BONA NEWS. Jakarta, Indonesia. — Suasana damai di Masjid Al-Ikhlas dalam kompleks SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, berubah menjadi kepanikan pada Jumat siang (7/11). Dua kali ledakan mengguncang sekolah negeri ternama itu saat para siswa dan guru tengah bersiap melaksanakan salat Jumat. Dalam hitungan detik, lantai masjid porak-poranda, dan puluhan pelajar terkapar dengan luka di tubuh mereka.
Data kepolisian menyebut, sedikitnya 54–55 orang mengalami luka-luka, sebagian besar merupakan siswa sekolah, dengan beberapa guru dan petugas sekolah ikut menjadi korban. Meski tidak ada laporan korban jiwa, peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam bagi seluruh komunitas pendidikan di Jakarta.
Menurut keterangan dari Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri, ledakan pertama terjadi sekitar pukul 12.10 WIB, sesaat sebelum khutbah Jumat dimulai. Saksi mata menyebut suara dentuman itu terdengar dari bagian depan masjid. Banyak jamaah, yang sebagian besar siswa, sempat panik dan berhamburan keluar.
Belum sempat situasi tenang, ledakan kedua terjadi beberapa menit kemudian di area sekitar halaman masjid. Ledakan ini memicu kepulan asap dan serpihan kaca yang beterbangan. Petugas keamanan sekolah segera mengevakuasi para siswa ke halaman belakang dan menghubungi aparat kepolisian serta tim medis.
Sebanyak 16 ambulans dikerahkan untuk mengevakuasi korban ke beberapa rumah sakit terdekat, termasuk RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dan RSUD Koja. “Kebanyakan luka ringan hingga sedang, namun ada beberapa siswa yang mengalami luka bakar dan trauma akibat tekanan gelombang ledakan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, Jumat sore.
Identitas Terduga Pelaku: Seorang Siswa Sendiri
Dalam perkembangan penyelidikan, polisi menyatakan bahwa terduga pelaku merupakan seorang siswa berusia 17 tahun, yang juga belajar di sekolah tersebut. Ia ditangkap di lokasi kejadian dengan luka ringan di bagian tangan.
Kapolda Metro Jaya memastikan bahwa pelaku saat ini masih hidup dan sedang menjalani pemeriksaan intensif. Berdasarkan hasil awal penyidikan, pelaku diduga merakit bahan peledak sederhana yang kemudian meledak di dalam masjid. Polisi belum memastikan apakah ledakan itu disengaja atau akibat kelalaian.
Temuan awal di lokasi mengungkap adanya peralatan merakit bahan kimia dan senjata mainan (airsoft gun) dengan beberapa tulisan mencurigakan seperti “Natural Selection” — istilah yang sempat diasosiasikan dengan kekerasan di luar negeri.
“Kami masih mendalami motif dan latar belakang pelaku, termasuk apakah ada unsur perundungan (bullying) atau paparan ideologi tertentu,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Budhi Hermanto.
Motif Masih Gelap, Polisi Himbau Publik Tidak Berspekulasi
Sampai Sabtu pagi (8/11), polisi belum menetapkan motif resmi dari ledakan tersebut. Sejumlah dugaan muncul, mulai dari aksi balas dendam karena perundungan, percobaan eksperimen berbahaya, hingga indikasi ekstremisme daring. Namun aparat menegaskan, masyarakat diminta tidak menarik kesimpulan sebelum penyelidikan tuntas.
“Kami minta masyarakat tenang dan tidak termakan isu yang beredar di media sosial. Semua masih dalam proses ilmiah dan kriminalistik,” tegas Kapolda Metro Jaya.
Ia juga memastikan bahwa seluruh aktivitas belajar di SMAN 72 Jakarta untuk sementara dihentikan sampai lokasi dinyatakan aman oleh tim Gegana Brimob.
Polda Metro Jaya meluruskan informasi yang beredar bahwa pelaku peledakan di masjid SMAN 72 Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025) siang adalah siswa sekolah tersebut yang merupakan korban bullying atau korban perundungan di sekolah, Sehingga beredar pula kabar bahwa motif peledakan siswa kelas XII tersebut adalah balas dendam. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budhi Hermanto menyebutkan pihaknya meluruskan informasi tersebut, di mana motif pelaku masih di dalami dan ada hambatan dalam meminta keteraangan saksi.
Pasca-ledakan, halaman sekolah berubah menjadi posko darurat. Orang tua berbondong-bondong datang untuk memastikan keselamatan anak mereka. Sebagian siswa masih dalam kondisi syok berat. Tim psikolog dari Dinas Pendidikan dan Polda Metro Jaya diturunkan untuk memberikan pendampingan psikologis (trauma healing) bagi para korban dan saksi kejadian.
Kepala Sekolah SMAN 72 Jakarta, Drs. Rahmat Hadi meyampaikan rasa duka mendalam. “Kami tidak menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi di sekolah kami. Seluruh guru dan siswa adalah keluarga besar. Kami menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada pihak berwenang,” ujarnya dengan suara bergetar.
Pihak sekolah juga menegaskan komitmennya untuk memperketat keamanan dan meningkatkan pengawasan terhadap perilaku siswa, terutama dalam aktivitas daring yang berpotensi berbahaya.
Tragedi ini segera mendapat perhatian luas dari pemerintah pusat dan daerah. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu:ti menyatakan keprihatinannya dan menekankan pentingnya keamanan lingkungan belajar serta literasi digital siswa.
“Sekolah harus menjadi tempat paling aman bagi anak-anak kita. Kami akan bekerja sama dengan kepolisian dan dinas pendidikan untuk memastikan keamanan fisik maupun psikologis siswa di seluruh Indonesia,” ujar Abdul Mu’ti melalui pernyataan tertulis kepada wartawan, Jumat malam (7/11/2025).
Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana melakukan audit keamanan di seluruh sekolah negeri, termasuk pemeriksaan fasilitas umum seperti masjid, laboratorium, dan gudang penyimpanan bahan kimia.
Warga Jakarta juga ramai menyuarakan keprihatinan di media sosial dengan tagar #PrayForSMAN72 dan #AmanDiSekolah, menyerukan agar perundungan, isolasi sosial, dan masalah psikologis siswa lebih diperhatikan.
Anak, Internet, dan Bahaya Eksperimen Kekerasan
Dari hasil pemeriksaan sementara, penyidik menemukan bahwa pelaku sempat aktif di forum daring yang membahas eksperimen bahan kimia dan konten ekstrem. Ini menyoroti kerentanan remaja terhadap paparan informasi berbahaya di internet, terutama tanpa pengawasan orang tua.
Pakar psikologi Dr. Siti Rahmawati, menilai kasus ini bukan sekadar insiden tunggal. “Ini cerminan betapa pentingnya literasi digital dan pendampingan emosional bagi remaja. Ledakan di SMAN 72 harus menjadi peringatan nasional agar sekolah memperkuat fungsi bimbingan konseling,” jelasnya.
Hingga Sabtu pagi, sebagian korban sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan. Namun sejumlah siswa masih dirawat karena luka bakar dan trauma psikis. Pemerintah memastikan seluruh biaya pengobatan ditanggung penuh.
Masjid sekolah yang rusak parah kini dipasangi garis polisi. Reruntuhan kaca, serpihan logam, dan puing kayu masih berserakan di sekitar mihrab. Warga dan alumni SMAN 72 Jakarta bergotong royong membersihkan area luar sambil menyalakan lilin sebagai simbol doa bagi para korban.
“Ini bukan hanya tragedi untuk sekolah kami, tapi juga peringatan bagi semua pihak bahwa keamanan dan kesehatan mental remaja sama pentingnya dengan prestasi,” ujar Raka, salah satu alumni tahun 2021 yang datang membantu di lokasi.
Tragedi ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta menjadi peringatan keras bagi dunia pendidikan Indonesia. Bukan hanya tentang keamanan fisik, tapi juga tentang perhatian terhadap psikologis dan lingkungan sosial siswa.
Sekolah, guru, orang tua, dan pemerintah kini dihadapkan pada tanggung jawab baru: memastikan bahwa setiap ruang belajar benar-benar aman — dari kekerasan, tekanan sosial, maupun paparan informasi berbahaya.
Seiring penyelidikan berjalan, publik berharap kebenaran segera terungkap dan korban dapat pulih. Namun di balik duka ini, tersimpan harapan besar: agar tragedi di SMAN 72 Jakarta menjadi momentum perubahan nyata dalam menciptakan sekolah yang lebih aman, inklusif, dan manusiawi.
