BONA NEWS. Medan, Sumatera Utara.  — Tahun 2025 menjadi salah satu periode paling dinamis sekaligus mengkhawatirkan bagi situasi kriminalitas di Sumatera Utara (Sumut). Berbagai kasus besar muncul hampir di setiap bulan, mulai dari kejahatan siber, kriminal jalanan, perdagangan narkotika, korupsi perangkat daerah, hingga kriminalitas yang memanfaatkan kecanggihan teknologi. Rekap sepanjang Januari hingga Desember 2025 menunjukkan bahwa pola kejahatan di Sumut mengalami perubahan signifikan: lebih terstruktur, melibatkan pelaku lintas daerah, dan memanfaatkan celah-celah digital.

Berikut rangkuman lengkap kasus-kasus kriminal terbesar di Sumut sepanjang 2025, termasuk kronologi, modus pelaku, hingga tren baru yang perlu diwaspadai masyarakat maupun aparat penegak hukum.

1. Gelombang Kejahatan Siber: Sumut Jadi Target Utama

Memasuki 2025, kejahatan berbasis digital melonjak tajam. Setidaknya ratusan laporan diterima Polda Sumut melalui unit Cyber Crime sejak Januari–November. Bentuk kasusnya bermacam-macam: mulai dari pencurian data, penyebaran malware, penipuan investasi kripto, hingga pembobolan rekening lewat aplikasi palsu.

Modus Terbaru: Aplikasi Kloning dan Penawaran Kerja Palsu

Modus paling banyak memakan korban adalah aplikasi kloning (cloned apps). Pelaku membuat aplikasi identik dengan aplikasi bank, marketplace, atau layanan utilitas. Saat korban memasukkan username dan PIN, seluruh data dikirim ke server pelaku.

Selain itu, modus penawaran kerja palsu juga merebak. Korban diarahkan mengunduh aplikasi “tugas klik” atau “job checking” yang sebenarnya mencuri akses SMS dan OTP.

Jaringan Pelaku: Lintas Provinsi

Penyelidikan aparat menemukan banyak pelaku berasal dari Jawa Barat, Bekasi, hingga luar negeri seperti Kamboja dan Myanmar. Sumut menjadi target karena tingginya jumlah pengguna smartphone dan tumbuhnya pasar digital.

Unit siber Polda Sumut menyebutkan tahun 2025 sebagai “tahun paling sibuk dalam sejarah penanganan cyber crime”. Dari seluruh laporan, hanya sekitar 40% yang dapat diproses tuntas karena sebagian pelaku berada di luar negeri.

2. Kasus Narkotika Skala Besar: Sumut Jadi Gerbang Masuk Sabu dan Ekstasi

Tahun 2025 juga ditandai dengan operasi besar pengungkapan jaringan narkoba internasional. Berbagai pelabuhan tikus di wilayah pantai timur Sumut, terutama Aceh Timur, Langkat, dan Medan bagian utara, menjadi jalur masuk narkotika dari Malaysia dan Thailand.

Pengungkapan Terbesar Tahun Ini

Salah satu pengungkapan terbesar terjadi pada pertengahan tahun ketika aparat menggagalkan penyelundupan lebih dari 150 kg sabu dari perairan Malaysia menuju pesisir Langkat. Barang bukti diangkut menggunakan speedboat dan dikendalikan oleh operator lokal.

Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka, termasuk seorang koordinator lapangan yang diketahui telah terlibat dalam jaringan narkotika internasional sejak 2019. Dalam pemeriksaan, pelaku mengaku motifnya karena “cuan besar dan risiko kecil”, mengingat pantai timur Sumut memiliki banyak titik pendaratan yang sulit dipantau.

Modus Baru: Sabu Dikemas Menyerupai Pakan Ternak

Pada September 2025, modus penyamaran narkotika kembali ditemukan. Pelaku menyamarkan sabu dalam bungkus pakan ayam yang diseal rapi dan diangkut menggunakan truk lintas provinsi.

Pengungkapan ini menguatkan dugaan bahwa jaringan narkotika di Sumut sudah semakin rapi, profesional, dan berinovasi untuk mengelabui aparat.

3. Kasus Korupsi Perangkat Daerah: Sorotan Keras Sepanjang 2025

Sepanjang tahun, beberapa kasus korupsi melibatkan pejabat kabupaten, kepala dinas, hingga aparatur desa. Beberapa yang paling menyita perhatian antara lain:

a. Dugaan Penyalahgunaan Anggaran Infrastruktur

Salah satu kasus terbesar terjadi di wilayah pantai barat Sumut, ketika aparat mengungkap dugaan penyelewengan dana proyek jalan senilai miliaran rupiah. Proyek yang seharusnya selesai pada awal tahun justru mangkrak, sementara anggaran telah cair 100%.

Pemeriksaan internal menemukan sejumlah bukti manipulasi dokumen, kwitansi fiktif, serta kerja sama dengan kontraktor tertentu. Beberapa pejabat sudah ditetapkan tersangka dan proses hukum masih berlangsung hingga akhir 2025.

b. Penyelewengan Dana Desa dan Pemalsuan Laporan Keuangan

Lebih dari 20 desa di Sumut juga terindikasi melakukan penyimpangan dana desa sepanjang 2025. Beberapa kepala desa memalsukan laporan kegiatan, menggelembungkan anggaran proyek fisik, atau menggunakan dana desa untuk kepentingan pribadi seperti pembelian kendaraan.

Fenomena ini menjadi perhatian publik karena dana desa seharusnya menjadi backbone pembangunan desa. Aktivis dan pemerhati sosial Sumut menyebut kasus-kasus tersebut sebagai “tamparan keras bagi transparansi keuangan desa”.

4. Pembunuhan dan Kriminal Kekerasan: Motif Ekonomi Mendominasi

Walaupun tren kriminal digital meningkat, kasus kriminal kekerasan masih tinggi. Sepanjang 2025, sejumlah kasus pembunuhan, perampokan, penganiayaan berujung kematian, hingga kekerasan dalam rumah tangga menghiasi pemberitaan.

Kasus Pembunuhan di Kota Medan

Pada awal tahun, publik dikejutkan dengan kasus pembunuhan seorang pengusaha muda di salah satu hotel di Medan. Pelaku merupakan rekan bisnis korban yang terjerat utang setelah usaha bersama mereka gagal. Dalam penyelidikan terbukti bahwa motif utama adalah tekanan ekonomi dan upaya pelaku menutup jejak penggelapan dana usaha.

Yang memperumit kasus ini adalah fakta bahwa pelaku mempelajari cara menghapus data ponsel korban melalui forum-forum online. Hal ini kembali menegaskan bagaimana literasi digital tidak selalu digunakan untuk tujuan positif.

Perampokan Bersenjata dan Kelompok Geng Motor

Kriminal jalanan, terutama aksi geng motor, juga mencatat peningkatan pada beberapa bulan pertama. Berbagai aksi penyerangan menggunakan senjata tajam, pemerasan di jalan raya, serta pengrusakan fasilitas publik terjadi di sejumlah titik Kota Medan.

Aparat Polrestabes Medan merespons dengan operasi besar-besaran, menangkap puluhan anggota geng motor, menyita senjata tajam, dan membubarkan beberapa titik kumpul mereka di malam hari.

5. Human Trafficking: Modus Perekrutan Pekerja Migran Semakin Meningkat

Salah satu fenomena paling memprihatinkan di Sumut tahun 2025 adalah meningkatnya kasus perdagangan manusia (human trafficking). Modusnya makin bervariasi, terutama dalam bentuk perekrutan pekerja migran ke Timur Tengah, Malaysia, atau Kamboja.

Korban Didominasi Perempuan Usia 19–35 Tahun

Banyak korban direkrut melalui iklan lowongan kerja palsu di media sosial dengan janji gaji tinggi. Setelah diberangkatkan, mereka ternyata bekerja tanpa kontrak, gaji dipotong hingga 80%, atau bahkan menjadi korban eksploitasi seksual.

Beberapa jaringan berhasil dibongkar oleh aparat gabungan Polda Sumut dan BP2MI. Dalam salah satu pengungkapan terbesar, lebih dari 25 calon pekerja migran yang akan diberangkatkan secara ilegal berhasil diselamatkan dari sebuah rumah penampungan di Deli Serdang.

Pelaku utama adalah agen ilegal yang sudah lama memanfaatkan celah administrasi keberangkatan pekerja migran.

6. Penipuan Investasi dan Arisan Online: Ribuan Warga Rugi

Tren lain yang mengemuka sepanjang 2025 adalah penipuan berkedok investasi digital, trading robot, hingga arisan online. Kasus-kasus ini rata-rata melibatkan korban dalam jumlah besar, dari puluhan hingga ribuan orang di berbagai kabupaten/kota.

Modus: Skema Ponzi Berbungkus Teknologi

Pelaku memanfaatkan platform digital seperti Telegram, WhatsApp, dan aplikasi web buatan sendiri. Mereka menjanjikan keuntungan 5–10% per hari dengan dalih “copy trading otomatis” atau “komisi tugas harian”.

Pada pertengahan 2025, sebuah kasus besar di Medan mencuat ketika ratusan korban melapor bahwa dana mereka hilang setelah aplikasi investasi tiba-tiba offline. Total kerugian diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah.

Pelaku sempat kabur ke luar Sumatera dan akhirnya ditangkap di Bali setelah aparat menelusuri aktivitas digitalnya.

7. Kejahatan Properti dan Penggelapan Kendaraan Bermotor

Kasus penggelapan mobil rental kembali marak pada 2025. Banyak pelaku menggunakan modus sewa mobil dengan identitas palsu lalu menjual kendaraan secara cepat ke penadah luar provinsi.

Selain itu, beberapa kawasan Medan dan Deli Serdang mengalami peningkatan kasus pencurian rumah kosong, terutama saat Idulfitri dan Natal. Tren ini terjadi setiap tahun, tetapi 2025 mencatat peningkatan signifikan karena pelaku mulai menggunakan alat pendeteksi keberadaan penghuni melalui aktivitas WiFi dan pola penggunaan perangkat elektronik.

8. Kasus-Kasus Menonjol Lain Sepanjang Tahun

Beberapa kasus lain yang turut menyita perhatian publik antara lain:

  • Kebakaran rumah dan ruko akibat kelalaian instalasi listrik yang ternyata memiliki unsur kelalaian pidana.
  • Penipuan perjalanan umrah yang merugikan puluhan calon jamaah.
  • Kasus mahasiswi yang menjadi korban kekerasan pacar di Medan Marelan, memicu kampanye anti-KDRT di kampus-kampus.
  • Penyelundupan satwa dilindungi seperti trenggiling dan burung endemik yang berhasil digagalkan Balai Gakkum.

Tren Kriminalitas Sumut 2025: Apa yang Berubah?

Melihat seluruh rangkaian kasus 2025, setidaknya terdapat lima tren utama yang menandai perubahan pola kriminalitas di Sumut:

1. Digitalisasi Kejahatan Semakin Menguat

Lebih dari 50% kasus besar kini melibatkan teknologi digital: dari kejahatan siber, rekayasa sosial, hingga pencucian uang lewat aset kripto.

2. Jaringan Pelaku Semakin Terorganisasi

Banyak kasus melibatkan pelaku lintas provinsi dan lintas negara. Ini menunjukkan Sumut menjadi salah satu wilayah strategis bagi pergerakan jaringan kriminal.

3. Motif Ekonomi Mendominasi

Setelah pandemi dan periode ketidakpastian ekonomi, banyak pelaku menjadikan kejahatan sebagai jalan pintas.

4. Modus Semakin Kreatif dan Sulit Dideteksi

Bentuk penipuan, penyamaran narkotika, atau kejahatan digital semakin sulit dideteksi oleh masyarakat awam.

5. Kesadaran Masyarakat Meningkat

Jumlah laporan ke polisi naik, menandakan warga semakin berani mengungkap kasus dan tidak mudah dibungkam.

Tahun Berisiko Tinggi, Tapi Pengawasan Semakin Kuat

Tahun 2025 menjadi salah satu tahun paling kompleks bagi keamanan di Sumatera Utara. Di satu sisi, berbagai kasus kriminal besar memperlihatkan tantangan nyata bagi aparat: digitalisasi kejahatan, sindikat narkotika internasional, hingga korupsi struktural. Namun di sisi lain, meningkatnya pengungkapan kasus menunjukkan aparat semakin responsif dan teknologi pendukung penegakan hukum semakin maju.

Rekap ini juga menjadi refleksi bagi masyarakat Sumut: kewaspadaan harus meningkat, terutama terhadap modus baru berbasis digital, investasi abal-abal, dan perekrutan kerja ilegal.

Dengan kolaborasi kuat antara masyarakat, media, dan aparat, Sumut memiliki peluang untuk menekan angka kriminalitas pada tahun-tahun mendatang.