BONA NEWS. Jakarta, Imdonesia. – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa dalam kurun waktu hanya dua hari, 23–24 September 2025, tercatat 25 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia. Deretan peristiwa tersebut meliputi banjir, banjir bandang, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mendominasi daftar kejadian.
Data ini kembali menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi. Dengan kondisi geografis dan iklim tropis, setiap perubahan cuaca ekstrem dapat berujung pada dampak serius bagi masyarakat.
Banjir Melanda Kalimantan Barat
Hujan deras sejak awal pekan memicu banjir di sejumlah wilayah Kalimantan Barat. Berdasarkan laporan yang dihimpun BNPB, 52 rumah warga terdampak dan beberapa keluarga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Meski ketinggian air berangsur surut, akses jalan menuju beberapa kecamatan sempat terganggu. Aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di pasar tradisional, juga lumpuh sementara akibat genangan air.
BNPB mengingatkan bahwa ancaman banjir di Kalimantan Barat masih akan berlanjut seiring prediksi hujan deras dari BMKG hingga akhir pekan ini.L
Karhutla di Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat
Selain banjir, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi persoalan utama di periode ini. Dua provinsi, yaitu Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat, menjadi wilayah dengan titik api terbanyak. Ribuan hektare lahan terbakar, menghasilkan kabut asap yang mulai mengganggu kesehatan masyarakat dan transportasi.
Abdul Muhari, Ph.D., Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, menegaskan bahwa pemadaman terus dilakukan dengan melibatkan tim gabungan di darat dan udara.
“Penanganan darurat karhutla menjadi fokus utama saat ini. BNPB bersama tim daerah sudah mengerahkan pemadaman darat, serta dukungan udara melalui helikopter water bombing. Kami juga memperkuat patroli rutin untuk mencegah meluasnya titik api,” ujar Abdul Muhari dalam keterangannya, 2Rabu (24/9/2025).
Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mencegah kebakaran.
“Kami kembali mengingatkan agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Edukasi masyarakat menjadi bagian penting dari pencegahan karhutla,” tambahnya.
Banjir Bandang di Ogan Komering Ulu Selatan
Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatra Selatan, banjir bandang menerjang kawasan pemukiman setelah hujan deras mengguyur daerah hulu sungai. BNPB melaporkan tiga orang meninggal dunia dan sejumlah rumah warga rusak berat.
Evakuasi dilakukan oleh tim gabungan, sementara dapur umum darurat sudah didirikan untuk memenuhi kebutuhan pengungsi. Kejadian ini menambah daftar panjang bencana hidrometeorologi yang menimpa Indonesia sepanjang September.
BNPB menegaskan bahwa pihaknya bersama pemerintah daerah, TNI, Polri, dan relawan bergerak cepat menanggapi setiap laporan bencana. Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., Kepala BNPB, menyampaikan bahwa koordinasi lintas sektor menjadi kunci penanganan.
“BNPB bersama BPBD daerah, TNI, Polri, dan relawan telah bergerak cepat di lapangan. Namun masyarakat juga harus selalu siaga menghadapi cuaca ekstrem. Siapkan jalur evakuasi, perkuat rumah, dan jangan lupa menyediakan tas siaga bencana berisi kebutuhan pokok,” kata Suharyanto dalam keterangan persnya, Rabu (24/9/2025).
Ia menambahkan bahwa karhutla memerlukan strategi jangka panjang.
“Karhutla bukan sekadar pemadaman. Diperlukan pencegahan, regulasi, dan penguatan tata kelola lingkungan agar kejadian ini tidak berulang,” ujarnya.
Tren Bencana dan Cuaca Ekstrem
BNPB mencatat tren peningkatan bencana hidrometeorologi dalam beberapa minggu terakhir. Karhutla mendominasi, sementara banjir dan banjir bandang dipicu oleh curah hujan tinggi.
Fenomena ini erat kaitannya dengan perubahan iklim global. Suhu yang lebih panas membuat lahan kering lebih mudah terbakar, sementara hujan ekstrem menyebabkan banjir di wilayah lain. Kombinasi ini menjadikan Indonesia rawan menghadapi bencana ganda.
Menurut analisis BNPB, periode peralihan musim kali ini memang memicu kondisi rawan. Oleh sebab itu, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat sangat diperlukan.
Dalam setiap pernyataannya, BNPB terus menekankan pentingnya kesiapsiagaan. Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat antara lain:
- Membersihkan saluran air di sekitar rumah.
- Tidak membuang sampah sembarangan.
- Tidak membuka lahan dengan cara membakar.
- Mengetahui jalur evakuasi dan lokasi pengungsian terdekat.
- Menyiapkan tas siaga berisi dokumen penting, obat-obatan, makanan ringan, dan alat komunikasi.
“Kesiapsiagaan adalah kunci. Masyarakat yang siap akan mampu meminimalisir risiko dan kerugian akibat bencana,” ujar Abdul Muhari, 24 Rabu (24/9/2025)).
Meski dalam dua hari tercatat 25 bencana, BNPB menegaskan bahwa sistem penanganan darurat terus berjalan. Pemerintah berkomitmen memperkuat sistem peringatan dini, meningkatkan sarana evakuasi, serta memperluas jaringan relawan kebencanaan.
Kepala BNPB Suharyanto menutup pernyataannya dengan ajakan agar seluruh pihak bersinergi.
“Setiap bencana adalah pelajaran. Kita tidak boleh lengah. Kolaborasi pusat, daerah, dan masyarakat akan menjadi fondasi kuat menghadapi bencana di masa depan,” tegasnya, Rabu (24/9/2025).
Rentetan 25 kejadian bencana pada 23–24 September 2025 menunjukkan bahwa ancaman bencana di Indonesia masih tinggi. Banjir di Kalimantan Barat, karhutla di Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat, serta banjir bandang di OKU Selatan adalah potret nyata betapa pentingnya kesiapsiagaan.
Dengan koordinasi nasional yang melibatkan BNPB, pemerintah daerah, aparat keamanan, relawan, dan masyarakat, diharapkan dampak bencana dapat ditekan seminimal mungkin. Namun, tantangan besar berupa perubahan iklim menuntut langkah mitigasi yang lebih serius dan berkelanjutan.
