BONA NEWS. Jakarta. Indonesia.
– Pada hari Rabu, 1 Oktober 2025, Menteri Keuangan Republik Indonesia. Purbaya Yudhi Sadewa memberikan keterangan resmi mengenai harga asli beberapa komoditas energi yang disubsidi pemerintah. Pernyataan ini sekaligus menjawab pertanyaan publik terkait perbedaan harga keekonomian dan harga jual kepada masyarakat.
Penjabaran Harga BBM dan LPG
- Pertalite: Harga asli Rp 11.700 per liter. Masyarakat membayar Rp 10.000 per liter, sehingga pemerintah menanggung selisih Rp 1.700 per liter atau sekitar 15% dari harga asli. Subsidi ini menjangkau sekitar 157,4 juta kendaraan dan realisasi subsidi pada 2024 tercatat Rp 56,1 triliun.
- Solar: Harga asli Rp 11.950 per liter, masyarakat membayar Rp 6.800 per liter. Subsidi pemerintah sebesar Rp 5.150 per liter atau 43% dari harga asli, menjangkau 4 juta kendaraan, dengan realisasi subsidi tahun 2024 sebesar Rp 89,7 triliun.
- LPG 3 kg: Harga asli Rp 42.750 per tabung, sedangkan masyarakat membayar Rp 12.750 per tabung. Subsidi pemerintah Rp 30.000 per tabung atau 70% dari harga asli, menjangkau 41,5 juta pelanggan, dengan realisasi subsidi 2024 sebesar Rp 80,2 triliun.
Subsidi energi dikelola melalui Pertamina. Dana kompensasi dari pemerintah menutupi selisih antara harga asli dan harga jual eceran. Dengan sistem ini, harga tetap terjangkau bagi masyarakat, sementara produsen menutupi biaya produksi dan distribusi. Subsidi ini menjadi instrumen kebijakan fiskal untuk menjaga daya beli dan mendukung UMKM serta rumah tangga berpenghasilan rendah.
Dampak Subsidi bagi Masyarakat
Subsidi BBM dan LPG membantu menekan biaya transportasi, operasional UMKM, dan kebutuhan rumah tangga. Tanpa subsidi, harga LPG 3 kg mencapai Rp 42.750 per tabung, memberatkan rumah tangga miskin. Dengan subsidi, harga menjadi Rp 12.750 per tabung.
Subsidi juga menimbulkan beban fiskal, sehingga pemerintah melakukan reformasi agar lebih tepat sasaran dan berkeadilan.
“Subsidi ini adalah bentuk keberpihakan fiskal pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan energi tetap terjangkau. Namun, data Susenas menunjukkan sebagian masyarakat mampu masih menikmati subsidi ini. Oleh karena itu, pemerintah terus memperbaiki mekanisme agar subsidi tepat sasaran dan berkeadilan.” ungkap Purbaya, Rabu (1/10/2025).
Beberapa pihak mempertanyakan tinggi rendahnya harga asli, khususnya LPG 3 kg Rp 42.750 per tabung. Pemerintah berupaya membuka rincian biaya yang membentuk harga keekonomian, termasuk biaya produksi, distribusi, dan pajak, untuk meningkatkan transparansi.
Subsidi energi di Indonesia termasuk besar jika dibandingkan negara lain. Harga LPG 3 kg di Filipina dan Thailand lebih mahal dibanding Indonesia, meski biaya produksi relatif sama. Hal ini menunjukkan subsidi memberikan keuntungan nyata bagi rumah tangga miskin, namun menimbulkan tantangan fiskal.
Reformasi Subsidi dan Alternatif Energi
Pemerintah tengah mempertimbangkan reformasi subsidi agar lebih efisien, salah satunya dengan bantuan langsung tunai (BLT) bagi keluarga miskin. Promosi energi terbarukan seperti listrik tenaga surya dan biofuel juga menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada BBM dan LPG bersubsidi.
Harga asli BBM Pertalite Rp 11.700 per liter, Solar Rp 11.950 per liter, dan LPG 3 kg Rp 42.750 per tabung memang benar menurut pemerintah. Masyarakat tetap membayar harga lebih rendah karena subsidi. Kebijakan ini menjaga daya beli, mendukung UMKM, dan memberikan energi terjangkau bagi rumah tangga miskin. Pengelolaan subsidi harus transparan dan tepat sasaran agar tidak membebani APBN dan tetap berkelanjutan.
