BONA NEWS. Deli Serdang, Sumatra Utara. — Aksi kejahatan jalanan kembali menghantui masyarakat Medan dan sekitarnya. Dalam sepekan terakhir, dua peristiwa pembegalan terjadi di wilayah hukum Polrestabes Medan. Kedua kasus tersebut menyita perhatian publik karena melibatkan korban pengemudi ojek online dan remaja warga sekitar yang diserang secara brutal oleh pelaku bersenjata tajam.
Kasus yang paling ramai diperbincangkan terjadi di Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, pada Selasa dini hari (14/10/2025). Seorang pengemudi ojek online, Arief Pratama (27), menjadi korban begal saat melintas di Jalan Rahayu menuju arah Medan Tembung. Ia diserang oleh sekelompok pelaku yang datang berboncengan menggunakan dua sepeda motor.
Menurut informasi yang dihimpun, para pelaku sudah membuntuti korban sejak dari simpang Jalan Jermal XV. Saat suasana jalanan sepi, salah satu motor pelaku menyalip dan menghadang di depan, sementara motor kedua menutup dari belakang. Salah seorang pelaku kemudian mengacungkan senjata tajam, diduga jenis parang, dan memaksa korban menyerahkan sepeda motor Honda Scoopy miliknya.
Tak sempat melawan, korban hanya bisa berteriak meminta tolong, namun para pelaku dengan cepat melarikan diri ke arah Jalan Perhubungan. Warga sekitar yang mendengar teriakan keluar rumah, tetapi pelaku sudah kabur ke arah jalan besar. Arief selamat dari serangan fisik, namun kehilangan motor yang menjadi satu-satunya alat mencari nafkah.
“Saya cuma bisa pasrah. Mereka dua motor, satu bawa senjata tajam. Tak mungkin saya lawan,” tutur Arief saat ditemui warga tak lama setelah kejadian.
Peristiwa ini kemudian viral di media sosial setelah rekaman CCTV dari salah satu rumah warga tersebar luas. Dalam video berdurasi 35 detik itu, tampak korban dihentikan oleh dua motor pelaku yang datang dari arah berlawanan. Salah satu di antara mereka terlihat menodongkan senjata tajam.
Polisi langsung turun ke lokasi kejadian dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Namun hingga Rabu siang (15/10/2025), aparat belum berhasil menangkap pelaku.
Tak sampai dua hari sebelum insiden di Sei Rotan, aksi begal juga terjadi di Dusun V, Desa Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, wilayah hukum Polsek Medan Tembung. Korbannya adalah seorang remaja bernama M. Daffa.
Peristiwa terjadi pada Senin dini hari (13/10/2025), saat korban dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia dihadang oleh dua orang tak dikenal yang tiba-tiba muncul dari gang kecil. Tanpa banyak bicara, salah satu pelaku langsung menyerang dengan senjata tajam, melukai tangan kiri dan lengan kanan korban.
Dalam keadaan terluka, Daffa berusaha kabur, namun pelaku berhasil membawa kabur sepeda motor matiknya. Warga sekitar yang mendengar teriakan segera menolong korban dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Pihak kepolisian yang menerima laporan masyarakat langsung melakukan penyelidikan. Petugas telah mengamankan rekaman CCTV dari beberapa titik yang diduga menjadi jalur pelarian para pelaku. Namun hingga kini, belum ada hasil penangkapan yang diumumkan secara resmi.
“Sudah dilakukan pemeriksaan di lokasi. Tim sedang bekerja untuk mengidentifikasi pelaku. Kami minta warga tetap waspada dan segera melapor jika melihat gerak-gerik mencurigakan,” kata seorang petugas kepolisian setempat saat dimintai keterangan.
Meningkatnya aksi begal dalam beberapa hari terakhir menimbulkan kekhawatiran warga, terutama di kawasan Medan Tembung, Percut Sei Tuan, dan sekitarnya. Banyak pengemudi ojek online mengaku kini membatasi jam operasional mereka, terutama setelah pukul 23.00 WIB.
Sejumlah komunitas ojol di Medan bahkan membuat grup koordinasi darurat dan membentuk tim patroli sukarela untuk saling mengawasi jalur rawan, seperti Jalan Rahayu, Jalan Selamat Ketaren, dan simpang Jalan Jermal XV.
“Sekarang kami saling jaga. Kalau ada yang jalan malam, kami kabarkan lewat grup. Sudah banyak kejadian, dan polisi belum tangkap pelakunya,” ujar salah satu pengemudi ojol di Medan, yang minta namanya tidak disebut.
Warga juga menyoroti minimnya penerangan jalan dan lemahnya patroli rutin di sejumlah titik rawan. Jalur seperti Jalan Rahayu–Jalan Perhubungan–Jalan Pancing II disebut sering menjadi lokasi favorit pelaku karena kondisi sepi dan jauh dari pos polisi.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak kepolisian menyatakan bahwa penyelidikan terhadap dua kasus pembegalan tersebut masih berlangsung. Petugas telah memeriksa beberapa saksi dan mempelajari rekaman CCTV di lokasi kejadian.
Dari hasil awal, polisi menduga bahwa kedua kasus tersebut dilakukan oleh kelompok berbeda, meski pola dan modusnya serupa — beroperasi dini hari, menggunakan dua sepeda motor, dan mengancam korban dengan senjata tajam.
Kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak bepergian sendirian di jam rawan, serta segera melapor jika melihat aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitar.
“Kami terus melakukan patroli gabungan bersama jajaran Polsek. Kami minta masyarakat tenang, jangan main hakim sendiri, dan percayakan proses ini pada kepolisian,” ujar salah satu pejabat Polrestabes Medan.
Pola Kejahatan Jalanan Terulang Setiap Tahun
Fenomena maraknya begal di Medan sebenarnya bukan hal baru. Berdasarkan catatan kriminalitas wilayah hukum Polrestabes Medan, aksi begal cenderung meningkat setiap menjelang akhir tahun, terutama antara September hingga Desember.
Faktor penyebabnya beragam, mulai dari meningkatnya mobilitas malam hari, lemahnya pengawasan lingkungan, hingga maraknya kelompok remaja yang terlibat kejahatan spontan. Beberapa kasus juga dikaitkan dengan kebutuhan ekonomi menjelang musim libur dan tahun baru.
Wilayah rawan begal di Medan tercatat antara lain:
- Jalan Letda Sujono – Medan Tembung
- Jalan Rahayu – Percut Sei Tuan
- Jalan Pancing II – Simpang Jermal XV
- Jalan Selamat Ketaren – Pasar Sore Tembung
- Simpang Kuala Bekala – Medan Amplas
Kondisi minim penerangan dan terbatasnya pos pengawasan membuat lokasi-lokasi tersebut kerap menjadi target kelompok begal yang mencari korban di jam-jam sepi.
Maraknya kasus ini memicu reaksi keras dari masyarakat dan pengguna media sosial. Tagar #DeliSerdangDaruratBegal sempat menjadi tren lokal di beberapa platform, dengan ratusan komentar yang menuntut peningkatan patroli dan tindakan tegas dari aparat.
Sebagian warganet juga menyoroti bahwa kasus begal di Medan kerap “menghilang begitu saja” setelah viral, tanpa ada tindak lanjut jelas dari pihak berwenang.
“Setiap tahun ada saja korban. Kalau viral, baru ramai. Setelah itu sepi lagi,” tulis salah satu komentar warga Medan di media sosial.
Beberapa lembaga masyarakat bahkan berencana membuat laporan resmi ke Polda Sumut untuk meminta pembentukan satuan khusus anti-begal di wilayah Medan dan Deli Serdang.
Bagi para pengemudi ojek online, ancaman begal bukan hanya soal keselamatan diri, tapi juga soal kelangsungan hidup. Motor yang mereka gunakan adalah alat utama mencari nafkah.
Banyak korban begal sebelumnya terpaksa berhenti sementara karena kehilangan kendaraan dan belum mampu menebus kredit motor baru. Dalam kasus Arief, kehilangan sepeda motor membuat penghasilannya terhenti total.
“Cuma ini kerjaan saya. Kalau motor hilang, saya tak bisa apa-apa,” ucap Arief dengan nada lesu.
Beberapa rekan sesama ojol kini tengah menggalang donasi internal untuk membantu Arief membeli motor baru, sambil menunggu perkembangan kasus dari pihak kepolisian.
Kasus pembegalan beruntun di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang menjadi pengingat bahwa kejahatan jalanan masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat.
Pemerintah daerah bersama aparat kepolisian diharapkan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan lingkungan, penerangan jalan, dan kehadiran petugas di lapangan.
Selain upaya penindakan, dibutuhkan pula program pencegahan berbasis masyarakat — seperti ronda malam, pengaktifan kembali pos kamling, serta edukasi publik agar tidak lengah di jalan raya.
Dengan dukungan semua pihak, diharapkan situasi keamanan di wilayah Medan dan sekitarnya dapat kembali kondusif.
