BONA NEWS. Tapanhli Tengah, Sumatera Utara.Hari Santri Nasional (HSN) 2025 diperingati dengan penuh khidmat di Titik Nol Peradaban Islam Nusantara, Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Upacara puncak peringatan ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, yang akrab disapa Cak Imin. Acara dihadiri sekitar 3.000 santri, pelajar, tokoh masyarakat, dan akademisi dari Tapanuli Tengah dan sekitarnya.

Peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan momen refleksi dan motivasi bagi kaum santri untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan, disiplin, dan keberanian dalam menghadapi tantangan zaman. HSN 2025 juga menandai sepuluh tahun sejak penetapan Hari Santri Nasional, menjadikannya momen penting bagi bangsa untuk mengingat peran santri dalam sejarah dan pembangunan Indonesia.

Titik Nol Peradaban Islam Nusantara: Sejarah dan Makna

Barus dipilih sebagai lokasi puncak HSN 2025 karena memiliki nilai historis yang sangat penting. Sejak abad ke-7 Masehi, Barus dikenal sebagai pelabuhan kosmopolitan yang menjadi gerbang masuknya Islam ke Nusantara. Wilayah ini, pada masa lalu dikenal dengan nama Fansur, menjadi titik temu berbagai budaya dan peradaban, termasuk pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat.

Para pedagang tersebut tidak hanya memperkenalkan Islam, tetapi juga membawa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkontribusi pada perkembangan peradaban lokal. Sebagai tempat di mana ajaran Islam pertama kali menyebar, Barus menjadi simbol penting perjuangan santri dan ulama dalam mempertahankan nilai-nilai keilmuan dan moral bangsa.

Cak Imin menegaskan bahwa pemilihan Barus sebagai lokasi HSN 2025 memiliki makna mendalam:

“Di sini lah akar Islam Nusantara pertama kali tumbuh. Santri hari ini harus meneladani semangat para ulama terdahulu untuk terus berkarya dan memberi manfaat bagi bangsa.” kat Cak Iman.

Ziarah ke Makam Syekh Mahmud

Sebelum memimpin upacara, Cak Imin beserta pengurus pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melakukan ziarah ke makam Syekh Mahmud, salah satu ulama perintis dakwah Islam di Barus. Syekh Mahmud dikenal sebagai tokoh penting yang menyebarkan ajaran Islam secara damai melalui pendidikan dan pembinaan masyarakat.

Ziarah ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa para ulama yang telah berperan dalam membentuk peradaban Islam Nusantara.

Cak Imin menyebutkan, “Menghormati sejarah adalah bagian dari menjaga masa depan. Para santri harus terus belajar dari para ulama agar menjadi generasi yang tangguh dan berdaya.”

Dalam sambutannya, Cak Imin menekankan pentingnya santri sebagai penjaga moral bangsa dan mercusuar peradaban. Ia menyerukan kaum santri untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, disiplin, dan keberanian menghadapi perubahan zaman.

“Santri adalah wajah asli Indonesia. Kalian harus menjadi agen perubahan, menembus belenggu keterbatasan, dan menorehkan prestasi yang membanggakan bangsa,” ucap Muhaimin, Rabu (22/10/2025).

Lebih lanjut, Cak Imin menegaskan peran pesantren sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Menurutnya, santri modern tidak hanya harus menguasai ilmu agama, tetapi juga mampu berinovasi di bidang pendidikan, ekonomi, dan teknologi.

Momentum Sepuluh Tahun Hari Santri Nasional

HSN 2025 menjadi tonggak penting karena menandai sepuluh tahun sejak penetapan Hari Santri Nasional pada 2015. Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat ingin memperkuat kesadaran generasi muda tentang peran strategis santri dalam menjaga moral, budaya, dan spiritual bangsa.

Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, yang hadir mewakili kepala daerah se-Pantai Barat Sumatera Utara, menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan pendidikan pesantren dan pemberdayaan santri. Ia menekankan bahwa santri bukan hanya pelajar agama, tetapi juga calon pemimpin yang berintegritas.

Selain upacara, peringatan HSN di Barus diisi dengan berbagai kegiatan edukatif dan interaktif, di antaranya:

  1. Seminar Kepemimpinan dan Kewirausahaan Santri: Menyediakan wawasan tentang pengembangan diri dan potensi bisnis berbasis nilai-nilai Islam.
  2. Pameran Pendidikan dan Teknologi: Menampilkan inovasi santri dalam bidang sains, teknologi, dan seni.
  3. Dialog Interaktif dengan Ulama dan Akademisi: Membahas tantangan generasi muda dalam menghadapi globalisasi dan modernisasi.

Pihak kepolisian setempat menyiapkan pengamanan khusus untuk kelancaran acara, mengingat jumlah peserta yang cukup besar. Seluruh kegiatan berlangsung aman, tertib, dan penuh khidmat.

HSN 2025 menekankan bahwa santri adalah motor penggerak perubahan sosial dan intelektual. Dengan mengedepankan ilmu pengetahuan, disiplin, dan keberanian, santri diharapkan mampu menghadapi tantangan global sekaligus menjaga nilai-nilai lokal dan tradisi Islam Nusantara.

Cak Imin menutup sambutannya dengan pesan motivasi:

“Teruslah menebar manfaat bagi masyarakat, menjadi pelopor dalam kebaikan, dan menjaga integritas moral bangsa. Peran santri akan selalu relevan di setiap zaman.”

Peringatan HSN di Barus ini bukan hanya memperingati sejarah, tetapi juga menjadi momentum bagi generasi muda untuk mengambil pelajaran dari perjuangan para santri dan ulama terdahulu, menanamkan semangat keilmuan, dan meningkatkan kontribusi bagi kemajuan bangsa.