BONA NEWS. Jakarta. — Dalam era transformasi digital global, Indonesia terus bergerak memperkuat posisinya dalam pengembangan teknologi mutakhir, termasuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Salah satu langkah strategis yang kini sedang dijajaki adalah menjalin kemitraan erat dengan Inggris, negara yang diakui sebagai salah satu pusat riset dan inovasi AI dunia.

Dengan dukungan pemerintah kedua negara, Indonesia dan Inggris tengah menyusun peta jalan (roadmap) kerja sama AI yang bukan hanya mencerminkan relasi diplomatik, tetapi juga ambisi untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif, etis, dan berkelanjutan. Kolaborasi ini diproyeksikan akan berlangsung hingga 2030 dan melibatkan lintas sektor: pemerintahan, akademisi, pelaku industri, serta lembaga riset.

Tahap 1: Inisiasi dan Pemetaan Potensi (2025)

Pemerintah Indonesia dan Inggris telah menyepakati pembentukan Strategic Partnership Agreement yang akan difinalisasi pada September 2025, dengan AI sebagai salah satu pilar utamanya. Informasi ini telah dikonfirmasi dalam pertemuan bilateral di London pada 21 November 2024.

Sebagai langkah awal, kedua negara membentuk Task Force AI Bilateral, yang terdiri dari wakil Kementerian Komunikasi dan Informatika, BRIN, universitas terkemuka Indonesia, serta lembaga riset Inggris seperti Alan Turing Institute dan UK Research and Innovation (UKRI).

Dalam tahap ini juga diselenggarakan forum perdana “Indonesia–UK AI Dialogue”, yang memfasilitasi pertukaran gagasan, pembelajaran kebijakan, dan identifikasi bidang prioritas seperti etika AI, agritech, dan pengolahan bahasa alami (NLP) untuk Bahasa Indonesia.

Tahap 2: Kolaborasi Riset dan Penguatan SDM (2026–2027)

Kerja sama bilateral akan diperluas melalui pendanaan riset bersama dan pelatihan SDM. Pemerintah Inggris, melalui skema beasiswa Chevening dan Newton Fund, membuka peluang bagi ilmuwan muda Indonesia untuk belajar dan melakukan riset di kampus-kampus unggulan seperti Cambridge, Oxford, dan Imperial College London.

Sementara itu, BRIN dan Kemdikbudristek Indonesia tengah menjajaki kemitraan dengan Alan Turing Institute dan lembaga terkait lainnya guna menyelenggarakan program riset bersama. Fokus utamanya adalah:

  • AI untuk prediksi bencana alam
  • Optimalisasi pertanian dan irigasi
  • NLP Bahasa Indonesia dan daerah
  • Tata kelola data berbasis nilai lokal

Pelatihan khusus tentang regulasi dan etika AI juga telah dirancang bersama Centre for Data Ethics and Innovation (CDEI) dari Inggris. Ini menjadi bagian dari upaya penguatan kerangka tata kelola AI yang tengah dirumuskan oleh BSSN dan Kominfo.

Tahap 3: Penerapan Teknologi dan Komersialisasi (2028–2029)

Memasuki fase ketiga, kerja sama berfokus pada realisasi proyek konkret di sektor-sektor prioritas. Beberapa area yang diproyeksikan menjadi pilot project antara lain:

  • Agritech Berbasis AI: untuk mendukung ketahanan pangan nasional
  • Healthtech: pemanfaatan AI untuk analisis data BPJS dan sistem rujukan
  • Smart City: AI untuk pengelolaan lalu lintas dan pemetaan kebutuhan pelayanan publik

Meski implementasi proyek-proyek tersebut belum diumumkan secara resmi, diskusi aktif telah berlangsung dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk BPJS, Bappenas, dan startup teknologi lokal.

Investasi juga menjadi perhatian penting. Inggris telah menyatakan minat melalui lembaga seperti British International Investment (BII) dan Innovate UK untuk mendukung startup AI Indonesia. Namun hingga Juli 2025, belum terdapat angka resmi atau daftar startup penerima dana yang dipublikasikan.

Tahap 4: Etika, Regulasi, dan Diplomasi Teknologi (2030)

Kerja sama ini tidak hanya berorientasi teknologi, tetapi juga menekankan pentingnya tata kelola AI yang adil, transparan, dan akuntabel. Indonesia dan Inggris saat ini aktif mendiskusikan standar internasional mengenai keamanan data, audit algoritma, dan penggunaan AI di sektor publik.

Langkah strategis ke depan termasuk:

  • Harmonisasi regulasi perlindungan data pribadi (mengacu pada GDPR di Inggris dan UU PDP di Indonesia)
  • Penyusunan kode etik penggunaan AI bersama Alan Turing Institute dan akademisi lokal
  • Partisipasi aktif dalam forum seperti OECD AI, GPAI (Global Partnership on AI), dan UNESCO AI Ethics

Indonesia juga sedang dalam tahap akhir penyusunan National AI Strategy pertamanya, yang dijadwalkan rampung pada Agustus 2025, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters pada 22 Juli lalu.

Bidang Prioritas Kerja Sama AI

  1. Kesehatan Digital dan Bioinformatika
  2. Pertanian Presisi dan Ketahanan Pangan
  3. Pendidikan Adaptif dan Pembelajaran Berbasis AI
  4. Tata Kota dan Smart Mobility
  5. Natural Language Processing untuk Bahasa Indonesia dan Daerah

Indikator Keberhasilan Roadmap

Meskipun belum ada angka resmi dari pemerintah, indikator keberhasilan roadmap ini secara proyeksi meliputi:

  • ≥10 proyek riset bersama aktif (target)
  • ≥50 profesional AI Indonesia mendapat pelatihan bersertifikasi di Inggris
  • ≥5 startup AI lokal menerima pendanaan dari mitra Inggris
  • Regulasi nasional AI Indonesia diterbitkan dengan masukan internasional
  • Terlibat aktif dalam pengembangan standar global AI

Catatan: Target-target tersebut masih bersifat perencanaan internal dan belum dipublikasikan secara resmi dalam dokumen pemerintah.

Kolaborasi Strategis Era Digital

Kerja sama AI antara Indonesia dan Inggris merupakan bagian dari upaya diplomasi teknologi yang lebih besar. Di tengah kompetisi global dalam pengembangan AI, Indonesia perlu memastikan posisinya sebagai negara pengguna sekaligus pengembang teknologi yang cerdas dan etis.

Dengan roadmap ini, Indonesia tidak hanya memperkuat kapasitas domestik, tetapi juga memperluas pengaruhnya dalam tata kelola teknologi dunia. Inggris pun mendapatkan mitra strategis yang potensial di kawasan Asia Tenggara. Bila roadmap ini diimplementasikan secara konsisten, maka pada 2030 Indonesia dapat menjadi negara dengan ekosistem AI yang matang, mandiri, dan berdaya saing tinggi.