BONA NEWS. Teheran, Iran. – Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Mohammad Pakpour, menegaskan bahwa Iran siap memberikan respons militer lebih keras dibanding Perang 12 Hari jika terjadi agresi terhadap negara itu. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Irak, Qassem al-Araji, di Teheran pada 21 Oktober 2025, dan dapat dikutip media secara resmi.

“Jika ada agresi dilancarkan terhadap Iran, respons kami akan lebih kuat dari Perang 12 Hari dan kami akan mengubah kawasan menjadi neraka bagi musuh,” kata Pakpour, dikutip dari media pemerintah Iran, IRIB.

Pernyataan ini menegaskan kesiapsiagaan Iran terhadap potensi serangan asing, sekaligus menjadi sinyal tegas bagi negara-negara di Timur Tengah dan komunitas internasional.

Dalam pertemuan dengan al-Araji, Mayjen Pakpour menekankan pentingnya koordinasi antara Iran dan Irak. Kedua negara sepakat memperkuat komite lapangan bersama untuk meningkatkan kesiapsiagaan militer dan keamanan perbatasan.

Al-Araji menegaskan bahwa keamanan Iran adalah bagian dari keamanan Irak, serta berkomitmen mencegah wilayah Irak digunakan untuk agresi terhadap Iran.

Langkah ini bukan sekadar simbol diplomatik, tetapi strategi preventif untuk menahan eskalasi konflik dan menjaga stabilitas regional.

Latar Belakang Perang 12 Hari

Perang 12 Hari berlangsung pada Juni 2025. Konflik dimulai setelah Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran. Iran merespons dengan serangan rudal dan drone, sementara Amerika Serikat menargetkan beberapa fasilitas militer di Teheran.

Menurut laporan AP News, Iran meluncurkan lebih dari 550 rudal, sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel. Beberapa rudal menembus pertahanan dan mengenai target di Israel, menimbulkan kerusakan signifikan.

Konflik ini berakhir dengan gencatan senjata pada 24 Juni 2025, setelah mediasi Amerika Serikat, dilansir NYPost. Meskipun singkat, Perang 12 Hari memberikan dampak besar pada stabilitas kawasan, ekonomi, dan militer kedua negara.

Sejak Perang 12 Hari, Iran telah meningkatkan kemampuan militernya, termasuk sistem pertahanan udara, rudal jarak menengah, dan drone. Kapabilitas ini tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga sebagai instrumen diplomasi untuk memperkuat posisi Iran di regional. Pernyataan Pakpour menunjukkan bahwa Iran mampu merespons agresi dengan cepat dan tegas. Ini juga memperkuat posisi Iran dalam diplomasi regional. Kesiapsiagaan militer Iran dapat menjadi faktor penahan bagi negara lain yang berencana melakukan aksi militer terhadap Iran.

Pernyataan Pakpour memiliki implikasi luas bagi politik dan keamanan kawasan Timur Tengah. Ketegangan ini dapat memengaruhi aliansi regional, kebijakan pertahanan negara tetangga, dan peran Amerika Serikat serta negara Barat lainnya.

Analisis ParsToday menunjukkan bahwa kesiapsiagaan Iran juga dapat berdampak pada harga energi global, perdagangan lintas negara, dan stabilitas politik kawasan.

Kerja sama Iran-Irak diharapkan menjadi mekanisme preventif untuk mengurangi risiko konflik lintas batas dan memastikan wilayah Irak tidak digunakan untuk agresi terhadap Iran.

Perang dan ketegangan militer di kawasan Timur Tengah selalu berdampak pada ekonomi global. Fluktuasi harga minyak dan gas dapat terjadi karena ketidakpastian keamanan. Investor regional dan internasional menjadi waspada terhadap potensi eskalasi konflik.

Menurut laporan Bloomberg, setiap eskalasi konflik di Teluk Persia bisa memicu kenaikan harga minyak hingga 10–15% dalam waktu singkat. Stabilitas Iran, melalui strategi defensif dan kerja sama dengan Irak, menjadi faktor kunci untuk menahan dampak ekonomi global.

Kesiapsiagaan Iran dan Diplomasi Militer

Iran menekankan pendekatan defensif namun siap melakukan balasan tegas. Strategi ini menjadi sinyal kepada komunitas internasional bahwa kedaulatan Iran tidak dapat diganggu.

Menurut laporan resmi IRIB, Iran memperkuat pertahanan udara di seluruh wilayah, meningkatkan latihan militer, dan melakukan modernisasi rudal dan drone. Langkah-langkah ini dipandang sebagai strategi untuk memastikan setiap agresi akan menghadapi respons yang cepat dan signifikan.

Pernyataan Mayjen Mohammad Pakpour menegaskan strategi Iran yang defensif namun tegas. Ancaman balasan lebih keras daripada Perang 12 Hari menegaskan kedaulatan nasional dan kesiapsiagaan militer. Kerja sama Iran-Irak menegaskan stabilitas regional bergantung pada koordinasi bilateral.

Komunitas internasional kini mengamati langkah Iran, yang menjadi penentu dinamika geopolitik Timur Tengah dalam beberapa bulan mendatang. Pernyataan ini siap dikutip media sebagai pernyataan resmi pemerintah Iran.