BONA NEWS. Medan, Sumatera Utara.  — Kesehatan mental anak muda di Sumatera Utara (Sumut) kini menjadi salah satu isu paling menonjol dalam lima tahun terakhir. Peningkatan kasus kecemasan, depresi, burnout, hingga perilaku impulsif terlihat di berbagai daerah seperti Medan, Binjai, Deli Serdang, Pematangsiantar, dan Tapanuli. Perubahan sosial yang cepat, tekanan akademik, kondisi ekonomi, hingga tekanan digital menjadi faktor utama yang memengaruhi kesejahteraan psikologis remaja dan mahasiswa.

 “Anak muda Sumut menghadapi tekanan berlapis: akademik, ekonomi, dan sosial. Kombinasi itu membuat gangguan emosional meningkat cepat, terutama kecemasan dan depresi.”

Situasi Terkini Kesehatan Mental Anak Muda Sumut

Meskipun data resmi masih terbatas, berbagai indikator lapangan menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Konsultasi kesehatan mental di Puskesmas maupun layanan kampus meningkat, terutama pada kelompok usia 15–24 tahun. Layanan konseling sekolah mengakui bahwa kasus terkait stres, burnout, dan gejala depresi kini tak lagi jarang.

Fenomena ini juga berkembang seiring tingginya pembahasan tentang kesehatan mental di media sosial. Banyak anak muda mencari cara self-healing, berbagi cerita, atau mengeluhkan beban hidup yang mereka rasakan.

Faktor Risiko yang Mendominasi

a. Tekanan Akademik

Persaingan ketat masuk kampus, tuntutan nilai tinggi, dan jadwal belajar padat membuat pelajar rentan mengalami stres berat.

b. Kondisi Ekonomi Keluarga

Banyak keluarga di Sumut menggantungkan hidup pada sektor informal dan UMKM. Ketidakstabilan ekonomi berdampak langsung pada kondisi emosional remaja.

c. Pengaruh Media Sosial

Tingkat konsumsi TikTok, Instagram, dan game online di Sumut sangat tinggi. Perbandingan sosial dan tekanan estetika menjadi pemicu kecemasan pada remaja.

Psikolog pendidikan Yulian Sembiring menegaskan, “Remaja kita membandingkan dirinya dengan pencapaian orang lain setiap hari. Dampaknya besar: harga diri jatuh, kecemasan meningkat.”

d. Minimnya Literasi Mental

Sebagian orang tua masih menganggap masalah mental sebagai kelemahan, bukan kondisi kesehatan yang perlu ditangani.

e. Kekerasan dan Perundungan

Bullying di sekolah dan konflik keluarga masih sering ditemukan, memicu trauma jangka panjang.

Gangguan Mental yang Paling Sering Dialami Anak Muda Sumut

  1. Gangguan kecemasan (anxiety)
  2. Depresi ringan hingga sedang
  3. Burnout akademik dan pekerjaan
  4. Gangguan tidur atau insomnia
  5. Trauma (PTSD) akibat kekerasan atau perundungan

Tanda-Tanda Bahaya yang Patut Diwaspadai

  • Perubahan perilaku drastis
  • Mudah marah atau menangis tanpa sebab
  • Hilang motivasi belajar atau bekerja
  • Menarik diri dari pergaulan
  • Gangguan tidur dan makan
  • Muncul pikiran menyakiti diri
  • Prestasi turun tajam dalam waktu singkat

“Jika gejala bertahan lebih dari dua minggu, itu bukan stres biasa. Segeralah mencari bantuan profesional.”

Hambatan Utama Anak Muda untuk Mencari Bantuan

  1. Stigma sosial yang menganggap masalah mental sebagai aib
  2. Kurangnya dukungan keluarga, terutama orang tua yang kurang memahami
  3. Akses layanan terbatas, terutama di luar kota besar
  4. Biaya konsultasi, meski sebagian Puskesmas menyediakan layanan murah
  5. Normalisasi penderitaan, seperti anggapan bahwa stres berat adalah hal wajar

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Anak muda dianjurkan mencari bantuan ketika:

  • Emosi negatif berlangsung lebih dari 14 hari
  • Aktivitas belajar dan kerja terganggu
  • Muncul keinginan menarik diri dari lingkungan
  • Terjadi perubahan pola makan dan tidur
  • Sulit mengontrol emosi
  • Terdapat pikiran menyakiti diri

“Menghubungi profesional bukan tanda kelemahan. Itu langkah paling berani.”

Dukungan yang Bisa Diberikan Sekolah dan Keluarga

a. Mendengar tanpa menghakimi

Remaja butuh ruang aman untuk bercerita.

b. Edukasi literasi mental health

Sekolah dapat membuat pelatihan konselor sebaya.

c. Kurangi tekanan berlebih

Perbandingan dengan saudara atau teman seringkali merusak kesehatan emosional.

d. Aktivitas positif

Olahraga, seni, dan kegiatan komunitas terbukti membantu stabilitas emosi.

e. Program anti-perundungan

Wajib ada di sekolah menengah dan kampus.

Peran Pemerintah dan Lembaga Kesehatan

Pemerintah Sumut dapat memperkuat layanan kesehatan mental melalui:

  • Penambahan tenaga psikolog di Puskesmas
  • Hotline kesehatan mental 24 jam
  • Penyuluhan literasi mental ke desa dan kelurahan
  • Kerja sama kampus untuk konseling gratis
  • Kampanye anti-bullying secara berkala

“Generasi muda adalah aset Sumut. Kesehatan mental mereka harus jadi prioritas daerah.”

Kesehatan mental anak muda Sumatera Utara adalah isu krusial yang membutuhkan perhatian serius. Dengan dukungan keluarga, sekolah, kampus, pemerintah, hingga komunitas, anak muda dapat tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan resilien. Edukasi, akses layanan yang merata, dan penghilangan stigma menjadi fondasi penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat secara mental bagi remaja dan mahasiswa di Sumut.

Pada akhirnya, menjaga kesehatan mental adalah bagian dari menjaga masa depan Sumatera Utara..