BONA NEWS. Kuala Lumpur, Malaysia. — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan komitmen Indonesia dalam mempercepat transformasi digital di kawasan Asia Tenggara. Hal itu disampaikan dalam Pertemuan ke-26 Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Council/AECC) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (24/10/2025).

Pertemuan tersebut menjadi momentum penting bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperkuat kerja sama ekonomi digital melalui finalisasi ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), sebuah kesepakatan strategis yang akan menjadi peta jalan utama integrasi ekonomi digital di kawasan.

Dalam sesi pleno AECC, Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen penuh mendukung upaya ASEAN dalam membangun ekosistem digital yang inklusif, aman, dan berdaya saing tinggi.

Indonesia siap menjadi motor penggerak transformasi digital kawasan, melalui kolaborasi konkret antarnegara anggota ASEAN. Transformasi digital bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang pemerataan akses, peningkatan kapasitas, dan penciptaan peluang ekonomi baru,” ujar Airlangga, seperti dikutip dari rilis resmi Kemenko Perekonomian RI.

Airlangga menjelaskan bahwa kesepakatan DEFA akan menjadi tonggak penting dalam memperkuat integrasi ekonomi ASEAN, sekaligus memastikan kawasan ini mampu beradaptasi terhadap perubahan global yang semakin bergantung pada teknologi dan inovasi digital.

Melalui DEFA, ASEAN menargetkan nilai ekonomi digital kawasan mencapai 2 triliun dolar AS pada tahun 2030. Indonesia akan berperan aktif dalam mencapai target tersebut melalui penguatan infrastruktur digital, pengembangan talenta digital, dan dukungan terhadap startup serta UMKM berbasis teknologi,” jelasnya.

Pertemuan AECC ke-26 di Kuala Lumpur menjadi momen penting setelah ASEAN secara resmi mengumumkan penyelesaian substansial perundingan ASEAN Digital Economy Framework Agreement. Kesepakatan ini diharapkan memperkuat keunggulan kompetitif kawasan di tengah persaingan ekonomi global, terutama dengan munculnya ekonomi digital lintas batas.

DEFA akan mencakup beberapa pilar utama, di antaranya:

  1. Tata kelola data dan keamanan siber
  2. Perdagangan elektronik lintas batas
  3. Interoperabilitas sistem pembayaran digital
  4. Penguatan ekosistem inovasi dan startup
  5. Peningkatan literasi dan keterampilan digital masyarakat ASEAN

Menurut rilis Sekretariat ASEAN (asean.org), perjanjian ini akan menjadi kerangka kerja ekonomi digital pertama di dunia yang melibatkan sekelompok negara berkembang dengan tingkat ekonomi yang beragam, namun memiliki visi bersama untuk memperkuat konektivitas dan daya saing global.

Posisi Strategis Indonesia dalam Ekonomi Digital ASEAN

Indonesia menjadi salah satu negara dengan potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company (e-Conomy SEA 2024), nilai ekonomi digital Indonesia telah mencapai US$ 109 miliar pada tahun 2024 dan diproyeksikan tumbuh hingga US$ 210 miliar pada 2030.

Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan lebih dari 210 juta pengguna internet, Indonesia memiliki modal kuat untuk menjadi pusat ekonomi digital ASEAN.

Dalam konteks regional, Airlangga menyatakan bahwa posisi Indonesia sebagai Ketua ASEAN Digital Senior Officials Meeting (ADGSOM) pada 2024–2025 memberi peluang strategis untuk memperkuat kebijakan bersama dalam percepatan transformasi digital.

“Indonesia terus mendorong keterlibatan sektor swasta, inovator muda, dan komunitas digital untuk menjadi bagian dari transformasi ekonomi ASEAN,” ujar Airlangga.

Selain membahas DEFA, Pertemuan ke-26 AECC juga meninjau perkembangan berbagai agenda ekonomi ASEAN, termasuk implementasi RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), peningkatan konektivitas rantai pasok, serta kerja sama dalam bidang energi berkelanjutan dan transisi hijau.

Dalam pernyataan resminya, Sekretariat ASEAN menegaskan bahwa transformasi digital akan menjadi pilar utama integrasi ekonomi kawasan bersama dengan agenda keberlanjutan lingkungan dan inklusivitas sosial.

“Transformasi digital dan ekonomi hijau merupakan dua mesin pertumbuhan baru ASEAN yang saling melengkapi. Keduanya akan menjadi landasan bagi pembangunan berkelanjutan dan ketahanan ekonomi kawasan,” tulis ASEAN dalam pernyataan resminya.

Delegasi Indonesia dalam pertemuan AECC dipimpin langsung oleh Menko Airlangga Hartarto, didampingi oleh perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Sekretariat Nasional ASEAN.

Airlangga juga melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pejabat tinggi ASEAN dan mitra dialog seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, guna memperkuat sinergi kebijakan digital lintas batas.

Dalam kesempatan itu, Airlangga menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah inisiatif untuk mendukung ekosistem digital kawasan, antara lain:

  • Program 100 Smart Cities,
  • Gerakan Nasional Literasi Digital,
  • dan strategi penguatan ekonomi digital melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.

“Kolaborasi digital bukan hanya antarnegara, tetapi juga antar-sektor. Pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas digital perlu bergerak bersama,” tegas Airlangga.

Transformasi digital di ASEAN tidak terlepas dari tantangan global yang semakin kompleks. Di tengah ketegangan geopolitik dan perubahan rantai pasok dunia, negara-negara ASEAN berupaya menjaga posisi strategisnya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Airlangga menilai bahwa penguatan ekosistem digital kawasan juga menjadi strategi untuk menjaga kemandirian ekonomi ASEAN di tengah perubahan global yang cepat.

“Digitalisasi akan memperkuat daya tahan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru bagi generasi muda ASEAN,” kata Airlangga.

Namun, ia juga mengingatkan perlunya kebijakan harmonisasi regulasi antarnegara agar implementasi DEFA dapat berjalan efektif. Isu terkait keamanan data, privasi, dan penyalahgunaan teknologi menjadi perhatian utama yang perlu dikelola dengan hati-hati.

Negara-negara anggota ASEAN menyambut positif komitmen Indonesia dan pencapaian dalam perundingan DEFA. Delegasi Malaysia, selaku tuan rumah pertemuan, menyampaikan apresiasi terhadap peran aktif Indonesia dalam mendorong agenda digital di kawasan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam keterangan resminya menyebut bahwa penyelesaian substansial DEFA menandai tonggak sejarah baru bagi ASEAN dalam menghadapi era ekonomi digital global.

“DEFA akan memperkuat daya saing kawasan, mendorong integrasi pasar, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat ASEAN,” ujar Kao.

Dengan kesepakatan ini, ASEAN berkomitmen memperluas partisipasi sektor swasta, meningkatkan investasi teknologi, dan mempercepat adopsi inovasi digital lintas negara.

Indonesia di Garis Depan Transformasi Digital Kawasan

Pertemuan AECC ke-26 di Kuala Lumpur menjadi bukti nyata bahwa ASEAN serius melangkah ke arah ekonomi digital yang terintegrasi. Komitmen Indonesia di bawah koordinasi Menko Airlangga Hartarto menegaskan posisi strategis negara ini sebagai penggerak utama transformasi digital kawasan.

Dalam pernyataannya di akhir pertemuan, Airlangga menegaskan:

“ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi digital dunia. Indonesia akan terus berperan aktif memastikan bahwa transformasi ini inklusif, berkelanjutan, dan membawa manfaat nyata bagi seluruh masyarakat ASEAN.”

Dengan selesainya pembahasan substansial DEFA dan penguatan komitmen politik negara-negara anggota, ASEAN kini melangkah ke fase baru — membangun ekonomi digital terpadu, berorientasi pada inovasi, kolaborasi, dan kesejahteraan bersama.