BONA NEWS. Jakarta, Indonesia. — Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Afrika Selatan mencapai babak baru dengan dilaksanakannya kunjungan kenegaraan resmi Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, ke Indonesia. Kunjungan ini menandai penguatan kemitraan strategis dua negara berkembang yang sama-sama berpengaruh di kawasan masing-masing.
Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto menyambut langsung tamunya di Istana Merdeka, Jakarta, dalam upacara kenegaraan penuh kehormatan, Rabu pagi (22/10/2025). Dua lagu kebangsaan berkumandang, dentuman meriam 21 kali mengiringi langkah kedua pemimpin yang berdiri berdampingan di atas karpet merah.
“Selamat datang di Jakarta, sahabat saya Presiden Ramaphosa,” ujar Presiden Prabowo Subianto.
Ramaphosa membalas, “Terima kasih atas sambutan hangat yang diberikan. Indonesia selalu menjadi sahabat penting bagi Afrika Selatan.”
Simbol Persahabatan Asia–Afrika
Kunjungan Ramaphosa menjadi momen bersejarah, bertepatan dengan 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Afrika Selatan yang terjalin sejak 1994 — tahun berakhirnya apartheid dan awal demokrasi Afrika Selatan.
Prabowo menyebut, “Indonesia dan Afrika Selatan punya ikatan sejarah panjang sejak Konferensi Asia–Afrika 1955. Kita sama-sama berasal dari Selatan dunia yang ingin berdiri sejajar di panggung global.”
Ramaphosa menambahkan, “Indonesia adalah jembatan kami menuju Asia Tenggara, kawasan yang berkembang pesat dan penuh peluang. Kami ingin memperdalam kerja sama ekonomi, energi, dan pendidikan.”
Pertemuan Bilateral dan Penandatanganan MoU
Usai upacara penyambutan, kedua kepala negara menggelar pertemuan bilateral di Istana Merdeka, didampingi oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono dan Minister of International Relations and Cooperation Afrika Selatan Ronald Lamola.
Tiga Nota Kesepahaman (MoU) ditandatangani pada kesempatan itu:
- Kerja Sama Pertahanan dan Industri Strategis, mencakup pelatihan militer, riset, dan potensi produksi alutsista bersama.
- Kerja Sama Pendidikan dan Riset, termasuk pertukaran mahasiswa dan dosen antara universitas negeri kedua negara.
- Kerja Sama Perdagangan dan Investasi, fokus pada sektor logistik, energi hijau, dan manufaktur ringan.
Menlu Sugiono menegaskan bahwa kunjungan ini bukan sekadar seremoni, melainkan langkah nyata memperluas jangkauan diplomasi Indonesia.
“Afrika Selatan adalah mitra strategis dan pintu gerbang utama Indonesia ke benua Afrika. Kami menargetkan peningkatan perdagangan dua arah minimal 40 % dalam dua tahun mendatang,” ujarnya.
Sedangkan Ronald Lamola menyebut, “Kami menyambut baik komitmen Indonesia untuk menanamkan investasi dan memperluas kerja sama energi bersih. Ini sinyal kuat dari dua kekuatan Selatan dunia.”
Data Perdagangan: Naik 35 Persen dalam Setahun
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) dan TradingEconomics (2024):
- Nilai ekspor Indonesia ke Afrika Selatan mencapai US$ 0,78 miliar, naik dari US$ 0,57 miliar tahun sebelumnya.
- Nilai impor Indonesia dari Afrika Selatan mencapai US$ 1,62 miliar, dengan peningkatan terutama di sektor batu bara, logam, dan bahan kimia industri.
- Total volume perdagangan dua arah tercatat sekitar US$ 2,4 miliar, meningkat 35 % dibanding 2023.
Indonesia mengekspor karet, tekstil, otomotif, minyak sawit mentah (CPO), dan produk elektronik, sementara Afrika Selatan memasok batu bara, besi, baja, dan kimia dasar.
Pemerintah kedua negara juga sepakat membentuk Forum Bisnis Indonesia–Afrika Selatan (SAIF 2025) untuk mempertemukan pelaku usaha dari dua negara secara rutin setiap tahun.
Kerja Sama Pertahanan dan Energi Hijau
Dalam bidang pertahanan, kerja sama diarahkan pada transfer teknologi dan pelatihan gabungan, mengingat kedua negara memiliki industri pertahanan mandiri: PT Pindad dan Denel Defence.
Prabowo menilai, sinergi ini penting di tengah ketegangan geopolitik global.
“Kemandirian pertahanan tidak bisa dibangun sendiri. Indonesia dan Afrika Selatan punya potensi besar untuk saling melengkapi,” katanya.
Sementara di sektor energi, kedua negara menandatangani inisiatif bersama pengembangan biofuel dan tenaga surya, dengan pilot project di kawasan Kalimantan Timur dan Northern Cape.
Forum Bisnis dan Pertemuan Diaspora
Pada sore harinya, Presiden Ramaphosa menghadiri Forum Bisnis Indonesia–Afrika Selatan 2025 di Jakarta Convention Center. Lebih dari 150 pelaku usaha hadir, termasuk perwakilan Kadin, BUMN, dan perusahaan energi dari Afrika Selatan.
Acara itu menghasilkan beberapa kesepakatan awal (LoI) di sektor logistik, fintech, dan pertambangan hijau.
Ramaphosa juga menyempatkan diri bertemu warga dan diaspora Afrika Selatan di Jakarta, memuji kontribusi mereka dalam mempererat hubungan masyarakat antarnegara.
Kunjungan Ramaphosa ke Indonesia menjadi puncak dari lawatan tiga negara di Asia Tenggara setelah Thailand dan Malaysia.
Indonesia, menurutnya, memainkan peran kunci dalam memperkuat kerja sama Selatan–Selatan di tingkat global, terutama dalam forum BRICS+ dan G77+China.
“Kami dan Indonesia sama-sama percaya dunia multipolar harus memberi ruang setara bagi negara berkembang,” kata Ramaphosa.
Prabowo menambahkan, “Kita ingin hubungan ini bukan sekadar hubungan ekonomi, tapi juga hubungan nilai — saling menghormati, saling memperkuat.”
Kunjungan Presiden Cyril Ramaphosa ke Indonesia menandai langkah besar dalam upaya mempererat hubungan Asia–Afrika di era baru.
Di balik simbol upacara dan diplomasi, kunjungan ini memperlihatkan tekad dua negara berkembang untuk saling menopang dalam menghadapi tantangan global: energi, keamanan, dan keadilan ekonomi.
“Hari ini kita menulis bab baru sejarah Asia–Afrika,” ujar Prabowo dalam penutupan pertemuan.
“Dan bab itu akan ditulis bersama — dengan tinta persahabatan dan kerja sama sejati.”
