BONA NEWS. Leicester, Inggris. — Turnamen BOYLE Sports World Grand Prix 2025 tengah memanas di Mattioli Arena, Leicester, Inggris. Ajang yang digelar sejak 6 Oktober dan akan berakhir 12 Oktober 2025 ini mempertemukan para pemain top dunia seperti Luke Littler, Luke Humphries, Gerwyn Price, dan Jonny Clayton, dengan total hadiah mencapai £600.000 atau sekitar Rp12 miliar.
Format unik turnamen ini, “double in, double out”, membuat setiap pertandingan berlangsung penuh tekanan. Para pemain harus memulai dan menutup setiap leg dengan lemparan double — sebuah sistem yang dikenal sebagai tantangan tersulit dalam dunia darts profesional.
Pertandingan perempat final pada Jumat malam, 10 Oktober 2025, menjadi salah satu laga paling dramatis dalam sejarah World Grand Prix. Luke Littler, pemain muda sensasional berusia 18 tahun asal Inggris, bangkit dari ketertinggalan untuk menyingkirkan Gerwyn Price, mantan juara dunia asal Wales.
Littler sempat tertinggal dua set, tetapi akhirnya menang 3–2 lewat leg penentu dengan checkout 152 yang menakjubkan. Kemenangan itu disambut sorak meriah ribuan penonton di Mattioli Arena.
Dalam konferensi pers usai pertandingan, Littler mengaku sempat gugup namun bangga dengan hasilnya.
“What a game it was. I felt really nervous at times, but it was a great finish at the end,”
ujar Luke Littler, pemain Inggris sekaligus juara dunia remaja 2024, dikutip dari situs resmi PDC.tv (10/10/2025).
“I thought my scoring was brilliant. My doubling-in wasn’t as good, so now I’m just waiting for them both to click together.”
Littler menambahkan bahwa dirinya mencoba memperlambat tempo permainan dan tampil lebih sabar dibanding pertandingan sebelumnya. Strategi itu terbukti efektif.
“I slowed my pace down and felt calmer. It’s something I’ve been working on,” tambahnya.
Sebaliknya, Gerwyn Price harus mengakui kekalahan pahit setelah melewatkan tiga match dart di set keempat — peluang yang membuka jalan bagi Littler untuk membalikkan keadaan.
Di pertandingan perempat final lainnya, Luke Humphries juga menunjukkan performa gemilang. Pemain peringkat satu dunia itu menundukkan Cameron Menzies dengan skor 3–1 dan memastikan tempat di semifinal menghadapi Danny Noppert.
Humphries, yang kini dikenal sebagai “Cool Hand Luke”, menegaskan ambisinya untuk menambah gelar besar dalam kariernya.
“I’ve won so many titles and I’m proud of everything I’ve achieved, but I want to win more,”
kata Luke Humphries, juara dunia PDC 2023, dalam wawancara dengan PDC.tv (11/10/2025).
“Since I’ve started to slow my pace down a bit, I feel calmer and in control — maybe it’s a new version of me coming out right now.”
Ketika ditanya soal kemungkinan menghadapi Littler di final, Humphries tersenyum dan memberi komentar tajam.
“I saw Gerwyn’s comment about everyone being scared of Luke. It’s not true at all,”
ucapnya kepada DartsNews (11/10/2025).
“I’ve beaten him in three major finals — I’m not scared to play him one bit.”
Pernyataan itu dianggap sebagai bentuk “perang urat saraf” jelang kemungkinan final impian antara dua pemain muda terbaik Inggris tersebut.
Turnamen Bergengsi dengan Format Paling Sulit
World Grand Prix dikenal sebagai satu-satunya turnamen darts dengan format double-in, double-out, yang mewajibkan pemain untuk memulai setiap leg dengan lemparan double sebelum bisa mencetak skor. Format ini kerap memunculkan kejutan besar dan membuat banyak pemain unggulan kesulitan.
Dalam wawancara dengan TalkSport (7/10/2025), Littler mengakui bahwa format tersebut cukup menantang.
“I didn’t like it much at first because it’s not something I practice often, but it’s also what makes this tournament special,” katanya.
Tahun ini merupakan edisi ke-28 dari World Grand Prix sejak pertama kali digelar pada 1998. Turnamen disiarkan langsung oleh Sky Sports, Viaplay, DAZN, dan PDCTV, dengan jangkauan global ke lebih dari 120 negara.
Hadiah utama senilai £120.000 (sekitar Rp2,4 miliar) menanti sang juara, sedangkan runner-up akan menerima £60.000.
Babak semifinal yang berlangsung Sabtu malam, 11 Oktober 2025, menjadi penentu siapa yang akan tampil di final besar Minggu (12/10).
Dua laga semifinal yang ditunggu-tunggu adalah:
- Luke Humphries (1) vs Danny Noppert (7)
- Luke Littler (3) vs Jonny Clayton (5)
Kedua pertandingan akan menggunakan format best of nine sets, di mana pemain pertama yang memenangkan lima set akan melaju ke final.
Turnamen kali ini juga diwarnai dengan atmosfer luar biasa di arena. Tiket semifinal dilaporkan ludes sejak dua pekan sebelumnya, menunjukkan antusiasme publik Inggris terhadap kebangkitan darts di kalangan generasi muda.
Manajer Komersial Professional Darts Corporation (PDC), Matthew Porter, mengatakan turnamen tahun ini mencatat rekor penonton tertinggi sejak pandemi.
“We’ve seen record crowds again this week. The Leicester crowd has been incredible — they’ve embraced the sport’s new stars,”
ujarnya dalam rilis resmi PDC.tv (10/10/2025).
Sejumlah analis meyakini peluang final “Luke vs Luke” antara Littler dan Humphries terbuka lebar.
Keduanya tampil konsisten sejak babak awal dan sama-sama mengalahkan lawan tangguh.
Pakar darts dari Sky Sports, Wayne Mardle, menilai duel dua generasi itu akan menjadi simbol perubahan era.
“This could be the moment darts officially enters its new era — Littler versus Humphries is the rivalry we’ll see for the next decade,”
kata Mardle dalam program Night at the Oche (Sky Sports, 11/10/2025).
Namun, ia juga mengingatkan bahwa format Grand Prix yang sulit bisa menggagalkan favorit mana pun.
“In this format, one missed double can change everything,” tambahnya.
Jonny Clayton, juara Grand Prix 2021, menegaskan tidak akan gentar menghadapi Littler di semifinal.
“Luke’s a brilliant player, but I’ve won this before — I know how to handle this format,” ujar Jonny Clayton, dikutip dari Sky Sports Darts (11/10/2025).
World Grand Prix 2025 di Leicester bukan sekadar turnamen — ini adalah panggung peralihan generasi dalam dunia darts. Luke Littler mewakili semangat muda, sementara Luke Humphries simbol stabilitas dan pengalaman baru.
Siapa pun yang keluar sebagai juara pada Minggu, 12 Oktober 2025, diyakini akan menandai era baru olahraga ini.
Turnamen ini menegaskan satu hal: masa depan darts sudah tiba, dan namanya adalah Luke — entah Littler atau Humphries.
