BONA NEWS. New York, USA. — Suasana Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 mendadak tegang ketika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hendak menyampaikan pidato di hadapan para delegasi dunia, Jum’at (26/9/2025). Sejumlah perwakilan negara memilih melakukan aksi walk out atau meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes, sementara di dalam ruangan terdengar sorakan yang menambah ketegangan.

Aksi Walk Out Warnai Sidang

Ketika Netanyahu naik ke podium, sebagian delegasi berdiri dari kursi mereka dan keluar dari ruang sidang. Tindakan itu berlangsung serentak dan membuat barisan kursi kosong terlihat jelas di beberapa sisi ruangan. Pemandangan ini menjadi simbol kuat ketidaksetujuan sejumlah negara atas kebijakan Israel, terutama terkait konflik yang masih berlangsung di Gaza dan Tepi Barat.

Menurut laporan media, sorakan dari sejumlah peserta juga terdengar ketika Netanyahu mulai melangkah ke mimbar. Suasana riuh tersebut memperlihatkan adanya penolakan yang kuat terhadap kehadirannya.

Pimpinan sidang PBB sempat mengimbau agar para peserta tetap berada di ruangan dan mengikuti jalannya acara dengan tertib. Dengan suara tegas, pimpinan sidang menyampaikan:

“Tolong bertahan di ruangan, dan tolong duduk.”

Namun, imbauan itu tidak sepenuhnya diindahkan. Aksi walk out tetap berlanjut, meninggalkan kursi kosong yang kemudian menjadi sorotan media internasional.

Sorotan Dunia Internasional

Reaksi keras terhadap Netanyahu bukanlah hal baru di forum internasional. Sejak pecahnya eskalasi konflik antara Israel dan Hamas tahun lalu, berbagai negara anggota PBB menunjukkan sikap kritis terhadap kebijakan militer Israel yang dinilai menimbulkan krisis kemanusiaan.

Aksi walk out kali ini dianggap sebagai bentuk protes simbolik yang menegaskan sikap sebagian negara terhadap kebijakan Israel. Media global menyoroti bahwa momentum tersebut dapat memperburuk isolasi diplomatik Israel di forum internasional.

Meski suasana tidak bersahabat, Netanyahu tetap melanjutkan pidatonya di podium Sidang Umum PBB. Ia memulai dengan menyinggung nasib warga Israel yang masih ditawan Hamas:

“Bapak Presiden, keluarga dari para sandera kami mendekam di bawah penjara Gaza.”

Dalam pidatonya, Netanyahu juga mengecam keputusan sejumlah negara Barat yang baru saja mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Ia menyebut pengakuan itu sebagai sebuah “tanda aib” dan menuduh langkah tersebut sebagai pesan yang salah.

“Mereka (negara-negara pengakui Palestina) mengirim pesan bahwa membunuh orang Yahudi membayar,” ujar Netanyahu.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa Israel tidak akan berhenti dalam operasi militernya di Gaza.

“Israel harus menyelesaikan pekerjaannya di Gaza,” tegasnya.

Kejadian ini menambah daftar panjang peristiwa kontroversial yang menyertai setiap kehadiran Netanyahu di forum internasional. Aksi simbolik walk out di markas besar PBB diyakini akan menjadi bahan perdebatan panjang di kalangan diplomat dan pemerhati hubungan internasional, khususnya terkait masa depan konflik Israel-Palestina dan posisi Israel di dunia internasional.