)
Hari kedua dikenal juga sebagai “Naraka Chaturdashi”, memperingati kemenangan Krishna atas raksasa Narakasura. Umat Hindu menyalakan lampu kecil dan lilin, membersihkan rumah, dan menghiasnya dengan rangkaian bunga. - Lakshmi Puja (20–21 Oktober 2025)
Hari ketiga merupakan puncak Diwali, saat umat Hindu memuja dewi Lakshmi, dewi kemakmuran, dan Dewa Ganesha, dewa kebijaksanaan. Rumah-rumah dihiasi lampu minyak (diyas), rangoli, dan bunga. Keluarga berkumpul untuk doa bersama, harapannya agar keberuntungan dan kemakmuran menyertai mereka sepanjang tahun. - Govardhan Puja (21 Oktober 2025)
Hari keempat memperingati peristiwa ketika Krishna mengangkat Gunung Govardhan untuk melindungi penduduk dari hujan deras. Umat Hindu membuat replika gunung dari tanah atau makanan, sebagai simbol perlindungan dan rasa syukur. - Bhai Dooj (22 Oktober 2025)
Hari terakhir Diwali memperkuat ikatan persaudaraan antara saudara laki-laki dan perempuan. Bersamaan dengan doa dan persembahan, saudara laki-laki dan perempuan saling memberi hadiah dan ucapan doa agar selalu sejahtera.
Diwali di Indonesia
Meskipun Diwali tidak termasuk hari libur nasional, umat Hindu di Indonesia tetap merayakannya dengan penuh semangat dan khidmat. Di Bali, rumah-rumah dan pura dihiasi dengan lampu minyak, bunga, dan dekorasi khas. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, komunitas Hindu menggelar doa bersama, pertunjukan budaya, dan kegiatan sosial.
Menurut I Ketut Sumantara, tokoh Hindu dari Bali, “Diwali adalah momen penting untuk memperkuat iman dan kebersamaan keluarga. Walaupun bukan hari libur nasional, kami tetap merayakan dengan penuh khidmat dan sukacita. Ini juga kesempatan bagi anak-anak kami untuk belajar nilai kebaikan, persaudaraan, dan pentingnya tradisi.” ujarnya dalam keterangan, Senin malam (20/10/2025).
Selain itu, Purnama Dewi, aktivis komunitas Hindu di Jakarta, menambahkan,
“Diwali di Indonesia bukan hanya perayaan agama, tetapi juga momen budaya yang memperkenalkan tradisi Hindu kepada masyarakat luas. Kami berharap orang dari berbagai latar belakang bisa ikut merasakan semangat cahaya dan kebaikan yang dibawa Diwali,” kata Purnama melalui seluler, Senin malam (20/10/2025).
Tradisi dan Aktivitas
Perayaan Diwali melibatkan berbagai aktivitas khas, antara lain:
- Penyalaan Lampu Minyak (Diyas): Simbol cahaya dan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Lampu-lampu diletakkan di rumah, jalan, dan pura.
- Rangoli: Seni dekorasi di lantai menggunakan bubuk berwarna, beras, atau bunga, yang melambangkan keberuntungan.
- Doa dan Persembahan: Puja dilakukan untuk dewi Lakshmi dan dewa Ganesha, memohon kemakmuran, kesehatan, dan keberkahan.
- Makanan Tradisional: Hidangan manis dan gurih khas Diwali, seperti laddu, barfi, dan kacang-kacangan, disiapkan untuk keluarga dan dibagikan kepada tetangga.
- Pertukaran Hadiah dan Sosialisasi: Kegiatan ini memperkuat ikatan keluarga dan komunitas, serta mengajarkan nilai berbagi.
Sejarah Diwali
Diwali memiliki sejarah yang panjang, tercatat dalam berbagai kitab suci Hindu, termasuk Ramayana dan Puranas. Perayaan ini telah berlangsung selama ribuan tahun, dengan akar budaya di India, dan menyebar ke berbagai negara dengan komunitas Hindu seperti Nepal, Sri Lanka, Malaysia, Singapura, Fiji, Trinidad, dan tentu saja Indonesia.
Di Indonesia, khususnya di Bali, Diwali disambut oleh umat Hindu sebagai bagian dari kalender religius dan sosial. Meskipun masyarakat mayoritas di Indonesia beragama Islam, pemerintah dan masyarakat umum menghormati perayaan ini sebagai bagian dari keragaman budaya dan toleransi beragama.
Diwali tidak hanya memiliki dimensi religius, tetapi juga berdampak sosial dan budaya. Festival ini mengajarkan nilai persatuan, solidaritas, dan kepedulian sosial. Banyak komunitas Hindu di Indonesia juga mengadakan kegiatan sosial, seperti membagikan makanan untuk masyarakat kurang mampu, atau kegiatan edukatif tentang budaya Hindu kepada anak-anak dan masyarakat luas.
Diwali 2025 kembali menjadi momen penting bagi umat Hindu Indonesia untuk merayakan nilai kebaikan, cahaya, dan kebersamaan. Meski tidak menjadi hari libur nasional, festival ini tetap berlangsung dengan penuh khidmat dan semangat, memperkuat identitas budaya dan tradisi Hindu di tanah air.
Dengan berlangsungnya Diwali 2025, umat Hindu Indonesia menegaskan kembali komitmen mereka untuk melestarikan budaya, memupuk nilai kebaikan, dan berbagi semangat cahaya dengan seluruh masyarakat. Festival ini menjadi pengingat bahwa, meskipun hidup penuh tantangan, cahaya kebaikan selalu bisa menembus kegelapan.
