BONA NEWS. Medan, Sumatera Utara. — Forbes kembali merilis daftar tahunan orang-orang terkaya di Indonesia yang mencerminkan wajah ekonomi nasional: campuran antara penguasa energi, raksasa finansial, taipan teknologi, serta dinasti bisnis lintas generasi. Tahun 2025 menjadi periode yang menarik — karena di tengah gejolak harga energi global dan tekanan ekonomi pasca-pandemi, sejumlah nama lama tetap kokoh di puncak, sementara wajah baru mulai muncul dari sektor digital dan infrastruktur data.
Berdasarkan laporan Forbes Real-Time Billionaires Index dan riset Katadata Insight Center per Oktober 2025, total kekayaan sepuluh orang terkaya di Indonesia mencapai lebih dari US$ 165 miliar, atau setara dengan Rp 2.580 triliun. Angka ini meningkat sekitar 8% dibanding tahun lalu, meski beberapa konglomerat mengalami fluktuasi akibat pergerakan saham dan nilai tukar rupiah yang menembus Rp 16.500 per dolar AS.
Berikut daftar 10 orang terkaya di Indonesia per 28 Oktober 2025 versi Bona News, disertai profil bisnis dan sumber kekayaannya.
1. Low Tuck Kwong — Raja Batu Bara yang Beralih ke Energi Hijau
- Kekayaan: US$ 27,1 miliar (± Rp 447 triliun)
- Sumber: Tambang batu bara, energi terbarukan (Bayan Resources, GLE, Metis Energy)
Setelah penurunan tajam harga saham Barito Group yang menekan kekayaan Prajogo Pangestu, posisi puncak tahun ini diambil alih oleh Low Tuck Kwong, pendiri dan pemilik PT Bayan Resources Tbk, salah satu eksportir batu bara terbesar di Indonesia.
Namun yang menarik, pria kelahiran Singapura tahun 1948 ini bukan sekadar “raja batu bara.” Ia kini aktif berinvestasi pada energi surya dan angin di bawah bendera Metis Energy Holdings, sebagai langkah transisi ke arah energi bersih.
Analis pasar menilai strategi Low Tuck Kwong untuk mendiversifikasi asetnya sebagai langkah visioner. Sementara dunia mulai beralih dari bahan bakar fosil, ia menyiapkan portofolio baru untuk menghadapi era dekarbonisasi.
“Low Tuck Kwong adalah simbol adaptasi konglomerat lama terhadap ekonomi hijau,” ujar ekonom Katadata Insight Center, Wulan Putri, kepada BonaNews.my.id.
2. Robert Budi Hartono — Dari Djarum ke BCA, Dinasti yang Tak Lekang Zaman
- Kekayaan: US$ 21,2 miliar (± Rp 350 triliun)
- Sumber: Rokok (Djarum Group), perbankan (BCA), properti, teknologi
Bersama saudaranya Michael Hartono, Robert tetap menjadi figur tak tergoyahkan di dunia bisnis Indonesia. Djarum Group, yang didirikan ayah mereka Oei Wie Gwan pada 1951, kini berkembang jauh melampaui industri rokok.
Mereka mengendalikan Bank Central Asia (BCA), bank swasta terbesar di Indonesia, serta memiliki investasi di sektor teknologi, data center, e-commerce, dan properti mewah.
Robert dikenal sebagai sosok yang jarang tampil di publik, namun keputusannya berinvestasi jangka panjang di BCA terbukti paling cerdas: saham BCA bertahan stabil bahkan di masa gejolak pasar.
Bersaudara Hartono juga menjadi patron besar berbagai proyek filantropi, terutama di bidang pendidikan dan kebudayaan.
3. Michael Hartono — Rekan Sekaligus Saudara Bisnis Abadi
- Kekayaan: US$ 20,3 miliar (± Rp 335 triliun)**
- Sumber: Grup Djarum, BCA, properti, investasi digital**
Sebagai saudara Robert, Michael Hartono menempati posisi ketiga.
Keduanya dikenal sebagai konglomerat yang saling melengkapi: Robert lebih fokus pada investasi dan keuangan, sedangkan Michael dikenal sebagai inovator teknologi di internal grup.
Dibawah pengawasan Michael, Grup Djarum gencar berinvestasi dalam startup digital, infrastruktur cloud, dan data center DCI Indonesia, yang belakangan menjadi salah satu saham teknologi paling bernilai tinggi di bursa.
4. Otto Toto Sugiri — “Bapak Internet Indonesia” yang Menjadi Miliarder Teknologi
- Kekayaan: US$ 12,3 miliar (± Rp 202 triliun)**
- Sumber: Teknologi, Data Center (IndoKeppel DC, DCI Indonesia)**
Nama Otto Toto Sugiri adalah simbol kebangkitan teknologi Indonesia.
Sebagai pendiri DCI Indonesia, perusahaan data center pertama yang melantai di Bursa Efek Jakarta, ia menjadi tokoh penting dalam infrastruktur digital nasional.
Pertumbuhan pesat kebutuhan cloud computing dan AI membuat valuasi DCI melesat, menjadikan Otto salah satu dari sedikit “tech billionaire” di Asia Tenggara.
Forbes mencatat bahwa sejak 2022, kekayaannya naik lebih dari empat kali lipat.
Otto juga dikenal rendah hati — lebih sering berbicara tentang keamanan data nasional dan keberlanjutan energi ketimbang kekayaannya sendiri.
5. Tahir dan Keluarga — Raksasa Filantropi Indonesia
- Kekayaan: US$ 11,8 miliar (± Rp 194 triliun)**
- Sumber: Perbankan, properti, rumah sakit (Mayapada Group)**
Tahir, pendiri Mayapada Group, terus menempati lima besar orang terkaya Indonesia.
Grupnya kini mencakup perbankan, rumah sakit, properti, dan media.
Selain dikenal sebagai pengusaha sukses, Tahir juga merupakan salah satu dermawan terbesar di Asia, dengan donasi lebih dari US$ 500 juta melalui Tahir Foundation.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia memperluas bisnis kesehatannya melalui Mayapada Hospital Group, yang kini menjadi jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia setelah Siloam.
6. Marina Budiman — Ratu Teknologi Indonesia
- Kekayaan: US$ 9,1 miliar (± Rp 150 triliun)**
- Sumber: Infrastruktur digital (Data center, cloud)**
Sebagai salah satu pendiri DCI Indonesia, Marina Budiman menegaskan bahwa dunia teknologi tidak hanya milik pria.
Ia menjadi perempuan pertama yang masuk daftar 10 orang terkaya Indonesia versi Forbes, berkat kepemilikannya yang signifikan di perusahaan data center tersebut.
Perannya di sektor digital menandai perubahan besar dalam peta bisnis nasional — dari konglomerasi keluarga ke kekayaan berbasis inovasi.
“Marina adalah simbol transformasi digital Indonesia. Ia menunjukkan bahwa perempuan pun bisa menguasai sektor paling strategis di abad ini,” kata pakar teknologi UI, Dr. Arya Wirawan.
7. Sri Prakash Lohia — Tekstil, Petrokimia, dan Jejak Global
- Kekayaan: US$ 8,8 miliar (± Rp 145 triliun)**
- Sumber: Petrokimia dan tekstil (Indorama Ventures, Thailand & Indonesia)**
Berbasis di London namun berakar di Indonesia, Sri Prakash Lohia tetap menjadi salah satu pemain global di industri petrokimia dan tekstil.
Melalui Indorama Corporation, ia mengendalikan pabrik di lebih dari 25 negara dan memproduksi berbagai bahan sintetis yang digunakan oleh merek dunia seperti Uniqlo dan Nike.
Meskipun ekspansi globalnya membuatnya lebih dikenal di luar negeri, Lohia tetap memiliki basis ekonomi yang kuat di Indonesia.
8. Haryanto Tjiptodihardjo — Raja Gas Industri yang Naik Daun
- Kekayaan: US$ 7,4 miliar (± Rp 122 triliun)**
- Sumber: Gas industri, kimia, logistik**
Nama Haryanto Tjiptodihardjo mungkin belum sepopuler Hartono atau Prajogo, namun ia termasuk pendatang baru di daftar miliarder top Indonesia.
Ia dikenal lewat investasinya di sektor gas industri dan kimia dasar, terutama melalui PT Samator Indo Gas Tbk.
Pertumbuhan industri manufaktur dan medis mendorong lonjakan permintaan oksigen industri, yang mendongkrak kapitalisasi perusahaannya secara signifikan.
9. Hermanto Tanoko — Pewaris Cat yang Jadi Raksasa Properti
- Kekayaan: US$ 6,5 miliar (± Rp 107 triliun)**
- Sumber: Cat (Avian), properti, air minum, gaya hidup**
Pemilik Avian Brands, Hermanto Tanoko, terus memperluas sayap bisnisnya dari cat dan bahan bangunan ke sektor gaya hidup.
Melalui Tanrise Group, ia mengembangkan proyek properti, hotel, hingga produk air minum kemasan.
Kunci suksesnya adalah konsistensi pada pasar domestik dan kemampuannya menciptakan merek-merek lokal dengan daya saing global.
10. Prajogo Pangestu — Sang Raja Petrokimia yang Terpeleset
- Kekayaan: US$ 6,2 miliar (turun dari US$ 43,3 miliar pada awal tahun)**
- Sumber: Petrokimia, energi, infrastruktur (Barito Pacific Group)**
Awal 2025 adalah masa kejayaan bagi Prajogo Pangestu — kekayaannya sempat menembus US$ 43 miliar, menjadikannya orang terkaya di Indonesia.
Namun nasib berbalik cepat. Hanya dalam beberapa bulan, saham-saham utama miliknya seperti BRPT, TPIA, dan BREN anjlok hingga 70%.
Penurunan itu membuatnya kehilangan lebih dari Rp 120 triliun dalam waktu singkat, menjatuhkannya dari posisi pertama ke kesepuluh.
Meski begitu, banyak analis menilai ia masih memiliki aset riil yang kuat di sektor petrokimia dan energi terbarukan.
Prajogo tetap menjadi simbol transisi bisnis Indonesia dari kayu ke energi dan kini ke sektor hijau.
Tren Umum: Dominasi Energi dan Lonjakan Teknologi
Daftar tahun 2025 memperlihatkan dua tren besar:
- Transisi energi dan keberlanjutan — Tokoh seperti Low Tuck Kwong dan Prajogo Pangestu menunjukkan bagaimana konglomerat lama beradaptasi terhadap tuntutan energi bersih.
- Ledakan sektor digital — Otto Toto Sugiri dan Marina Budiman membuktikan bahwa kekayaan baru bisa lahir dari dunia data dan infrastruktur cloud.
Sementara dinasti lama seperti keluarga Hartono dan Tahir tetap memegang kendali ekonomi nasional, wajah-wajah baru menandai munculnya generasi pengusaha digital.
Tahun 2025 adalah titik balik struktur kekayaan di Indonesia.
Jika sebelumnya dominasi hanya milik keluarga besar dan pengusaha energi, kini sektor teknologi mulai menyalip.
Namun satu hal tetap sama: kemampuan adaptasi dan diversifikasi bisnis menjadi kunci untuk bertahan di puncak piramida ekonomi.
Dari tambang ke data center, dari rokok ke digital banking — daftar orang terkaya Indonesia tahun ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan arah baru ekonomi nasional: menuju masa depan energi hijau dan transformasi digital.
