BONA NEWS. Jakarta Raya. — Gaya hidup sehat kini merambah dunia kecantikan dengan lahirnya tren baru: dermacosmetics. Berbeda dari skincare biasa, produk perawatan jenis ini dirancang dengan pendekatan lebih ilmiah, menggabungkan manfaat kosmetik dan dermatologis sekaligus.
Tren ini mencuat di berbagai kota besar di Asia dan Eropa, di mana masyarakat urban mulai mengutamakan kesehatan kulit jangka panjang, bukan sekadar tampilan instan. Di Indonesia sendiri, pencarian daring dan konten media sosial terkait istilah “dermacosmetics” mengalami peningkatan signifikan sejak awal 2025.
Apa Itu Dermacosmetics?
Secara sederhana, dermacosmetics adalah perawatan kulit yang berada di antara kosmetik dan obat. Produk dalam kategori ini biasanya dikembangkan melalui kerja sama antara ahli dermatologi dan ilmuwan bidang farmasi. Fokus utamanya bukan pada makeup, melainkan perbaikan struktur dan fungsi kulit—seperti mengatasi jerawat, kemerahan, iritasi, hingga tanda-tanda penuaan.
Tidak hanya digunakan untuk kulit wajah, konsep dermacosmetics juga mulai merambah perawatan kulit tubuh, kepala, dan bahkan bibir. Banyak konsumen muda kini mencari produk yang tidak hanya cantik di luar, tetapi juga aman, berbasis riset, dan memberi efek jangka panjang.
Perubahan Pola Konsumen
Riset kecil yang dilakukan di beberapa klinik estetika dan pusat perawatan kulit menunjukkan bahwa konsumen, terutama dari kalangan usia 20–35 tahun, mulai bertanya soal kandungan aktif, uji klinis, dan efek samping dari produk yang mereka gunakan.
“Dulu orang bertanya: ini bisa bikin putih dalam seminggu atau tidak. Sekarang mereka tanya: apakah ada kandungan niacinamide? Ada uji dermatologisnya atau tidak?” ungkap salah satu terapis kulit di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (16/7/2025).
Tren ini menandai pergeseran penting dari gaya hidup berbasis tampilan ke gaya hidup berbasis kesehatan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan efek jangka panjang dari bahan kimia keras, serta meningkatnya literasi digital seputar skincare dan self-care.
Fenomena Global, Dampak Lokal
Meningkatnya minat pada dermacosmetics tidak hanya terjadi di Indonesia. Laporan dari beberapa majalah gaya hidup global menyebut bahwa kota-kota seperti Seoul, Tokyo, Paris, dan New York kini menjadi pusat pengembangan tren ini. Di kota-kota tersebut, penggunaan perawatan kulit dengan teknologi dermatologi dianggap sebagai bagian dari rutinitas gaya hidup sehat, sejajar dengan olahraga dan makanan bergizi.
Di sisi lain, tren ini juga mendorong diskusi soal aksesibilitas dan edukasi. Tidak semua produk dermacosmetics mudah diakses secara finansial, dan masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami perbedaan antara perawatan medis dan kosmetik biasa.
Edukasi Jadi Kunci
Untuk mengimbangi popularitasnya, banyak pakar mengingatkan pentingnya edukasi publik. Penggunaan produk berbasis medis seharusnya disertai pemahaman yang tepat agar tidak terjadi salah kaprah. Sebab, meskipun terdengar aman, dermacosmetics tetap mengandung bahan aktif yang bisa menimbulkan efek tertentu bila tidak cocok dengan jenis kulit pengguna.
Tren dermacosmetics mencerminkan transformasi gaya hidup masyarakat modern yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan kulit dan lebih kritis dalam memilih perawatan. Ini bukan sekadar perubahan tampilan luar, tetapi juga perubahan pola pikir: bahwa merawat diri adalah bagian dari tanggung jawab terhadap kesehatan.
Dengan edukasi yang tepat dan kesadaran akan kebutuhan kulit masing-masing, tren ini bisa menjadi langkah positif menuju gaya hidup yang lebih seimbang dan berkelanjutan. (Red:ISN)
