BONA NEWS. Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. — Upaya penyelamatan warga di daerah terisolasi akibat bencana di Kabupaten Tapanuli Tengah kembali dilakukan secara intensif oleh jajaran TNI. Pada Selasa (9/12/2025), tim Gabungan Penanggulangan Bencana Alam (Gulbencal) Kesdam I/Bukit Barisan bersama personel Yonif 125/Simbisa (SMB) melaksanakan evakuasi udara terhadap dua warga yang membutuhkan penanganan medis segera. Evakuasi itu berlangsung di Desa Mardame, Kecamatan Sitahuis, salah satu wilayah yang terdampak bencana dan aksesnya sulit dijangkau melalui jalur darat.
Evakuasi menggunakan helikopter ini menjadi pilihan utama karena medan terjal, perbukitan sempit, serta kondisi tanah yang licin setelah hujan lebat selama beberapa hari. Keputusan tersebut diambil setelah tim medis memastikan bahwa perjalanan melalui jalur darat justru berisiko membahayakan kondisi pasien maupun petugas.
Medan Ekstrem Hambat Akses Darat
Sejak bencana longsor dan banjir melanda sejumlah wilayah di Tapanuli Tengah beberapa waktu lalu, berbagai desa di Kecamatan Sitahuis mengalami keterisolasian. Jalan penghubung ditutupi material longsor, beberapa titik terputus, dan akses yang tersisa hanya berupa jalan setapak licin akibat hujan. Kondisi ini membuat transportasi darat hampir mustahil dilakukan, terlebih untuk membawa pasien yang memerlukan penanganan segera.
Komandan Kesdam I/Bukit Barisan melalui tim lapangan menjelaskan bahwa medan menuju Desa Mardame berada di antara lereng dan lembah berbatu yang curam. “Setelah dilakukan peninjauan awal, kami menyimpulkan evakuasi udara adalah opsi paling aman dan cepat. Akses darat tidak memungkinkan mengingat kondisi jalan yang rusak parah dan licin,” ujarnya.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh tim Yonif 125/SMB, yang sebelumnya telah menyalurkan bantuan dengan berjalan kaki sejauh lebih dari lima kilometer menuju desa-desa terisolasi. Petugas menyebutkan bahwa beban logistik saja sudah sulit dibawa melalui jalur darat; terlebih lagi membawa pasien dalam kondisi rentan.
Pasien Mengalami Cedera dan Kondisi Medis Mendesak
Dua warga yang dievakuasi adalah seorang perempuan dewasa dan seorang bayi berusia sembilan hari. Perempuan tersebut mengalami dugaan patah di bagian lutut setelah terpeleset di area berbatu saat hujan. Sementara bayi yang dievakuasi mengalami dermatitis alergi serta dehidrasi ringan karena minimnya fasilitas kesehatan di desa sejak bencana terjadi.
Sebelum dievakuasi, tim medis Kesdam memberikan pertolongan pertama kepada kedua pasien. Proses ini berlangsung dalam kondisi yang cukup menantang karena lokasi rumah warga berada di area perbukitan yang hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki. Setelah menstabilkan kondisi pasien, petugas dan warga menandu keduanya ke lokasi helipad darurat — sebuah lapangan kecil di sisi desa yang sudah disiapkan sebelumnya untuk pendaratan helikopter.
“Koordinasi dengan pemerintah daerah serta warga setempat berjalan baik, sehingga proses pemindahan pasien ke titik aman dapat dilakukan dengan cepat dan tertib,” ujar salah satu petugas medis di lapangan.
Helikopter TNI Lakukan Pendaratan Presisi
Helikopter jenis Bell milik TNI AD dikerahkan untuk misi ini. Pilot melakukan pendaratan hati-hati mengingat ruang helipad sangat terbatas dan dikelilingi perbukitan. Situasi angin dan permukaan tanah yang licin menuntut manuver presisi agar keselamatan petugas dan warga tetap terjamin.
Setelah pintu helikopter terbuka, petugas segera membawa masuk tandu pasien pertama dan kemudian mengamankan bayi dalam pelukan tenaga medis. Seluruh proses pemindahan berlangsung kurang dari lima menit, meminimalkan waktu helikopter berada di lokasi yang rawan.
Penerbangan menuju Bandara Silangit membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Setibanya di bandara, ambulans yang telah siaga langsung membawa kedua pasien ke rumah sakit rujukan untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Respons Cepat TNI Dibutuhkan di Tengah Keterbatasan Akses
Evakuasi udara di Tapanuli Tengah bukan kali pertama dilakukan sejak bencana melanda wilayah tersebut. Kodam I/Bukit Barisan sebelumnya telah mengerahkan ratusan personel, termasuk dari Yonif 122/TS dan berbagai satuan lain, untuk membuka akses jalan, menyalurkan bantuan, serta melakukan evakuasi warga.
Keterlibatan TNI sangat penting mengingat banyak desa berada di dataran tinggi dengan jalur yang tidak memungkinkan kendaraan berat. Bahkan dalam beberapa operasi sebelumnya, personel harus berjalan kaki berjam-jam sambil membawa logistik dan peralatan medis.
Pemerintah daerah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah menyampaikan apresiasi terhadap upaya TNI dalam mempercepat penanganan darurat. “Situasi di lapangan sangat sulit, dan tanpa dukungan TNI, banyak warga akan lebih lama terisolasi. Evakuasi udara seperti ini sangat membantu menyelamatkan nyawa,” kata seorang pejabat BPBD.
Warga: Helikopter Seperti ‘Harapan dari Langit’
Proses evakuasi ini meninggalkan kesan mendalam bagi warga Desa Mardame. Mereka mengungkapkan bahwa kehadiran helikopter terasa seperti datangnya bantuan dari langit setelah beberapa hari menghadapi keterbatasan.
“Kami sangat lega ketika helikopter tiba. Jalan kami benar-benar tidak bisa dilalui. Warga takut jika kondisi pasien makin parah. Ini menjadi penyelamat bagi kami.” kata salah satu tokoh masyarakat setempat, Selasa (9/12/2025).
Masyarakat juga berharap akses darat dapat segera dibuka agar bantuan logistik dan layanan kesehatan dapat lebih mudah menjangkau desa-desa lain yang masih terdampak.
Meski evakuasi berhasil dilakukan, situasi di wilayah Sitahuis dan sekitarnya masih membutuhkan perhatian serius. Banyak desa masih mengalami keterbatasan suplai makanan, listrik, dan layanan kesehatan. Tim gabungan dari TNI, Polri, BPBD, dan berbagai lembaga sosial terus bergerak untuk membantu warga.
Alat berat telah dikerahkan untuk membersihkan material longsor, namun prosesnya tidak mudah karena cuaca yang masih sering berubah dan kondisi tanah yang labil. Penanganan infrastruktur dipastikan akan berlangsung beberapa pekan ke depan.
Dalam jangka panjang, pemerintah daerah juga merencanakan mitigasi permanen terutama di daerah rawan pergerakan tanah. Penguatan struktur jalan, pembuatan sistem drainase baru, dan pembangunan jalur evakuasi alternatif menjadi bagian dari rencana tersebut.
TNI Komitmen Lanjutkan Dukungan
Kesdam I/Bukit Barisan menyatakan akan terus menyiapkan tenaga medis dan peralatan untuk respons cepat apabila ditemukan lagi warga yang membutuhkan evakuasi medis. Sementara itu, Yonif 125/SMB tetap siaga membantu distribusi logistik dan membuka jalur darurat.
“Kami akan terus hadir bersama masyarakat hingga kondisi kembali pulih,” ujar perwakilan Kodam I/BB dalam pernyataannya.
Evakuasi udara di Desa Mardame menjadi bukti bahwa koordinasi yang cepat dan tepat antara pasukan, pemerintah, serta warga mampu menyelamatkan nyawa di tengah situasi sulit. Di tengah keterbatasan dan medan ekstrem, solidaritas dan dedikasi petugas memberikan harapan bagi masyarakat Tapanuli Tengah yang terdampak bencana.
