BONA NEWS. Jakarta, Indonwsia. — Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan langkah besar dalam mendorong hilirisasi sektor pertanian. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa total investasi yang telah disepakati untuk memperkuat industri pengolahan hasil pertanian mencapai Rp 371 triliun atau setara sekitar US$ 22 miliar.
Program ini disebut sebagai salah satu pilar utama dalam agenda ekonomi nasional guna memperkuat pertumbuhan domestik, meningkatkan daya saing ekspor, dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru di pedesaan.
Mentan Andi Amran menjelaskan bahwa investasi besar tersebut akan diarahkan pada tiga sektor utama:
- Pangan dan hortikultura,
- Perkebunan, serta
- Peternakan.
Beberapa komoditas yang menjadi fokus utama adalah kakao, mete, kelapa, sawit, dan tebu. Untuk sektor peternakan, pemerintah juga menyiapkan pengembangan industri ayam ras pedaging, petelur, serta pakan ternak yang terintegrasi.
Menurut Amran, hilirisasi ini akan memastikan hasil pertanian Indonesia tidak hanya diekspor sebagai bahan mentah, tetapi juga diproses menjadi produk bernilai tambah tinggi di dalam negeri — seperti minyak kelapa murni, cokelat olahan, mete panggang, gula rafinasi, hingga produk pangan siap konsumsi.
“Dengan hilirisasi, petani akan menjadi bagian dari rantai industri. Kita ingin ekspor bukan lagi bahan mentah, tapi barang jadi yang bernilai tinggi,” ujar Andi Amran Sulaiman dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (7/11/2026).
Potensi Ciptakan Hingga 8 Juta Lapangan Kerja
Investasi raksasa senilai Rp 371 triliun ini diproyeksikan dapat menyerap hingga 8 juta tenaga kerja baru, terutama di wilayah pedesaan dan sentra pertanian.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan, sebagian besar proyek hilirisasi akan berlokasi di Sulawesi, Kalimantan, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara, dengan memanfaatkan jaringan kawasan pangan dan perkebunan yang sudah ada.
Selain menciptakan lapangan kerja, pemerintah berharap program ini dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan dan menekan ketergantungan pada impor bahan pangan olahan.
“Kita ingin petani tidak hanya menanam, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari industri hilir. Nilai tambah harus dirasakan masyarakat di desa,” kata Amran.
Investasi Rp 371 triliun ini melibatkan kerja sama antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Danantara Group, konsorsium investasi yang berfokus pada pengembangan industri pangan dan pertanian nasional.
Ketua Dewan Pertimbangan Kadin sekaligus Menteri Investasi dan Maritim Rosan Roeslani menyebutkan bahwa proyek ini adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam menjadi ekonomi industri bernilai tambah tinggi.
“Pertanian adalah tulang punggung ekonomi rakyat. Investasi besar ini akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru,” jelas Rosan.
Salah satu aspek penting dari proyek hilirisasi ini adalah penguatan sektor peternakan ayam dan telur. Pemerintah menyiapkan dana sekitar Rp 20 triliun untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional.
Langkah ini mendukung program “Makan Bergizi Gratis” yang menjadi bagian dari kebijakan sosial pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak usia sekolah.
Dengan peningkatan produksi dalam negeri, diharapkan kebutuhan protein hewani untuk program tersebut dapat dipenuhi tanpa ketergantungan pada impor.
Strategi Nasional Penguatan Ketahanan Pangan
Program hilirisasi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai tambah, tetapi juga sebagai strategi memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pemerintah menargetkan Indonesia menjadi pusat produksi dan ekspor produk pertanian olahan di Asia Tenggara dalam lima tahun ke depan.
Kementerian Pertanian menyebutkan, hilirisasi dapat menaikkan nilai ekspor pertanian Indonesia hingga dua kali lipat dibandingkan periode 2020–2024 yang mencapai sekitar Rp 700 triliun per tahun.
Meski potensinya besar, sejumlah tantangan perlu diantisipasi. Di antaranya: ketersediaan bahan baku berkelanjutan, infrastruktur logistik, sertifikasi produk ekspor, serta peningkatan kapasitas petani dalam manajemen pascapanen.
Pemerintah berjanji akan memberikan dukungan berupa:
- Insentif fiskal untuk investor di sektor hilir,
- Kemudahan perizinan,
- Akses pembiayaan mikro bagi petani dan koperasi, serta
- Pelatihan teknologi pengolahan dan digitalisasi pertanian.
“Hilirisasi bukan hanya urusan pabrik besar, tapi juga pemberdayaan petani. Kita ingin koperasi desa punya pabrik kecil untuk mengolah hasil sendiri,” ujar Amran.
Langkah pemerintah menggulirkan investasi Rp 371 triliun ini menandai babak baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Indonesia.
Dengan kombinasi investasi swasta, dukungan pemerintah, dan partisipasi petani, hilirisasi diharapkan dapat mengubah wajah sektor pertanian menjadi lebih modern, efisien, dan berdaya saing tinggi.
Jika terealisasi sesuai target, Indonesia tidak hanya akan menjadi lumbung pangan dunia, tetapi juga pusat industri pengolahan pertanian modern di kawasan Asia.
