BONA NEWS. Nias, Sumatera Utara.— Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan peringatan dini terhadap potensi bencana akibat cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Sumatera Utara pada periode 20–21 Oktober 2025. Hujan lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi dilaporkan menimbulkan dampak di Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Nias Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Menurut laporan Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, fenomena cuaca ekstrem ini dipicu oleh sirkulasi siklonik di Samudra Hindia bagian barat Sumatera serta dampak anomali suhu muka laut yang masih hangat, memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan berintensitas tinggi di wilayah pesisir barat Sumatera Utara.

Gunung Sitoli: Puluhan Rumah Rusak, Warga Mulai Kembali ke Rumah

Hujan deras yang mengguyur Kota Gunung Sitoli sejak Minggu malam (20/10) hingga Senin dini hari disertai angin kencang mengakibatkan puluhan rumah warga mengalami kerusakan. Berdasarkan data terbaru BPBD Gunung Sitoli, tercatat 86 kepala keluarga (KK) terdampak dengan 12 rumah rusak berat, 37 rusak ringan, dan sisanya mengalami kerusakan pada bagian atap serta dinding.

Kepala Pelaksana BPBD Gunung Sitoli, R. Zebua, menyampaikan bahwa sebagian besar warga telah kembali ke rumah setelah situasi mulai kondusif.

“Cuaca siang hari sudah mulai mereda, namun angin kencang masih berpotensi terjadi malam ini. Kami tetap menyiagakan tim di lapangan dan berkoordinasi dengan BMKG untuk pemantauan,” ujarnya, Selasa sore (21/10/2025).

Hingga malam ini, masih ada 7 KK yang bertahan di pos sementara Balai Desa Hilina’a karena rumah mereka belum dapat ditempati. Tim BPBD bersama aparat kelurahan membantu melakukan pembersihan puing dan pemasangan atap darurat.

Nias Utara: Air Mulai Surut, Warga Bersihkan Rumah

Di Kabupaten Nias Utara, banjir yang melanda tiga kecamatan — Lahewa, Lotu, dan Afulu — mulai surut sejak Selasa pagi. Hujan dengan intensitas sedang masih terjadi di beberapa wilayah, namun debit air sungai sudah menurun.
Data BPBD Nias Utara menyebutkan 108 KK terdampak, tanpa penambahan jumlah sejak laporan awal. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Kepala BPBD Nias Utara, Ama F. Zalukhu, mengatakan pihaknya kini fokus pada pembersihan dan pemulihan fasilitas umum.

“Tim lapangan sedang membantu warga membersihkan lumpur serta memperbaiki jembatan sementara di Desa Hiliganoita. Banjir sudah surut, tapi kami tetap waspada terhadap potensi hujan susulan,” ungkapnya.

BNPB telah mengirimkan bantuan logistik tambahan berupa makanan siap saji, air bersih, selimut, dan terpal darurat untuk membantu warga terdampak di wilayah tersebut.

Tapanuli Tengah: Abrasi di Pesisir, Nelayan Diminta Tidak Melaut

Cuaca ekstrem juga melanda wilayah pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah, terutama di kawasan Pasar Balerong, yang terdampak gelombang tinggi dan abrasi pantai.
BPBD Tapanuli Tengah melaporkan 5 rumah dan 8 kios nelayan rusak ringan, serta beberapa perahu nelayan mengalami kerusakan.

Kepala BPBD Tapanuli Tengah, M. Pardede, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiagakan personel di kawasan pesisir untuk mengantisipasi gelombang susulan.

“Kami minta nelayan tidak melaut dulu malam ini karena kondisi angin laut masih kencang, dengan tinggi gelombang 2,5 hingga 3 meter. Aktivitas melaut akan kami izinkan kembali setelah ada peringatan aman dari BMKG,” katanya.

Sejumlah warga pesisir masih memperbaiki rumah dan kios yang terdampak abrasi, sementara bantuan logistik dari BPBD telah disalurkan sejak pagi tadi.

BMKG dan BNPB: Potensi Cuaca Ekstrem Masih Berlanjut

Kepala BMKG Wilayah I Medan, Hartanto, menjelaskan bahwa kondisi atmosfer di wilayah barat Sumatera masih sangat labil, dengan potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang hingga 23 Oktober 2025.

“Masyarakat di wilayah pesisir barat, termasuk Nias dan Tapanuli Tengah, diimbau tetap waspada. Pola angin dan suhu laut saat ini mendukung terbentuknya awan konvektif yang bisa memicu hujan ekstrem,” terangnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Pusat Data dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D., menegaskan pentingnya kesiapsiagaan daerah menghadapi peningkatan intensitas cuaca ekstrem.

“BNPB telah berkoordinasi dengan seluruh BPBD di Sumatera Utara agar meningkatkan kesiapsiagaan. Masyarakat diminta aktif memantau peringatan dini dari BPBD dan BMKG, serta menghindari aktivitas berisiko saat cuaca ekstrem,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/10/2025).

Imbauan Kewaspadaan untuk Masyarakat

BNPB dan BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk:

  1. Mewaspadai banjir bandang dan longsor, terutama di daerah perbukitan dan bantaran sungai.
  2. Menjauh dari bibir pantai saat terjadi angin kencang atau gelombang tinggi.
  3. Mengamankan barang berharga dan dokumen penting ke tempat aman.
  4. Tidak melaut sementara waktu bagi nelayan hingga kondisi cuaca dinyatakan aman.
  5. Memantau informasi resmi melalui kanal BMKG, BPBD, dan BNPB untuk menghindari berita hoaks.

Kondisi Terkini (Update 21 Oktober 2025, Pukul 18.00 WIB)

  • Gunung Sitoli: Cuaca mulai membaik, sebagian besar warga kembali ke rumah.
  • Nias Utara: Air surut, warga bersih-bersih dan memperbaiki infrastruktur.
  • Tapanuli Tengah: Gelombang tinggi masih terjadi, aktivitas nelayan dihentikan sementara.
  • Tidak ada korban jiwa dilaporkan di seluruh wilayah terdampak.
  • Status siaga bencana hidrometeorologi tetap diberlakukan hingga 23 Oktober 2025.

Cuaca ekstrem di Sumatera Utara menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk selalu siaga menghadapi fenomena alam yang sulit diprediksi. BNPB menekankan bahwa kesiapsiagaan dan respon cepat masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalkan dampak bencana, terutama menjelang puncak musim hujan pada akhir Oktober hingga November 2025.