BONA NEWS. Jakarta, Indonesia. — Pemerintah Indonesia menegaskan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV-2025 akan melampaui 5,5 persen. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/9/2025).
“Ekonomi Indonesia pada kuartal terakhir tahun ini diperkirakan tumbuh di atas 5,5 persen, seiring dengan belanja pemerintah yang tetap ekspansif, konsumsi masyarakat yang terjaga, serta investasi di sektor-sektor prioritas,” ujar Purbaya.
Pernyataan tersebut menjadi sinyal penting bahwa pemerintah menutup tahun fiskal 2025 dengan nada optimis, meski berbagai risiko global masih membayangi.
Menurut Purbaya, stimulus fiskal memainkan peran vital dalam menopang pertumbuhan. Hingga akhir September 2025, realisasi belanja negara tercatat meningkat lebih dari 10 persen dibanding tahun sebelumnya.
Belanja ini terutama diarahkan untuk:
- Proyek infrastruktur strategis, seperti jalan tol, kereta cepat, pelabuhan, dan jaringan energi baru-terbarukan.
- Program perlindungan sosial, meliputi bantuan langsung tunai, subsidi energi, serta dukungan terhadap UMKM.
- Belanja pendidikan dan kesehatan, yang sekaligus menjadi investasi jangka panjang dalam kualitas sumber daya manusia.
“Dengan belanja yang tepat sasaran, kami berupaya agar pertumbuhan tidak hanya kuat secara angka, tapi juga inklusif,” jelas Purbaya.
Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 55 persen PDB, tetap menjadi mesin utama. Data BPS menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat meningkat signifikan sejak pertengahan tahun 2025, ditopang oleh:
- Inflasi yang terkendali di kisaran 3 persen.
- Kebijakan subsidi energi yang menjaga harga BBM dan listrik.
- Naiknya pendapatan sektor informal seiring perbaikan pariwisata dan perdagangan domestik.
Di kuartal IV, konsumsi biasanya melonjak karena faktor musiman: libur panjang, perayaan akhir tahun, serta tradisi belanja masyarakat. Pemerintah optimistis tren ini berlanjut, apalagi didukung oleh stabilitas nilai tukar rupiah.
Investasi dan Hilirisasi Sumber Daya Alam
Selain konsumsi, investasi juga menjadi penopang. Beberapa sektor yang mencatat arus investasi besar:
- Hilirisasi nikel dan baterai listrik, yang menjadikan Indonesia pusat rantai pasok kendaraan listrik global.
- Energi baru-terbarukan, terutama proyek tenaga surya dan geothermal.
- Ekonomi digital, dengan masuknya modal ventura asing ke sektor e-commerce dan fintech.
Hilirisasi diproyeksikan memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan kuartal IV. Proyek smelter di Sulawesi dan Maluku Utara mulai beroperasi penuh pada Oktober–Desember 2025.
Walaupun harga komoditas global berfluktuasi, ekspor Indonesia masih surplus. Permintaan dari Tiongkok dan India menjadi motor, terutama untuk nikel, CPO, dan batubara.
Namun, Purbaya mengingatkan agar ekonomi tidak terlalu bergantung pada komoditas.
“Kita harus memanfaatkan momentum untuk diversifikasi, jangan sampai terjebak pada volatilitas harga global,” ujarnya.
Perbandingan Kuartalan
- Q1 2025: 5,1% (didukung konsumsi pasca Ramadan).
- Q2 2025: 5,0% (tekanan global menahan ekspor).
- Q3 2025: 5,2% (mulai pulih, didorong investasi).
- Q4 2025 (proyeksi): >5,5%.
Dengan demikian, pertumbuhan tahunan 2025 diproyeksikan berada di kisaran 5,2–5,4%, lebih tinggi dibanding 2024 (sekitar 5,1%).
Meski outlook positif, beberapa risiko tetap perlu diwaspadai:
- Geopolitik global: konflik di Timur Tengah menimbulkan risiko lonjakan harga energi.
- Kebijakan moneter global: suku bunga tinggi The Fed masih menekan aliran modal.
- Krisis iklim: El Nino lanjutan dapat mengganggu produksi pangan.
- Ketidakpastian harga komoditas: terutama minyak mentah dan batubara.
Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai proyeksi >5,5% cukup realistis.
“Momentum konsumsi akhir tahun selalu kuat. Apalagi ada stimulus APBN yang masif. Tantangannya adalah menjaga daya beli di tengah ketidakpastian global,” katanya.
Sementara itu, ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengingatkan agar pertumbuhan tidak sekadar angka.
“Pertumbuhan harus inklusif. Pemerintah harus memastikan lapangan kerja tercipta dan ketimpangan tidak melebar.”
Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, menyebut dunia usaha menyambut positif proyeksi ini. Namun ia menyoroti pentingnya kepastian regulasi.
“Investasi butuh kepastian. Pemerintah harus memastikan reformasi birokrasi berjalan, sehingga investor tidak ragu menanam modal,” ujarnya.
UMKM juga merasakan dorongan positif. Menurut Asosiasi UMKM Indonesia, belanja pemerintah untuk program kredit usaha rakyat (KUR) sangat membantu pengusaha
Pertumbuhan di atas 5,5% akan berdampak pada:
- Peningkatan lapangan kerja, khususnya sektor perdagangan, pariwisata, dan transportasi.
- Kestabilan harga kebutuhan pokok.
- Peningkatan pendapatan pajak daerah, yang dapat kembali ke masyarakat melalui program pembangunan.
Namun, jika inflasi pangan melonjak akibat iklim, manfaat pertumbuhan bisa terkikis. Oleh karena itu, stabilisasi harga beras, cabai, dan bawang menjadi prioritas.
Implikasi bagi APBN 2026
Dengan proyeksi pertumbuhan tinggi, pemerintah optimistis penerimaan pajak tahun 2026 akan meningkat. Target defisit APBN <3% PDB diyakini tercapai.
Keberhasilan menjaga pertumbuhan juga akan memperkuat posisi Indonesia di mata lembaga pemeringkat global, membuka peluang perbaikan rating utang.
Indonesia tetap menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara:
- Indonesia: 5,2–5,4% (2025).
- Vietnam: 5,8%.
- Filipina: 5,5%.
- Malaysia: 4,5%.
- Thailand: 3,2%.
Artinya, Indonesia masih kompetitif dan menarik bagi investor.
Optimisme Purbaya Yudhi Sadewa bahwa pertumbuhan kuartal IV-2025 bisa menembus 5,5% menunjukkan keyakinan pemerintah terhadap fondasi ekonomi nasional. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap risiko global.
“Pertumbuhan bukan hanya angka, tapi juga kesejahteraan rakyat. Pemerintah akan terus memastikan agar hasil pembangunan dirasakan merata,” tutupnya.
